Chapter 18: King Elf and Goblin

23 3 2
                                    

"King Agandaur of Aermonica."

Suara seorang Goblin yang berada tepat di samping pintu masuk, menggema ke penjuru ruangan. Masuklah seorang Goblin lain dengan mahkota emas yang berada di atas kepalanya. Ia memakai jubah yang panjangnya hingga menyapu lantai. Goblin tersebut sudah renta. Wajahnya keriput dan rambutnya telah memutih. Meski ia memakai kacamata, tatapannya seolah sangat tajam bagai pedang yang baru diasah. Di tangan kanannya, ia membawa tongkat yang Archer bisa tebak mungkin membantunya untuk berjalan.

 Di tangan kanannya, ia membawa tongkat yang Archer bisa tebak mungkin membantunya untuk berjalan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semua orang yang ada di sana membungkukkan badan. Mereka tak berani menatap barang seinci-pun Raja yang kini telah menempati singgasananya. Sejak awal kedatangan mereka di istana Aermonica, Gretta dan Aiden tidak lepas menatap setiap jengkal tempat tersebut. Gretta memindainya seolah menganalisis jika mereka akan melakukan hal buruk kepadanya, mungkin eksekusi mati. Berbeda dengan Aiden. Di sela ketakutannya akan hukuman yang mungkin akan diberikan oleh Raja para Goblin dan Elf itu, ia menikmati keindahan dari setiap ukiran maupun pahatan yang terpatri di dinding bata istana. Sejak kecil ia telah mendengarkan banyak dongeng, salah satunya mengenai kerajaan Goblin dan Elf, ia banyak tahu dari ayahnya sendiri mengenai bagaimana indahnya kerajaan tersebut. Kala itu Aiden berpikir itu tinggallah masa lalu, namun kali ini, ia menginjakkan kakinya secara langsung di istananya.

Saat King Agandaur telah menempati singgasana, lantas para hadirin di sana kembali menempati tempat duduk mereka masing-masing. Archer merasa seolah benar-benar menjadi seorang penjahat yang telah ditawan sebab tertangkap basah melakukan kejahatan. Apalagi tatapan mata para Goblin di sana sangat menyelidik dan tajam seakan menghujaminya dengan anak panah tepat sasaran. Maka, yang hanya bisa Archer lakukan adalah menundukkan kepala dalam-dalam dan menciutkan nyalinya.

Suara mereka mulai menggema di ruang pesakitan itu. Sahut-menyahut tak ingin kalah mengutarakan pendapat masing-masing. Beberapa bahkan ada yang berdebat hingga cukup membuat hawa ruangan itu menjadi lebih mencekam. Archer dan Aiden jelas tidak mengerti bahasa mereka, bahkan apa yang sedang mereka ucapkan. Yang jelas Archer tahu bahwa mereka akan berakhir tragis. Ruangan semakin tidak kondusif. Bahkan Para Peri Gigi kali ini juga ikut mengambil alih. Aiden dan Gretta berharap jika King Agandaur bisa bijak dalam mengambil keputusan. Tetapi beberapa lama mereka menunggu, sepertinya Raja tersebut membiarkan para bawahannya untuk beradu pendapat. Maka, mau tak mau Gretta harus juga memberikan pendapatnya.

Lantas, Gretta berusaha bangkit sekuat tenaga sebab kedua tangannya telah diikat. Hal itu membuat para hadirin di sana terkejut dan ada yang mengatakan jika Gretta sama sekali tidak sopan kepada Raja Aermonica.

"Salam hormatku, Puteri Gretta kepada Raja Agandaur of Aermonica," ucap Gretta, menggunakan kemampuan berbahasa elfnya.

Dan benar saja. Sesuai dugaan Gretta, mereka bukan hanya terkejut, tetapi juga terdiam membisu. Namun Raja Agandaur sepertinya merasa hal itu bukan sebuah keanehan. Ia seolah telah tahu jika perempuan di hadapannya kini memang bisa mengerti bahasa mereka. Raut wajahnya menggambarkan ketenangan, mungkin sebab ia telah menjalani hidup puluhan tahun dengan berbagai pahit-manis kehidupan. Namun begitu, tatapannya yang tajam berharap dapat menggetarkan nyali Gretta. Namun sayangnya, Gretta juga memiliki tatapan intimidasi yang tak kalah sengit.

Queen of SwordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang