Chapter 16: Dragon

22 3 0
                                    

Sebab malam telah menanjak naik, mereka tak bisa melanjutkan perjalanan. Benjamin menyarankan mereka agar bermalam di The Moving Forest. Namun tentu saja Archer menolak dengan tegas. Hutan itu telah membuat nyawanya hampir hilang. Juga, berbagai hal mustahil yang sulit untuk dicerna akal sehatnya. Dan di waktu yang bersamaan, Aiden mengangguk setuju. Meski mereka butuh istirahat, namun hutan itu tidak ramah bagi Wizard baru seperti mereka.

Benjamin mengerti maksudnya. Ia pun bersama Olie mengantarkan mereka menuju pintu keluar The Moving Forest.

"Mengapa hutan ini bergerak seperti jarum jam?" Tanya Archer yang tengah duduk di atas ranting besar milik Benjamin. Ia menyantap buah yang mereka bawa dari istana Buckingham.

Sesekali, Archer dan Gretta harus berpegang erat karena mereka duduk manis seraya Benjamin membawa mereka berjalan.

"Cerita yang sangat panjang," ucap Benjamin diiringi dengan desahan napasnya.

"Kami siap mendengarkannya!" Seru Gretta antusias. "Olie juga!" Sahut Olie yang juga berjalan beriringan di samping kanan Benjamin.

Benjamin menghelas napas perlahan.

"Aku sudah tertidur sangat lama. Entah puluhan atau mungkin ratusan tahun. Seingatku, setelah peperangan terjadi dan semua teman-temanku mati, aku memutuskan untuk hibernasi."

"Hibernasi? Bukankah itu hanya berlaku untuk hewan?" Celetuk Olie. Lalu disambut oleh tatapan tajam dari ketiga Wizard itu. Setelah di tatap seperti itu, Olie kembali menundukkan kepalanya dan menyimak penuturan Benjamin.

"Pada saat peperangan, tidak hanya manusia dan Wizard saja. Tapi semua jenis makhluk ikut dalam peperangan tersebut. Termasuk, diriku."

Suara Benjamin semakin berat. Seakan menandakan betapa susahnya kenangan yang dipikul oleh pohon besar itu.

"Dan hutan ini menjadi salah satu arena peperangan tersebut. Pada saat itu terjadi, demi mengecoh lawan, salah satu penyihir hebat... ya, Black Wizard-"

"Slovakia?" Cetus Aiden.

"Ya, katanya seperti itu... Black Wizard itu menjadikan hutan yang indah ini menjadi seram seolah penuh misteri." Benjamin membayangkan pada saat masa kejayaan hutan itu dahulu. Hutan yang kini terkenal seram dan angker, dahulunya merupakan hutan yang menawarkan keindahan dan ketenangan. Bahkan, anak-anak kecil dari kalangan Elf maupun Goblin, juga Wizard seringkali melatih kemampuan sihir mereka di sana. Sebab, semua tumbuhan yang berada di hutan tersebut memberikan perlindungan bagi mereka yang memiliki jiwa suci dan bebas.

"Apa teman-temanmu bisa dihidupkan kembali?" Tanya Gretta. Entah itu pertanyaan yang bodoh atau polos, namun cukup membuat Aiden ternganga karena topik tersebut adalah hal yang sensitif bagi Benjamin.

"Aku tak tahu," jawab Benjamin putus asa. Ia menundukkan kepalanya yang membuat mereka terkejut dan hampir saja terjatuh ke tanah jikalau mereka tak refleks berpegangan erat. "Ah, maaf. Apa kalian baik-baik saja?" Benjamin menyadari kesalahannya. Ia melirik ke arah Gretta yang sedang membenarkan posisinya agar tidak terpeleset.

"Tidak apa-apa, Benjamin. Kau sekarang memiliki Olie... dan kami." Benjamin tersenyum manis. Cerah sekali sampai dedaunan di kepalanya berubah warna menjadi kekuningan layaknya sedang musim gugur.

"Terima kasih. Kalian anak yang baik."

"Kami sudah besar," tegas Gretta. Ia tak suka jika dianggap seperti anak kecil.

"Bagiku, kalian masih kecil."

Gretta memanyunkan bibirnya. "Ah, aku benci ini!" Lantas disambut gelak tawa oleh mereka semua.

Queen of SwordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang