Chapter 19: The Story of Golden Knights

47 2 8
                                    

Hari mulai gelap ketika Gretta terbangun. Senja membayang menelusup melalui celah gorden yang tersingkap. Sorotnya jatuh tepat dimana Gretta membuka matanya. Ia lantas turun dari ranjang, kemudian membuka lebar-lebar pintu menuju balkon.

Ia berjalan sampai batas pagar tembok. Tangannya meraih pembatas dan meletakkannya disana. Semilir angin menerbangkan rambutnya yang dibiarkan terurai. Sesekali Gretta menghirup napas sebab udara di Aermonica terasa sejuk dan menyegarkan.

Kedua manik mata hazelnutnya berkeliling menapaki setiap pemandangan yang disuguhkan. Bahkan hanya dari balkon kamarnya saja, ia sudah merasa bahwa tempat tersebut layaknya surga. Apalagi ia berniat untuk berkeliling kerajaan tersebut, bertemu para Elf dan Goblin kemudian bercengkrama bersama mereka. Rasanya Gretta tak ingin nelanjutkan perjalanan. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya di kerajaan ini.

"Ah, pasti bahagia sekali jika aku bisa tinggal disini," lirihnya.

Fokus Gretta berubah kesana-kemari. Sebab semua yang dilihatnya sangat mempesona. Burung-burung terbang bebas tanpa beban. Mereka dapat memasuki rumah satu ke rumah lainnya tanpa perlu diusir oleh tuan rumah. Para Peri yang juga terbang dan mengerjakan kesibukannya masing-masing. Sampai pandangannya terhenti oleh satu objek yang membuatnya terdiam cukup lama.

Raja Agandaur sedang berdiri di atas undakan yang menghadap ke arah gunung. Undakan tersebut tidak memiliki pagar pembatas. Jika kau melangkah terlalu ke depan, maka kau akan bisa langsung terjun ke dalam jurang. Kedua tangannya ia satukan di belakang badan. Matanya terpejam seolah juga sedang menikmati keindahan Aermonica sama seperti yang dilakukan oleh Gretta.

Ia terpejam cukup lama. Hingga Gretta sama sekali tak sabar menunggu apa yang akan dilakukan selanjutnya oleh Raja tersebut. Sesaat Gretta akan angkat kaki dari sana, Agandaur membuka matanya. Tangan kanannya terentang ke depan seolah sedang merasakan energi yang berada di depannya. Dari kejauhan Gretta dapat merasakan setiap helaan napas Agandaur. Ia seolah juga dapat mendengar detak jantungnya. Seakan ia berada persis disamping Raja tersebut.

"Kemari."

Sebuah suara terdengar begitu lirih, seolah datang dari jarak terdekat. Namun Gretta yakin suara tersebut berasal dari bibir Agandaur. Lalu bagaimana Gretta dapat mendengarnya? Sedangkan mereka terbentang jarak yang cukup jauh.

Dengan rasa penasaran yang tinggi, Gretta berbalik badan. Ia meraih jubah tidurnya dan memakainya terburu-buru seraya meraih gagang pintu. Ia berlari melewati setiap lorong dan anak tangga. Harusnya ia bisa tersesat, sebab banyak sekali lorong dan ruangan yang mengarah ke berbagai tempat. Tetapi seolah Gretta sudah hafal seluk-beluk tempat itu, dan ia tak perlu waktu lama untuk menemukan Agandaur yang masih setia berdiri pada tempatnya.

Gretta menaiki setiap undakan anak tangga dengan perlahan. Kaki telanjangnya menapak dingin batu marmer. Di sebrang sana juga terdapat banyak anak tangga lainnya, kemudian di tengahnya terdapat kolam air berwarna biru pekat. Tiang-tiang dinding berdiri tegak dengan gagahnya, berwarna senada dengan istana itu—putih tulang. Gretta tak sampai habis meneliti setiap keindahan di sana, sebab ia sudah sangat penasaran dengan Raja tersebut. Dan begitu ia sampai di samping Agandaur, Raja tersebut tak perlu menengok sekilas untuk melihat siapa yang berdiri disampingnya.

Kedua manik Agandaur menatap jauh, bukan kepada gunung bersalju di hadapannya, melainkan jauh ke kedalaman yang tidak dapat Gretta selami. Meskipun begitu, Gretta seakan mengerti jika ada banyak hal yang ingin ia sampaikan. Dan yeah, Gretta sangat siap terhadap semua informasi yang akan ia dengar.

"Aku telah banyak melihat penyihir hebat di setiap masanya. Tapi... melihat dirimu, kemampuan yang kau miliki... merupakan hal pertama bagiku." Agandaur mulai berbicara. Masih tetap tanpa memandang Gretta. Jika di ruang pesakitan tadi, suara Agandaur terdengar berwibawa, namun kini suara itu menunjukkan betapa usia tidak dapat membohonginya. "Awalnya aku sempat skeptis akan ramalan yang pernah mendiang Ratu Victoria katakan, tapi setelah melihatmu... aku yakin jika hari itu sudah dekat."

Queen of SwordsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang