Bag 2 -Perhiasan Dunia-

4.6K 174 12
                                    

Karena dunia adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita solehah.

***
Sepulang dari bukit tadi sore, Syifa langsung mengurung diri di dalam kamar. Saat ini ia tengah terduduk di depan meja belajarnya. Tangannya dilipat dan wajahnya diletakkanya di atas lipatan tangannya. Matanya terpejam, namun ia tidak tidur. Ia juga tak menangis, namun pikirannya menerawang entah kemana.

Tiba-tiba ia merasa seseorang memegang bahunya yang tenang. Namun Syifa tetap enggan mengangkat kepalanya. Ia dapat mendengar desahan pelan dari orang itu.

"Sayang," panggil orang itu pelan. Orang itu adalah Ibunda Syifa.
"Makan yuk, bunda tau kamu belum makan kan," ujar sang bunda lagi. Tapi Syifa masih saja dengan posisi nya, diam tak bergeming. Wanita paruh baya itu membuang nafasnya kasar, ia menyadari sifat keras kepala Syifa yang diturunkan dari suaminya.
"Mama tau kok kalo kamu gak tidur," ujarnya lagi.
"Sayang, bunda tau apa yang kamu rasakan sekarang. Karena bunda juga pernah merasakannya saat bunda muda. Sakit memang, apalagi dia dengan mudahnya dapat pengganti kita. Tapi bunda gak mau terlihat lemah. Bunda merasa bunda harus bangkit, bunda gak mau terpuruk dalam kesedihan terus,"ujar sang Bunda lagi. Perlahan Syifa mengangkat kepalanya, menatap bundanya dengan tatapan nanar. Dan langsung memeluk sang bunda dengan hati yang sangat pedih diiringi isak tangis yang kini tak dapat lagi dibendungnya.

"Sayang, bunda mohon. Hapus air mata kamu. Kamu gak boleh seperti ini terus. Air mata kamu terlalu berharga jika kamu buang untuk seseorang yang memang belum pantas untuk kamu," ujar sang bunda lagi, masih memeluk anak semata wayangnya itu.

"Sayang, kalau memang Andre jodoh kamu, dia pasti akan kembali sama kamu, nak"

"Tapi ayah bun, ayah gak pernah setuju kalo Syifa pacaran sama Andre. Ayah terlalu keras kepala," seru Syifa di sela-selan isak tangisnya.

"Syifa, kalo Allah udah menakdirkan kamu akan berjodoh dengan Andre, gak akan ada satu orangpun yang bisa menghalanginya. Karena apa yang sudah digariskan-Nya, gak akan bisa dirubah manusia,"

"Kamu hanya perlu mendekatkan diri sama Allah, minta sama Allah, sebut nama dia dalam sholatmu," ujar sang bunda lagi yang tak henti-hentinya memberikan semangat dan motivasi untuk anak gadisnya yang mulai beranjak dewasa.

"Kamu hanya perlu memperbaiki diri. Kamu juga udah semester 6 kan, sebentar lagi semester 7. Bunda tau banget kalo semester 7 dan 8 itu semester yang paling berat untuk mahasiswa. Kamu harus fokus sayang, kamu harus punya target supaya lulus tepat waktu," Syifa mulai menyunggingkan senyumnya. Benar apa yang dikatakan bundanya. Ia harus lulus tepat waktu. Ia tak mau mengecewakan kedua orang tuanya yang sudah bersusah payah membiayainya kuliah hingga saat ini. Ia bertekad, ia harus bisa membuat kedua orang tuanya tersenyum bangga padanya. Syifa kembali memeluk bundanya, namun kali ini wajahnya dihiasi dengan senyum yang berbinar-binar di wajahnya.

"Nah gitu donk, anak bunda gak boleh lemah. Harus semangat.!!" Seru sang bunda seraya mengepalkan tangannya ke atas yang disambut gelak tawa Syifa.

"Makasi ya bunda. Bunda udah mau ngembalikan semangat Syifa," ujar Syifa tulus

"Iya sayang. Yauda bunda tunggu kamu di bawah ya, kita makan bareng ayah,"

Tak lama, sang bunda pun keluar dari kamar anaknya. Syifa masih dibayang-bayangi oleh ucapan bundanya barusan. Semangat itu kini hadir lagi. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak seperti ini lagi.

Saat ia hendak keluar kamar, tiba-tiba handphone yang berada di atas meja belajar ya bergetar. Syifa segera meraih handphonenya dan membuka lockscreen nya. Tampak disana notification bbm dari Yunda, sahabatnya.

'Besok perkuliahann diliburkan karena pihak kampus mengadakan isra' mi'raj menyambut bulan ramadhan. Lu dateng ya, pake baju muslim. Awas kalo gak dateng, gue ngambek'

Syifa terkekeh pelan melihat isi bbm yang dikirim sahabatnya itu. Suka memaksa memang, tapi Yunda adalah sosok sahabat yang paling baik yang pernah Syifa temui. Banyak kesamaan pada diri mereka sehingga mereka merasa cocok satu sama lain.

Syifa kemudian mulai membalas bbm sahabatnya itu

'Oke. Ntar kita pake gamis yang kita beli kemaren ya. Yang kembar, biar kita kompak'

Tak lama, muncul balasan lagi dari Yunda.

'Sip, gue juga tadinya mau ngajak lo pake itu'

Setelah menyelesaikan perbincangannya drngan Yunda, Syifa pun segera turun menemui bunda yang sudah menunggunya di meja makan bersama ayah.

***

"Karena sebaik-baiknya perhiasan dunia, ialah wanita yang sholehah. Kita tau sebentar lagi ramadhan tiba. Pasti banyak nanti perempuan-perempuan yang berhijab, menggunakan hijab dengan cantiknya. Namun yang sangat disayangkan, saat ramadhan berlalu hijab-hijab itu pun turut berlalu dari kepala mereka. Padahal kita tau, menggunakan jilbab bagi wanita muslim itu hukumnya wajib."

"Selangkah saja seorang anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat. Berarti ia telah mendekatkan ayahnya selangkah ke dalan api neraka. Na'udzubillahi min dzalik."

Syifa mendengarkan baik-baik ceramah dari ustadz yang diundang dalam acara isra' mi'raj yang diadakan di kampusnya. Ia terhenyak, seperti itu kah hukumnya? Sudah berapa langkah selama ini ia keluar tanpa menutup aurat? Sudah semakin dekatkah ayahnya ke dalam api neraka karena ulahnya?

Syifa tiba-tiba begidik ngeri membayangkan hal itu. Ia belum sempat memberikan kebahagiaan pada orang tua nya, malah ia mendekatkan ayahnya pada api neraka.

"Tanggung jawab seorang ayah itu berat. Ia harus bisa menjadi imam yang baik, menjaga anak istrinya, menjaga anak perempuannya. Perempuan itu sangat berharga. Ia menjadi tanggung jawab seluruh laki-laki dalam keluarganya. Saat ia belum menikah, maka ia menjadi tanggungan ayahnya. Tapi saat sudah menikah, ia menjadi tanggungan suaminya. Maka tak salah jika disebutkan bahwa perempuan adalah perhiasan dunia terindah"

"Banyak saya temui perempuan yang mulai mengenakan jilbab saat dirinya telah menikah. Dengan dalih, ia ingin menjaga suaminya. Tak ingin suaminya yang menanggung dosa karena tidak mengenakan jilbab. Tapi, taukah kau anak-anakku.?? Selama kau belum menikah, siapa yang menanggung dosa itu? Dia lah ayahmu, Orang tua mu. Tidakkah kau juga kasihan pada nya.??"

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang