Bab 18 -Cintai Aku Karena Allah bag.2-

3.5K 143 70
                                    


"Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Keputusan saya serahkan seluruhnya pada Syifa,"

***

Syifa POV

Aku pulang dengan segala rasa penat. Tadi Anna sempat mengajakku untuk makan bakso favorit kami yang berada di ujung gang tidak jauh dari kampus, tapi aku menolaknya. Aku memilih untuk langsung pulang ke rumah, mengistirahatkan hati dan pikiranku yang penat. Untungnya Anna bisa mengerti. Aku memang memilih diam semenjak diceramahi Yunda tadi siang. Bukan berarti aku ngambek, aku hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran agar bisa kembali normal.

Sesampainya di rumah, ada sepeda motor terparkir di halaman rumah. Awalnya ku kira itu milik tamu Ayah, tapi setelah diperhatikan sepertinya aku mengenal motor itu.

Aku masuk ke rumah sambil mengucapkan salam, dan aku mendapatinya.

"Saya tidak bisa berbuat apa-apa. Keputusan saya serahkan seluruhnya pada Syifa," ujar Ayah. Tunggu, apa maksud perkataan Ayah. Dan dia? Ilham? Sedang apa dia disini?

"Syifa, kemari Nak," panggil Ayah. Aku yang masih berkelut dengan beribu pertanyaan di kepala pun melangkah mendekat dengan mulut terkunci. Apa sebenarnya yang dia lakukan disini? Apa dia benar-benar merasa bersalah sampai harus meminta bantuan Ayah untuk membujukku? Dan ekspresi wajah yang ditunjukkan Ayah benar-benar tidak dapat ku tebak. Antara sedih, kaget, tapi juga senang.

"Kamu kenal dia?" Tanya Ayah sambil menunjuk Ilham yang duduk di seberang kami. Aku mengangguk pelan. Sekilas aku menatap Ilham, ia tampak menundukkan pandangannya. Ya Allah, hanya sekilas aku menatapnya tapi wajah tampannya itu benar-benar menggoda imanku. Astaghfirullah, istighfar Syifa istighfar, hati kecilku mengingatkan.

"Sudah berapa lama kamu mengenalnya?" Tanya Ayah lagi. Oke, pertanyaan Ayah memaksaku untuk flashback ke beberapa waktu yang lalu. Aku pertama kali bertemu dengannya saat kami sama-sama keluar daru musholla kampus. Lupakan kejadian saat aku melabraknya di kantin, anggap saja kejadian itu tidak pernah terjadi. Bahkan untuk sekedar mengingatnya saja aku malu.

"Beberapa bulan yang lalu, Yah. Syifa lupa kapan tepatnya," jawabku jujur. Ayah tersenyum mendengar jawabanku, senyum kebapakan.

"Sejauh mana kamu mengenal dia?" Kali ini aku bingung harus bagaimana menjawab pertanyaan Ayah. Yang aku tau, Ilham hanyalah mahasiswa fakultas Ilmu Pendidikan yang masih satu kampus denganku. Aku pertama kali bertemu dengannya di musholla, saat itu kami hanya saling sapa bukan saling berkenalan. Bahkan aku mengetahui namanya dari Yunda. Dan sejak saat itu kami memang sering dipertemukan. Dari dia yang membelaku saat komplotan Isna menyerang sampai kegiatan PKL kami yang ternyata dilakukan di lokasi yang sama. Sudah begitu saja dan hanya itu. Ada apa sebenarnya? Mengapa Ayah menanyakan hal yang tidak penting ini?

"Syifa mengenalnya hanya sebatas teman satu angkatan di kampus yang sama. Hanya itu, Yah," jawabku lagi dengan jujur.

Sepintas ku lihat Ayah menatap Ilham dengan tatapan yang tidak dapat ku artikan. Entah aku yang kelewat polos dan tidak peka, atau memang tatapan Ayah yang tidak dapat diartikan. Yang jelas aku tidak mau begitu ambil pusing.

"Kamu yakin?" Tanya Ayah yang kali ini ditujukan pada Ilham. Yakin? Yakin apa? Ada apa ini sebenarnya? Apa sebenarnya tujuan Ilham datang kemari? Dan ku lihat Ilham pun mengangguk mantap.

"Pemuda ini datang kemari dengan maksud melamar kamu, sayang," ujar Ayah tenang. Tidak ada nada keberatan dari gaya bicaranya.

Apa? Lamar?

Aku? Dilamar? Oleh Ilham?

Mau. Sangat mau malah!

Tapi tidak sekarang. Aku menggeleng cepat. Tidak, jangan sekarang aku mohon. Seseorang, tolong aku untuk membaca pikiran Ilham. Apa sebenarnya yang ada di pikirannya? Setelah merendahkan harga diriku, kemudian sok menjadi seseorang yang paling bersalah di muka bumi ini, sekarang dia berani-beraninya melamarku langsung pada Ayah? Ya Allah..

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang