Bag 4 -A New Life-

3.5K 107 1
                                    

"Nanti pulang kuliah temenin aku ke mall ya. Aku mau beli kerudung. Aku punya sih, tapi aku pengen yang baru," ujar Syifa kembali memamerkan cengiran khasnya.

Yunda menepuk jidatnya, "jadi alasan lo belum pake jilbab karena lo mau pake yang baru? Ya ampun Syifa, lo sebenernya niat gak sih berhijab? Alasan lo gak masuk akal banget!!" Seru Yunda kesal. Ia benar-benar tak habis pikir dengan tingkah sahabatnya ini.

Syifa menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia tahu, Yunda pasti sangat kesal terhadapnya sekarang. "Yunda, gak usah marah donk. Aku khilaf. Mau kan temenin aku??" Rengek Syifa manja. Kalau sudah begini, Yunda pun tak dapat berbuat apa-apa kecuali menuruti permintaan Syifa, sahabatnya yang sudah dianggapnya seperti adik sendiri.

"Iya iya gue temenin," ujar Yunda pasrah.

***

Jam perkuliahan akan berakhir 5 menit lagi. Di sudut kelas tampak Syifa sudah berkemas memasukkan alat tulisnya ke dalam tas dan merapikan dua buku tebal yang tadi dipeluknya. Yunda yang duduk di sebelah Syifa hanya menggelengkan kepalanya.

"Masih ada waktu 5 menit Syifa. Lo kecepetan beres-beresnya," sungut Yunda.

Syifa menolehkan kepalanya ke arah Yunda. "Ssttt, kamu diem aja. Kamu juga nunggu apa lagi sih? Cepat beresin barang kamu biar nanti pas bel kita langsung cabut," ujar Syifa sedikit berbisik.

Yunda lagi-lagi menggelengkan kepalanya. Apa hijab bisa merubah sifat Syifa yang slengean? Batinnya

Benar saja, 5 menit kemudian bel tanda jam perkuliahan selesai pun berbunyi. Mahasiswa lain baru akan membereskan alat tulisnya, sedangkan Syifa sudah hendak bangkit dari bangkunya.

"Yunda kamu lama banget sih. Kan tadi udah aku bilangin kamu beresin secepatnya. Sok rajin deh kamu kadang, aku tau banget kamu gak suka mata kuliah tadi," omel Syifa. Yunda hanya mendesah pelan mendengat ocehan Syifa. Ia sudah biasa mengahdapi Syifa dan sifat tidak sabarannya.

"Sembari berhijrah, gue harap lo perbaiki juga sifat dan sikap lo," tegas Yunda dan melangkahkan kakinya keluar ruangan. Syifa hanya terdiam. Sedikit mencerna kalimat yang dilontarkan Yunda tadi. Sadar, ia pun segera mengejar Yunda yang sudah mendahuluinya.

Tak lama ia pun berhasil mengimbangi langjah Yunda karena memang gadis itu belum berjalan terlalu jauh.

"Maafin aku ya Yun, aku udah buat kamu kesal sama aku," ujar Syifa tulus.

Yunda dapat menangkap nada tulus yang terlontar dari bibir Syifa. Lalu mengangguk pelan,"Lo gak perlu minta maaf. Gue cuma mau, lo harus imbangi jilbab lo dengan tingkah laku lo. Gue tau wanita yang berhijab itu juga belum sempurna, tapi ada baiknya jika lo perbaiki diri juga. Ini keputusan lo dan lo harus bertanggung jawab sama keputusan lo ini. Lo memang harus mikirin hablum minallah, tapi lo harus inget selain itu juga ada hablum minannas yang juga harus lo jaga," jelas Yunda panjang lebar.

Syifa dengan seksama mendengarkan apa yang dijelaskan oleh Yunda. Ia salut dengan Yunda, pemikirannya jauh lebih dewasa dari usianya. Padahal Syifa dan Ynda hanya terpaut usia satu tahun. Kadang ia berfikir, mengapa Yunda tak memutuskan untuk berhijab seperti dirinya.

Mereka melangkah beriringan menuju gerbang kampus. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang dirasa-rasa sangat menyakitkan mata, khususnya Syifa. Yunda pun terkejut saat merasa tangan Syifa menghadangnya dan membuat langkahnya terhenti. Ia mengikuti arah mata Syifa. Dan tampak disana Andre sedang dduduk berdua dengan kekasih barunya yang Syifa tak ingin mencari tahu perempuan itu siapa. Andre terlihat begitu bahagia bersama perempuan itu. Tampak dari raut bahagia di wajahnya dan tawa renyah yang keluar dari bibirnya. Yunda dapat melihat aura cemburu yang dikeluarkan Syifa. Matanya tampak basah dengan genangan air di pelupuk matanya. Ia seperti menahan agar air mata itubtidak menerobos keluar.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang