Bab 8 -Istiqomah bag 2-

2.6K 110 3
                                    

Syifa baru mengetahui kalau kedua orang gadis yang beberapa hari lalu menginterogasinya di musholla adalah teman dari Isna, kekasih baru Andre, mantannya.

"Mau apa sih dia?" gerutu Syifa kesal.
"Sirik kali dia sama lo," sahut Yunda santai.
"Sirik kenapa coba? Aku juga gak pernah ganggu Andre lagi," lanjut Syifa. Yunda hanya membalasnya dengan endikan bahu.

Syifa kembali melahap bakso yang tersisa di mangkuknya. Tiba-tiba matanya menangkap sesosok yang berjalan mendekat ke arah mereka. Namun Syifa mencoba cuek.

"Hai," sapa orang itu saat tiba di meja Syifa dan Yunda.

Yunda mendelik tak suka. "Mau ngapain lo?" Serunya langsung.

"Woles dong Yun, lo galak amat sama gue," jawab orang yang tak lain adalah Andre.

"Galak lah! Lo ngapain kemari deketin kita, hah? Biar koloni pacar baru lo itu ngelabrak Syifa lagi?" Cerocos Yunda.

Syifa hanya terdiam. Ia benar-benar enggan berbicara dengan Andre terlebih saat mengingat kejadian di musholla beberapa waktu lalu. Bukan berarti ia pendendam, namun ia malas ribut lagi.

"Maksud lo?" Tanya Andre bingung. Ia menatap Syifa, "teman Isna ngelabrak kamu, Fa?" Tanya Andre lagi meminta penjelasan lebih detail dari Syifa.

Namun lagi-lagi Syifa diam. Ia menatap Andre dengan tatapan malas dan jengah. Ia melahap sebutir bakso yang tersisa di mangkuknya dan beranjak dari bangkunya.

Andre ikut beranjak mengejarnya. Yunda mencoba menahannya namun karena ketidak siapan Yunda, Andre berhasil lolos.

"Aku tau kalo sesama manusia gak boleh bermusuhan dan harus saling menjaga tali silaturrahim. Tapi kalo kamu memang berniat menjaga hubungan baik sama aku, tolong kasih pengertian ke pacar baru kamu biar dia gak salah paham. Terima kasih, Assalamu'alaikum," ujar Syifa datar. Ia berjalan ke meja kasir untuk membayar makanannya dan meninggalkan area kantin. Masa bodoh dengan Yunda yang masih tertinggal di sana. Paling nanti dia ngomel.

***

Mendekati semester akhir, ada saja mahasiswa yang memilih untuk menghentikan kuliah. Ada yang beralasan keterbatasan biaya, ada juga yang beralasan sudah mendapat pekerjaan dan mereka lebih menikmati itu daripada ditugaskan pada tugas kuliah yang semakin menumpuk. Ada pula yang mengatakan berhenti kuliah karena takut skripsi. Ada-ada saja.

Hal ini membuat pihak kampus mengadakan pemadatan kelas. Kelas yang ditinggal beberapa mahasiswanya membuat kelas tersebut menyisakan sedikit mahasiswa di dalamnya. Untung nya saja, Syifa dan Yunda tidak dipisah akibat pemadatan ini. Namun buruknya, mereka harus sekelas dengan Isna.

"Biasa aja, kalo kita gak salah kenapa takut," ujar Syifa saat membaca pengumuman di mading.

"Tapi gue kesel aja Fa, tuh anak pasti bakal sering cari masalah sama kita," gerutu Yunda.

"Kita hadapi baik-baik kalo dia cari masalah sama kita," balas Syifa mencoba tenang, walau hatinya juga tak karuan mengingat Andre pasti akan sering datang mengunjungi Isna di sini. Ia tak memungkiri bahwa di dalam lubuk hatinya yang paling dalam ia masih menyimpan perasaan pada Andre. Walau rasa kecewanya pun besar, namun perasaan sayang itu tak bisa mudah untuk hilang.

Syifa hanya menghela nafas berat dan memasuki kelas yang sudah ditentukan di jadwal. Ia melirik Yunda yang masih sibuk memotret pengumuman di mading menggunakan kamera ponselnya.

Kelas tampak lengang. Sebagian mahasiswa memilih duduk di taman di depan ruang kelas, dan sebagian lagi memilih untuk mengobrol di teras.

Syifa memilih duduk di bangku besi yang terletak di teras dan mengeluarkan laptopnya.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang