Bab 6 -Kun Anta-

3.3K 115 0
                                    

Syifa berhasil menyanyikan lagu kun anta dengan baik. Tepuk tangan meriah pun diterimanya. Ia tersenyum sumringah, ia puas bisa menghibur anak-anak yatim piatu di panti asuhan ini. Panitia bakti sosial memilih Panti Asuhan Bunda untuk menjadi lokasi diadakannya acara bakti sosial. Dan untuk hiburan, Syifa ditunjuk untuk menyanyikan sebuah lagu. Ia memang hobi menyanyi, tapi untuk tampil di depan umum jujur ia tidak pernah melakukannya. Ia grogi. Namun riuh tepuk tangan dari anak-anak di panti asuhan itu membuat semangatnya berkobar.

Ia memilih lagu kun anta. Ia suka lagu itu. Walaupun berbahasa arab, ia dapat mengambil makna yang tersirat dalam lagu itu. Bahwa untuk menjadi cantik bukan harus mengikuti gaya fisik orang lain. Bahwa untuk menjadi cantik harus percaya diri dengan kemampuan yang ada pada diri sendiri. Karena cantik yang sesungguhnya ada di dalam diri sendiri, karena cantik yang sesungguhnya adalah karena akhlak yang baik.

"Keren banget Fa," puji Yunda tulus saat Syifa selesai menyanyi. Syifa membalasnya dengan senyum sumringah. Ia bahagia sekali hari ini bisa ikut serta dalam acara bakti sosial sekaligus menghibur anak-anak di panti asuhan itu.

Tiba-tiba suara dari sound system menggema. Tampak micropbone yang terhubung dengan sound system dipegang oleh seseorang yang menyebabkan sound system itu menggema. Syifa mengenali orang itu. Orang itu adalah pemuda berkoko putih yang beberapa hari lalu menyapanya di musholla. Pipi Syifa seketika memancarkan rona merah, ia teringat moment di musholla beberapa hari lalu.

"Jadi dia disini? Berarti dia lihat aku tadi nyanyi dong?" Tanya Syifa pada dirinya sendiri. Suaranya amat pelan, namun Yunda yang berdiri di sampingnya dapat mendengar gumaman Syifa.

"Lo ngomong apa?" Tanya Yunda.

"Ah? Apa? A-aku gak ngomong apa-apa," sergah Syifa segera.

"Kayaknya tadi gue denger suara lo deh," ujar Yunda lagi.

"Kamu salah denger tuh," Syifa kembali berkelit. "Cowok itu siapa ya? Dia mau nyanyi juga?" Tanya Syifa. Ia sebenarnya sedang mencari info. Siapa tahu Yunda mengenal pemuda itu.

"Kalo gak salah namanya Ilham. Dia anak semester 7 juga di FKIP, prodi pendidikan agama islam deh kayaknya, soalnya tuh anak terkenal banget di FKIP karena hobinya posting murrotal nya dia di instagram. Tuh dia paling mau ngaji, suaranya bagus banget," jelas Yunda. Syifa terperangah. Dia punya akun instagram? Banyak postingan dia lagi ngaji? Naluri kepo Syifa pun keluar. Ia ingin menanyakan lebih detail namun gengsi. Ia terpaksa menahan kekepoannya.

"Kamu kok bisa tau?" Tanya Syifa penasaran.

"Tau lah. Makanya lo bergaulnya jangan sama sesama anak fakultas IlKom aja. Temenan sama anak dari fakultas lain juga. Kita udah semester 7 loh, masa sama temen sekampus gak kenal," ujar Yunda. Tajam dan sedikit pedas. Syifa hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil cengir kuda.

"Test.. Test.." Ilham cek sound.

Syifa langsung menolehkan kepalanya ke arah pentas, dimana pemuda bernama Ilham itu tengah duduk bersila. "Hendak apa dia? Kalau ingin mengaji, mengapa tidak ada Al-Qur'an di depannya?" Syifa membatin.

Sejurus kemudian, pertanyaan Syifa terjawab dengan dilantunkannya surah Al Mulk oleh Ilham. Ia tahu betul surah itu, surah Al Mulk merupakan surah favoritnya setelah surah Ar Rahman. Surah Al Mulk merupakan surah yang biasa dibaca Rasulullah sebelum tidur di malam hari karena agungnya kandungan maknanya.

Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.

Syifa sangat menyukai makna dari ayat ke 12 pada surah itu, dimana kita sebagai manusia dianjurkan untuk takut hanya pada Allah. Karena sesungguhnya, Allah lah maha pemilik semua yang ada di alam semesta ini, Allah maha Kuasa.

Hijrah CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang