Chapter 14

43 1 0
                                    

Alkia sudah siap berangkat ke sekolah. Dirinya berdiri di depan pagar rumah untuk menunggu kedatangan Arsya. Sejak semalam perasaannya semakin tidak karuan bahkan dirinya hampir kesiangan gara-gara tidur menjelang sepertiga malam. Entahlah semalam pikirannya sangat tidak tenang. Gelisah serta ketakutan tiba-tiba mengusik malamnya hingga memaksa untung bergadang dan itu menyiksa.

Saat tengah malam Alkia sempat mengirim pesan pada Arsya untuk menanyakan apakah semalam laki-laki itu pulang dengan lancar, tetapi tidak ada balasan hingga pagi hari.

"Al, udah mau jam setengah delapan. Kamu yakin nggak mau bareng Mama aja?"

Suara Weni yang berasal dari dalam rumah dan mengunci pintu membuat Alkia tersentak. Ia melihat jam tangannya. Benar, matahari mulai meninggi tetapi tanda kehadiran Arsya belum juga terlihat.

"Mama duluan aja. Bentar lagi Kak Arsya datang," jawabnya tidak yakin.

"Kamu yakin?"

Enggak juga, sih. Alkia bergumam tidak jelas. Ia menyalimi tangan mamanya sebelum pergi masuk ke dalam mobil yang sudah datang menjemputnya.

"Pesan ojek kalo misalkan Arsya nggak dateng, ya," pesan Weni khawatir.

"Iya, Ma."

"Mama duluan. Kamu jangan sampai terlambat."

Alkia mengangguk ragu.

Setelah mengucapkan salam, mobil yang Weni tumpangi melaju ke lain arah. Sedangkan itu, Alkia mulai resah. Ia akan mencoba menunggu lima menit lagi. Barangkali Arsya mengalami kendala di tengah jalan hingga membuatnya datang dengan terlambat.

Senyuman pun tercetak jelas di wajah Alkia saat suara motor mendekat ke arahnya. Namun, raut wajahnya langsung berubah saat tahu kalau itu bukan motor Arsya.

"Lo?"

"Naik!" perintahnya tanpa turun dari motor.

"Nggak."

Alkia menoleh ke belakang lelaki itu, memastikan jika jemputannya akan segera datang.

"Sekolah bentar lagi masuk. Kelas kita juga ada ulangan Matematika. Lo mau kena hukuman gara-gara telat dan bolos ulangan?"

Raut wajah yang semula khawatir berubah masam.

"Buruan naik. Gue pulang lagi demi lo."

Seketika fokus Alkia teralihkan. Ia menatap bingung pada Ken.

"Demi gue?" gumamnya.

"Buruan naik, Al! Atau kita akan terlambat."

"Tapi...."

"Naik!" Kalimat tegas itu meruntuhkan keyakinan Alkia tentang Arsya. Dengan terpaksa ia pun naik ke atas motor Ken.

Tiba-tiba Ken menarik kedua tangannya yang bertumpu pada pahanya dan melingkarkan  pada pinggang lelaki itu.

"Pegangan. Gue mau ngebut."

Benar saja, setelah menghidupkan motornya, Ken langsung melajukan motor dengan kecepatan yang lumayan tinggi. Pagi itu, Alkia sadari jika ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya. Entahlah, dirinya tidak memiliki jawaban atas apa yang terjadi.

🌓

Tidak butuh waktu lama untuk Ken mengendarai motornya. Sesampainya di parkiran bel masuk pun berbunyi. Hampir saja Alkia terlambat.

Saat turun dari motor kedua matanya terus mengedar mencari objek yang ingin dirinya lihat. Nihil. Alkia tidak menemukan motor khas milik lelaki yang ingin ia tanyakan kemanakah perginya sampai lupa untuk menjemput dirinya pagi ini.

CAMARADERIES [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang