Chapter 23

104 2 1
                                    

Lembaran-lembaran foto berceceran di atas ranjang. Sedangkan itu, di jendela kamar yang terbuka seorang gadis sedang menatap dengan penuh emosional pada satu lembar foto di tangannya. Kemarin sore sebuah paket datang atas nama dirinya. Jika saja ia tidak melihat nama pengirimnya, mungkin paket itu sudah diabaikan karena ia tak merasa membeli barang.

Ketika hari ini ia membuka isi paket tersebut, matanya mulai berkaca-kaca, tetapi ia menahan sebisa mungkin karena dirinya sudah berjanji untuk tidak menangisi hal yang sudah berlalu.

Hari ini tepat satu bulan sejak pertemuan terakhir di pantai sore itu. Ia kehilangan informasi tentang sosok yang masih mengisi ruang di hatinya sampai saat ini.

Arsya Mahendra. Lelaki itu sudah terbang ke negeri dimana tak seorang pun tahu termasuk Alkia. Lelaki itu juga tidak datang di acara perpisahan sekolah bahkan memutuskan semua kontak dengan orang-orang yang dikenalinya termasuk Alkia.

Entah apa yang dipikirkannya, Alkia saja tidak habis pikir dengan caranya untuk pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam perpisahan.
Namun, hari ini ia malah dikejutkan dengan paket yang berisi banyak fotonya tanpa ia ketahui kapan gambar dirinya diambil. Hanya saat di pantai saja yang Alkia ketahui, sisanya dipotret tanpa sepengetahuannya.

Ada hal yang membuatnya menangis tersedu-sedu adalah sebuah surat tulis tangan yang terselip di antara banyaknya foto tersebut. Di zaman yang modern ini, lelaki itu lebih memilih menulis surat ketimbang sebuah video.

Tangan Alkia kembali meraih surat di atas meja belajarnya. Sebagian sudah basah karena tetesan air matanya.

Jakarta, Indonesia
Minggu, 14 Mei 2023

Dear, Nona Almira Saskia

Hallo, Nona Alkia. Gue sarankan saat membaca surat ini lo sedang duduk sendiri.
Ada banyak hal yang mau gue sampaikan sama lo, tetapi gue nggak punya keberanian untuk mengungkapkannya. Anggap aja gue ini sekarang pengecut.

Sudah lama, sejak pertemuan pertama kita di tangga koridor yang nggak pernah terduga. Gadis cantik dengan bandana hitam berhasil menarik perhatian gue di masa akhir sekolah.

Alkia, gue ikut sedih saat lo berantem sama Ken. Gue merasakan sakit juga ketika lo dihina sama dia. Akan tetapi, gue menyadari kalo perasaan lo memang jauh lebih besar sama dia. Lo sabar dengan segala hal yang menimpa persahabatan kalian, gue kagum. Gue mengerti ketika lo lebih mementingkan persahabatan daripada perasaan lo.

Alkia, tanpa lo sadari ada seseorang yang sudah menaruh perasaan ke lo. Iya, itu gue. Lelaki dengan latar belakang penuh kenakalan ini menyatakan jatuh cinta sama lo. Tetapi, gue nggak berani mengungkapkannya secara langsung, maka dari itu gue tulis di kertas ini. Entah kapan surat ini akan sampai ke lo, tetapi gue hanya ingin menulisnya.

Setelah pertemuan kita di pantai sore itu, gue menyadari kalo perasaan gue memang besar ke lo, tetapi gue nggak bisa merebut perasaan lo yang besar ke Ken. Gue akui, dalam hal asmara gue selalu kalah. Gue hanya mencintai lo tanpa berharap untuk kembali dicintai.

Gue hanya nggak ingin lo kembali terluka jika dicintai sama gue. Oh, ya, cewek yang lo kira pacar gue itu adalah kembaran gue, namanya Cika. Maaf, gue sempat ingkar janji nggak jemput lo di pagi itu karena Cika mengalami kecelakaan. Dia satu-satunya wanita yang gue punya di dunia ini setelah mama nggak ada.

Alkia, maaf untuk luka tanpa sengaja yang pernah gue torehkan ke hati lo. Maaf, kalo banyak pertanyaan yang nggak bisa gue jawab. Gue hanya bisa mengatakan kalo gue mencintai lo, tetapi gue nggak bisa untuk berada di sisi lo dalam jangka waktu yang lama.

CAMARADERIES [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang