Chapter 21

40 0 0
                                    

Selesai. Ujian kenaikkan kelas telah dilaksanakan dengan tertib dan aman. Semua murid mengikuti dengan sungguh-sungguh. Tinggal menunggu pembagian hasil pembelajaran selama semester dua, maka mereka akan resmi naik ke tingkat selanjutnya.

Menegangkan sudah pasti. Penilaian sikap dan pelajaran akan segera diketahui. Akankah nilai positif atau negatif yang didapatkan. Meskipun, nilai bukan segalanya karena setiap murid memiliki kemampuan masing-masing, tetap saja pada akhirnya orang lain akan melihat dari nilai. Karena jaman sekarang angka menjadi patokan untuk menilai. Tingkatnya mungkin agak rendah dari penampilan, tetapi tetap saja angka menjadi nilai tersendiri.

Tidak hanya itu, para juara yang selalu digadang-gadang akan aman di posisi tetap, selalu menjadi momok sebagian murid pintar. Karena sedikit saja kesalahan dalam pembelajaran maka posisinya akan tergeser.

Jadi, sudah menjadi rahasia umum jika banyak murid mengambil les tambahan untuk nilai akademik dan non akademik. Semua itu hanya agar nilai mereka tetap stabil, bahkan kalau bisa akan melesat jauh daripada yang lainnya.

🌓

Suasana koridor ramai dengan para murid yang menunggu untuk giliran pembagian rapor. Sudah jadi tradisi jika wali murid yang mengambilnya bila kenaikkan kelas. Maka dari itu, mereka mendampingi para orang tua untuk menuju ruangan pembagian rapor.

Namun, di saat para murid sibuk, seorang gadis dengan bandana terlihat santai saja di kantin. Area yang selalu ramai mendadak sepi. Ia duduk di pojok seorang diri dengan menikmati bakso serta es jeruknya. Libur panjang akan segera dimulai, jadi Alkia memilih untuk makan bakso favorit di kantinnya daripada menemani sang mama.

Beberapa kali dirinya ditelepon oleh Syifa, akan tetapi ia lebih menitipkan mamanya pada sang sahabat. Bukan durhaka, dirinya tidak sanggup harus mendengar jika namanya tidak masuk ke lima besar. Lebih baik di kantin, mengabiskan mangkok bakso ke tiganya.

"Kenyang," gumamnya sembari memundurkan mangkok yang kosong itu, lalu meraih es jeruknya dan menandaskan tanpa sisa.

Ia mengecek ponselnya saat pesan masuk dari Syifa yang memberitahu jika pembagian rapor sudah dimulai. Fokusnya teralihkan ketika kursi di seberangnya bergeser. Seseorang yang ia kenali duduk di sana.

"Hai, Al," sapanya.

Hati Alkia berdesir saat mendengar suara itu lagi. Ada kerinduan ketika suara itu menyapa dengan sebutan 'Nona' padanya.

"Hai, Kak," balasnya sembari tersenyum tipis.

"Nggak ke kelas?"

Alkia menggeleng. "Kakak sendiri ngapain ke sekolah? Bukannya harus persiapan untuk acara promnight?"

"Ketemu lo," jawab Arsya yang berhasil menciptakan kerutan di dahinya.

"Kenapa?" Alkia bergerak tidak tenang.

"Mau ikut gue nggak sehabis pulang sekolah?"

"Kemana?"

Arsya tampak sedikit berpikir. "Pantai. Sore nanti pasti ada senja, gue mau ajak lo ke sana sekaligus perpisahan kita sebelum gue melanjutkan studi ke luar negeri," tuturnya.

"Kakak mau kuliah ke luar negeri?" tanyanya.

"Iya. Karena nggak ada alasan untuk gue bertahan di sini."

CAMARADERIES [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang