Hai, Kalu balik lagi. Menuhin janji yang pengen chapter baru. Maaf, sudah menghilang :) judulnya aku ganti-ganti, ya, gaes, soalnya belum menemukan judul yang pas. Hehe....
Happy reading🖤
🌓🌓🌓
Hari telah berganti. Gosip-gosip di sekolah tentang dirinya juga perlahan mulai menyurut.
Gadis berbandana hitam itu turun dari motor besar milik kakak kelasnya. Bisa dibilang keduanya memang mulai dekat. Entah berapa banyak waktu yang mereka habiskan bersama, tetapi kenyataannya mereka terlalu sering untuk bersama.
Kadang di sekolah, rumah ataupun saat menjajaki tempat-tempat yang memang belum dikunjungi.
"Gue ke kelas duluan, ya, Kak. Makasih untuk tumpangannya," ucap Alkia sembari merapikan seragamnya.
Belum sempat Arsya menjawab. Motor besar hitam milik seseorang yang tidak asing terparkir sempurna di samping motornya.
Dua insan yang Alkia kenali turun dari atas motor sembari melempar senyuman manis di antara mereka. Melihat itu, Alkia hanya melempar lirikan sekilas dan bersikap tidak peduli.
"Hai, Alkia," sapa Adel dengan senyuman lebarnya yang Alkia pastikan itu senyuman kejahatan.
Mengabaikan sapaan Adel, dirinya memilih menarik tangan Arsya untuk pergi dari sana. Rasanya malas ketika pandangannya tidak sengaja melihat pinggang Adel direngkuh oleh Ken.
"Punya sopan santun, kan?"
Suara Ken menghentikan langkahnya.
"Pacar gue baru aja nyapa lo. Setidaknya lo tahu caranya untuk membalas sapaannya," lanjut Ken, menekankan kata 'pacar'.
"Waktu dia terlalu berharga untuk itu," sahut Arsya di sampingnya.
"Gue nggak ngomong sama lo!" timpal Ken dengan nada kesal.
Ketika Arsya hendak menimpali ucapan sahabatnya itu, Alkia lebih dulu menarik Arsya untuk pergi tanpa menoleh pada sahabatnya. Ia bukan tidak sopan, tetapi Alkia hanya malas untuk berbasa-basi dengan perempuan yang sudah merusak persahabatannya dengan Ken.
Entah mengapa ia sangat yakin jika yang menyebarkan video dirinya dan Syifa adalah Adel. Siapa lagi jika bukan perempuan itu. Mana mungkin semua itu sebuah kebetulan di saat Alkia mendapatkan bukti jika Adel berselingkuh dari Ken.
"Al, harusnya lo biarin gue ngomong sama Ken," ujar Arsya dengan suara rendahnya.
"Udah, Kak, nggak usah dibahas. Gue nggak mau lagi berurusan sama Ken, terserah dia mau apa."
"Lo harusnya curiga kenapa mereka balikan."
Iris Alkia menangkap kepergian Ken yang sudah menghilang di koridor sekolah. Entahlah, ia merasa bingung. Mungkinkah Adel tahu rencananya atau semua yang terjadi padanya hanyalah rencana gadis itu agar Ken semakin menjauh darinya.
"Biarin cewek itu bertindak seenaknya. Gue nggak peduli. Dia bukan siapa-siapa yang harus gue pedulikan."
"Tapi dia berpotensi jadi penghancur dalam hubungan persahabatan kalian."
Menarik napas panjang karena dadanya terasa sesak mendengar ucapan Arsya.
"Hampir hancur. Tinggal menunggu siapa yang akan menyerah untuk mempertahankan persahabatan kami."
Setelah itu, Alkia melenggang pergi meninggalkan Arsya yang menatap teduh padanya. Tatapan yang Alkia tidak tahu apa artinya.
🌗🌗🌗
Selama pelajaran berlangsung, mata Alkia tidak pernah lepas dari objek yang membuatnya bimbang.
Ia bahagia melihat Ken bahagia, walaupun bukan bersamanya. Namun, ia tidak ingin melihat Ken terus dikhianati terus-menerus oleh pacarnya.
"Al, kenapa?" tanya Syifa sembari menyenggol lengannya.
"Kenapa?" Alkia terlihat bingung. Lebih tepatnya ia tidak siap saat Syifa bertanya.
Sahabatnya berdecak malas. "Lo lihatin Ken terus. Ada masalah lagi?"
Alkia paham. Sepertinya Syifa sadar jika ia sedari tadi memperhatikan lelaki itu.
"Nggak, kok."
"Gue sangat berharap lo berbagi masalah sama gue, Al. Karena gue yakin dengan tatapan lo seakan menyiratkan sebuah makna. Kita sahabatan, mungkin aja lo lupa."
Alkia tersenyum miris.
"Kalo gue ada pacar dan lo mergokin pacar gue selingkuh, apa yang akan lo lakuin?"
"Kasih tahu lo, dong. Tapi sebelum itu gue cari bukti," jawabnya.
Syifa membulatkan mulutnya. "Alkia, jangan bilang kalau Ken selingkuh?"
Alkia menggeleng. "Lebih tepatnya diselingkuhi."
"Oh my god!" pekiknya dengan pelan. "Seriusan?"
"Iya. Sayangnya, saat gue mau kasih buktinya, Ken malah menjauh dari gue."
Syifa mendengus sebal.
"Gara-gara gadis licik itu Ken sampai lupa cara mencintai dengan benar. Gue akan kasih dia pelajaran."
Alkia menggeleng. "Biarin waktu aja yang jawab. Ken lagi jatuh cinta banget, jadi percuma kalo kita kasih tahu tentang Adel. Suatu saat, waktu akan menjawabnya. Intinya, kita harus tetap mendukung kebahagiaan Ken," ujarnya.
Membenarkan kacamata beningnya, Syifa merangkul bahu Alkia.
"Gue sebagai cewek aja beruntung punya sahabat yang rasa sabarnya nggak ada habisnya. Gue yakin menjadi Alkia itu nggak mudah," ujar Syifa.
Melempar senyuman tipis, Alkia memandang punggung Ken yang tegap di depan sana. Benar yang Syifa katakan, rasa sabarnya seperti tiada habisnya. Namun, kenyataannya memang benar jika saja Alkia bisa sabar mencintai Ken secara diam-diam, maka masalah yang menimpanya sekarang tidaklah sebanding dengan pengorbanannya dulu.
"Jadi, apa rencana lo untuk Adel?" tanya Syifa.
"Gue akan pikirkan itu nanti," jawabnya dengan tersenyum penuh makna.
Mungkin saja ia menyerah untuk memperjuangkan perasaannya, tetapi Alkia tidak akan menyerah untuk memperjuangkan persahabatannya. Ia akan memperjuangkan kebenaran untuk menyelamatkan sahabatnya dari pengkhianatan.
🌓🌓🌓
Gadis berambut curly begitu tersentak saat jalannya diblokade oleh seseorang yang tidak asing lagi.
Senyuman sinisnya ia lemparkan ketika Alkia menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Ada tamu tidak diundang, nih," ejeknya.
"Gue mau ngomong sama lo."
Alkia melangkah untuk mengajak Adel menjauh dari koridor, tetapi ucapan gadis itu membuat langkahnya tertahan.
"Ken pasti nunggu gue di kantin. Kalo gue telat dari waktu yang dijanjikan, entah apa yang akan dia lakukan kalo tahu sahabatnya menahan gue di sini."
Membuang napas kasar, Alkia berdecak malas.
"Cepat atau lambat kebusukan lo akan terbongkar. Sekarang lo boleh menang atas Ken, tapi suatu saat lo akan menyesal."
"Oh, ya? Seorang Adel nggak akan pernah menyesal dalam setiap perbuatannya selama ini. Gue yang kendaliin permainan ini, maka gue yang berhak untuk mengakhirinya."
Setelah itu, Adel melenggang pergi meninggalkan Alkia yang masih menatap kosong. Membiarkan bahunya ditabrak kasar tanpa berminat untuk membalasnya.
"Kali ini gue pastiin lo akan menyesalinya," gumam Alkia.
🌓🌓🌓
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIES [SELESAI]
Ficțiune adolescenți𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Bagaimana jadinya kalau kamu jatuh cinta dengan sahabat sendiri? Mustahil. Satu kata untuk persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang tidak akan jatuh cinta. Karena kenyataannya salah satu di antara keduanya ti...