Chapter 16

40 1 0
                                    

Sudah hari ketiga sejak Arsya tidak masuk sekolah. Sejak saat itu pula tidak ada kabar yang diterimanya tentang kondisi lelaki yang selama ini berpengaruh terhadap hidupnya.

Hari ini kelas dua belas ada kegiatan sebelum ujian sekolah. Dirinya berharap sosok itu muncul karena akan menghadiri kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh murid sebagai syarat mengikuti ujian. Sebenarnya itu harapan yang mungkin tidak akan pernah terwujud, tetapi derum motor yang ia kenali memasuki area parkir membuat harapan itu berubah menjadi kebahagiaan tersendiri.

Dirinya yang baru turun dari motor Syifa langsung berjalan mendekati senior yang sudah mengambil sebagian sisi kehidupannya. Beberapa teman-teman Arsya juga terlihat mendekati posisi lelaki itu termasuk Venus. Hingga membuat jarak pandang Alkia sedikit terganggu.

"Kak Arsya, tuh, samperin yuk," ajak Syifa penuh antusias.

Belum sempat mereka melangkah, tubuh jangkung Arsya sudah berdiri di hadapannya.

"Lo kemana aja, Kak?"

Pertanyaan itu datang dari Syifa yang berdiri di sampingnya. Sahabatnya itu mewakili pertanyaan yang sudah muncul saat melihat Arsya kembali bersekolah.

Hening.

"Kak Arsya...."

"Gue sibuk."

"Sesibuk itu sampai tiga hari lalu lo nggak bisa dihubungi, bahkan lupa janji lo sama sahabat gue," lanjut Syifa.

Desiran itu kembali hinggap pada Alkia. Mengingatnya membuat ia ingin memaki Arsya karena mengingkari ucapannya. Apalagi sampai menghilang tanpa kabar dan muncul pagi ini tanpa raut wajah bersalah.

"Ada urusan penting. Jadi, sorry kalo udah ingkar janji," ujar Arsya sembari melirik Alkia.

"Minta maaf sama sahabat gue. Di hari itu dia hampir kesiangan gara-gara nungguin lo."

Syifa mendorong pelan Alkia—hingga jarak di antaranya dan Arsya menjadi dekat. Sebenarnya ia tidak membutuhkan itu semua. Melihat Arsya yang kembali ke sekolah saja sudah cukup membuatnya senang. Setidaknya dia baik-baik saja. Karena sejujurnya pengungkapan di kantin hari itu membuat Alkia berpikir yang macam-macam. Ia takut terjadi sesuatu pada Arsya.

"Gue minta maaf."

Kalimat lembut itu tercetus dengan sebuah tangan yang memegang kedua bahunya.

"Lain kali gue nggak akan buat janji lagi. Karena mungkin nggak bisa gue tepati," lanjutnya.

Alkia menggeleng pelan. Ia tersenyum tipis karena canggung dilihat beberapa temannya.  Apalagi tatapan Venus yang sangat sulit diartikan.

"Syifa terlalu berlebihan, Kak. Gue aman, kok."

Arsya mengangguk. "Kalau gitu gue ke kelas duluan, ya. See you, Al."

Mengangguk cepat, Alkia memberikan jalan untuk Arsya meninggalkan area parkir bersama teman-temannya. Sementara itu, tatapan Alkia tidak sengaja bertubrukan dengan sepasang mata yang masih menatapnya dari jauh.

"Kayak ada yang beda dari Kak Arsya," bisik Syifa.

Mengangkat bahu tidak peduli, Alkia memilih untuk pergi ke kelasnya. Menurutnya, Arsya sama saja. Lelaki itu mungkin sedang ada masalah yang membuat dirinya tidak hadir ke sekolah. Ia tidak ingin terlalu banyak bertanya, karena urusan pribadi Arsya dan siapa juga dirinya yang harus tahu tentang lelaki itu.

"Lo nyadar nggak, sih, Al?" Syifa kembali bertanya.

"Apa?" Alkia menanggapi dengan malas.

CAMARADERIES [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang