Alkia sudah siap untuk berangkat menuju tempat pertandingan basket yang Syifa bicarakan di kelas tadi pagi. Matahari bersinar sedikit meredup karena awan hitam mulai bergerak memenuhi langit yang semula berwarna biru. Namun, tidak menyurutkan niatnya untuk menonton pertandingan.
Setelah berpamitan pada sang mama, ia akan langsung pergi untuk menuju halte angkutan umum. Namun, saat dirinya keluar rumah, saat itu juga motor Ken keluar dari pekarangan.
Lelaki jangkung itu memakai kaos basket. Sepertinya akan pergi untuk bertanding. Menyadari kehadirannya, Ken mendekat.
"Mau kemana lo?" tanya Ken sembari memperhatikan penampilannya. "Rapi banget kayak mau kencan."
Alkia ikut meneliti penampilannya. Ia hanya memakai kaos dusty polos yang dipadukan dengan jeans denim dan outer putih.
"Lo sendiri mau kemana?"
"Tanding basket."
"Dimana?"
Ken memicingkan mata. Hal itu membuat Alkia mendengkus sebal.
"Gue mau nonton pertandingan basket. Gue pikir kita ke tujuan yang sama."
Setelah itu, Alkia beranjak pergi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Bisa-bisa Syifa akan terus menerornya karena terlambat.
"Al, tunggu!" Ken menahan pergelangan tangannya. "Lo mau ke pertandingan basket?"
Mengangguk, tangannya ia lepaskan dari Ken.
"Mau bareng? Barangkali gue bisa antar lo dulu. Setelah itu, gue bisa pergi."
"Your girlfriend?"
Karena Alkia tidak ingin pacar sahabatnya itu mengatakan dirinya dengan kalimat yang macam-macam. Maka, sebaiknya ia memastikan apakah Adel akan ikut atau tidak.
"Dia ada les. Jadi, nggak bisa nonton gue tanding."
Tanpa pikir lagi, Alkia langsung naik ke motor Ken dengan tersenyum lebar. Entahlah, ia rasanya bahagia mendengar Adel tidak bisa menonton pertandingan Ken.
"Anyway, lo mau ke pertandingan basket mana?" tanya Ken setelah melakukan motornya.
Alkia mencondongkan wajahnya hingga lebih dekat dengan Ken. Ia merasa sudah lama sekali mereka tidak sedekat ini.
"Lapangan dekat kafe Nesya. Syifa udah nunggu gue juga di sana," ucapnya dengan sedikit berteriak karena suara kendaraan yang berisik.
"Really?"
Alkia mengangguk, meskipun Ken tidak melihatnya.
"Kebetulan gue bertanding di sana."
"Oh, iya?"
Ken mengangguk. "Klub di luar sekolah. Gue gabung sama Ragil dan Geo. Ada beberapa juga gabungan dari sekolah lainnya. Jadi, kita satu tujuan, dong. Kenapa lo nggak ngomong dari tadi waktu gue nanya, sih."
"Gue kira kita udah nggak satu tujuan lagi, Ken," gumamnya dengan pelan.
"Lo ngomong sesuatu?" tanya Ken ketika berbelok ke kanan menuju jalanan besar.
"Nggak. Gue pikir lo bukan ke sana," jawabnya.
Tidak butuh waktu lama, setelah menempuh jalannya besar, lalu berbelok memasuki jalanan yang penuh dengan bendera warna-warni di sepanjang jalan akhirnya mereka telah tiba di tempat tujuan.
Lapangan outdoor yang cukup luas dengan kursi penonton di sekelilingnya menyambut kedatangan keduanya. Suara yel-yel terdengar mengesankan di telinga Alkia. Sebelumnya ia tidak pernah menonton pertandingan basket karena waktunya dihabiskan di rumah bersama Ken. Lelaki itu bahkan jarang pergi ke luar rumah. Namun, semuanya memang berubah dengan seiring berjalannya waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIES [SELESAI]
Teen Fiction𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Bagaimana jadinya kalau kamu jatuh cinta dengan sahabat sendiri? Mustahil. Satu kata untuk persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang tidak akan jatuh cinta. Karena kenyataannya salah satu di antara keduanya ti...