Halo, everyone, selamat malam Minggu dan libur sekolah. Kalu kembali lagi. Hai, hai....
Kalu mau bilang, makasih udah mampir ke lapak ini. Semoga nggak bosen sama jalan ceritanya.
Say hello dulu, dong, sama Alkia dan Arsya. Karena chapter kali ini ada mereka.
Happy reading all 🖤
🗣️ Follow, share, like dan komen
Entah sebuah kebetulan atau takdir Tuhan. Dari banyaknya penduduk bumi di SMA Trisatya, Alkia harus bertemu dengan laki-laki yang kehadirannya saja tidak pernah Alkia inginkan.
Arsya Mahendra. Seniornya itu sedang duduk di atas motornya yang terparkir di bawah pohon beringin.
Kali ini penampilan Arsya cukup rapi. Rambut yang sering berantakan sudah dirapikan walaupun masih sedikit memanjang, seragam yang dimasukkan tapi kurang topi dan dasi serta wajah yang sudah tidak lagi memar.
"Oh, halo, Nona cantik? Selamat pagi," sapa Arsya
Alkia yang baru melewatinya, otomatis memundurkan lagi langkahnya.
"Pagi," balas Alkia.
Arsya turun dari motornya, lalu menghampiri Alkia.
"Langit cerah berawan, angin berembus pelan dan ombak di lautan tenang, tapi kenapa wajah lo kelihatan lebih menyeramkan dari fenomena alam?"
Bola mata Alkia merotasi malas. Ia kadang tidak tahu harus bersikap seperti apa pada seniornya itu. Kadang Arsya terlihat menjengkelkan, tapi ada saatnya dia juga terlihat unik.
"Oh, halo, Nona." Arsya mengibaskan tangannya di depan wajah Alkia. Sontak saja Alkia mengedipkan matanya berkali-kali.
"Lo terpesona lagi sama kegantengan gue?"
"Oh, halo, Tuan. Masih pagi tolong jangan banyak halu," jawab Alkia dengan gaya bicara seperti Arsya.
Bukannya kesal, Arsya malah tertawa pelan.
"Nggak jelas lo!" umpat Alkia sambil berlalu.
"Almira Saskia Mahendra!"
Kaki Alkia serasa dihentikan dalam beberapa sekon. Telinganya memang tidak salah dengar jika Arsya memanggilnya dengan marga 'Mahendra' di belakang namanya. Apa-apaan, ini? Sejak kapan namanya ada marga dari laki-laki urakan itu.
Dengan tanpa dosanya, Arsya melewati Alkia memasuki gedung sekolah.
"Maksud lo apa tadi manggil nama gue dengan marga lo?" tanya Alkia ketika berhasil menyusul langkah Arsya.
"Itu karena lo baru saja menirukan gaya bicara gue."
"What?"
"Iya. Anggap aja penghargaan. Selama ini nggak ada yang berani menirukan gaya bicara gue, kecuali lo. Berbanggalah Nona."
Alkia menghadang langkah Arsya. Ia memicingkan matanya pada laki-laki yang memasang wajah datar sembari menatapnya lurus.
"Selain urakan, aneh dan nggak jelas. Gue harus menyebut lo sebagai laki-laki sok kepedean se–SMA Trisatya," ucap Alkia.
"Cewek berisik," desis Arsya.
"Lo nyebelin ... Argh!"
Punggung Alkia terhuyung ke depan karena sesuatu menubruknya dari belakang. Ia hampir saja oleng ke samping kalau tidak ada tangan Arsya yang sigap menaham badannya.
"Ceroboh," bisik Arsya pada Alkia.
Mengabaikan bisikan Arsya, ia mencoba mencari tahu siapa yang sudah menabraknya. Ternyata itu adalah rombongan murid laki-laki kelas 10 yang berlari ke lapangan untuk persiapan upacara bendera.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAMARADERIES [SELESAI]
Ficção Adolescente𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐜𝐨𝐩𝐲 𝐩𝐚𝐬𝐭𝐞⚠️ Bagaimana jadinya kalau kamu jatuh cinta dengan sahabat sendiri? Mustahil. Satu kata untuk persahabatan antara perempuan dan laki-laki yang tidak akan jatuh cinta. Karena kenyataannya salah satu di antara keduanya ti...