멀어 38

392 51 2
                                    

⚠️ Disclaimer! Mengandung adegan berdarah, pembunuhan berencana, dan penyiksaan benda tumpul ⚠️

•••

Jangan buang-buang waktu. Bunuh saja ketiga sepupuku dengan apa pun yang ada di tangan kalian.”

“Kita tidak butuh rencana, ikuti saja perkataanku.”

Begitulah yang Ningning katakan setelah mengambil jeda satu bulan untuk menenangkan pikiran. Ningning sebenarnya begitu keras kepala untuk langsung mengeksekusi mati keluarganya. Perempuan ini banyak diam dan melamun, namun sekalinya bicara langsung membahas siasat pembunuhan. Otak kriminal sejak kecil memang berbeda. Yuma menjadi kasihan dengan calon anak Ningning, apa nanti dia akan meneruskan taktik licik perempuan ini? Jangan sampai ... semoga saja Jay bisa mengatasinya.

Serumi ada di markas timur, Yuma.”
“Aku ke sana.”

Saudara tertua perempuannya adalah orang yang paling sering mengejek Ningning “anak haram”. Sewaktu pertama kali Ningning menjadi bagian dari klan mereka, Serumi selalu berujar kasar padanya. Katanya, kehadiran Ningning hanyalah aib besar. Sekarang wanita itu tertidur dengan mata yang tak bisa lagi menatap rendah Ningning.

“Arata mayatnya sudah kugantung di langit-langit.”
“Kerja bagus, Fuma.”

Hukum pancung kelihatan juga belum setimpal sebagai penggugur dosa-dosa sepupunya. Ningning tak munafik, ia juga merasa mempunyai banyak sekali dosa tak terampuni, tapi ia senang melakukannya. Penyesalan hanya berlaku bagi mereka yang menyia-nyiakan kesempatan. Dan, Ningning tak masuk dalam golongan itu.

“Sudah lama sekali rasanya. Kali ini kau mau mati dengan cara apa?”
“Kau yang mati di tanganku, keparat!”

Selalu pembunuhan yang menjadi kejahatan terkejam di dunia ini. Menghilangkan nyawa seseorang memang sangatlah mudah, namun mengembalikannya adalah sesuatu yang mustahil. Ningning sulit mempercayainya. Bagaimana mungkin dia bisa seyakin ini untuk melangkah maju menentang klan yang membuangnya?

Tiga nyawa sepupunya sudah habis. Paman dan bibinya sudah diurus oleh Kei sejak jauh-jauh hari, pria tua itu ngotot ingin ikut serta dalam ajang penebusan dosa klan Koga karena merasa bersalah pada mendiang istrinya. Seharusnya memang begitu. Kini permasalahan utama mereka tinggal pamannya. Tidak ada kesempatan untuk mundur atau kembali, hanya selangkah lagi. Ningning sudah memantapkan tekad untuk mati.

Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya dia menemukan jawaban sekaligus alasan dari keberaniannya. Riwayat keracunan selama mengandung, catatan pendarahan dua kali di trimester kedua karena benturan, serta lahir sebelum waktunya. Itu bukan riwayat yang bisa disepelekan.

Saat lahir pun ia sudah dipertimbangkan untuk mati di tangan pamannya. Ibunya mengambilnya kembali dan menyerahkannya setelah belasan tahun berselang hanya karena alasan tak masuk akal untuk meminta perlindungan. Memangnya apa yang harus dilindungi? Hidupnya rusak, tak ada yang bisa diselamatkan. Kenapa Ibunya harus repot menumbalkan diri?

Ibunya di awal memang tidak menyukai Ningning, karena Ning membuatnya harus terlibat dengan orang seperti Kei juga saudara-saudaranya. Rasa tidak diinginkan memang sakit. Sampai sekarang pun Ningning sering bertanya-tanya untuk apa sebenarnya ia dilahirkan? Mengapa kelahirannya berbeda dengan yang lain? Kenapa kematian selalu menghampiri orang-orang terdekatnya? Semua itu membuat Ningning kesal.

Kehadiran calon anaknya membuat Ningning sadar dan membuka mata lebar-lebar soal ketidakadilan hidup. Berserakan, berantakan. Menyadari semua kegilaan keluarga yang sudah busuk ini. Semuanya salah. Tak ada pihak protagonis dalam drama keluarga Koga. Satu nyawa yang merasa kelahirannya sangat tidak diinginkan, kini malah membawa badai lebih besar.

Blind (멀어) ; angrybao [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang