Menjadi istri sementara seorang biliuner muda dan harus berpura-pura senang berpesta-pora bukanlah keinginan Ning. Ia didandani sedemikian rupa menggunakan gaun cantik dan dipaksa membangun citra positif di depan seluruh kolega bisnis Jay.
Berikan padanya hutan yang lebat, baku tembak yang sengit, dan misi mematikan yang memacu adrenalin kapan saja selama seminggu, maka Ningning akan membuat sebuah perkumpulan kecil dari para keluarga korban. Bukan seperti ini ... menjejalkannya ke ruang pesta yang penuh sesak semacam ini malah membuatnya muak.
Baginya, tempat yang kelewat mewah ini sama seperti neraka. Namun, ini bukan neraka, ini adalah pesta bisnis para pemegang alih ekonomi global. Dekorasi rumit menjuntai dari langit-langit dalam ragam warna emas, biru, dan merah. Meja-mejanya ditutupi taplak dengan warna senada, sementara musik membosankan terus diputar.
Dari tempatnya berdiam diri di dekat dinding belakang, Ningning beringsut gelisah di balik balutan gaunnya. Seharusnya ia bisa membaur dengan tamu lain, dan ia telah berusaha sebisanya. Biasanya ia tipe orang yang mudah berbaur. Ningning terbiasa melakukan kamuflase dalam setiap misinya, tapi yang kali ini lain.
Seluruh pergerakannya benar-benar diawasi dari setiap sudut. Jay menempatkan beberapa orang penjaga yang ikut menyamar dibalik kerumunan orang supaya bisa memantau perilaku Ningning sementara dia sendiri malah sibuk bercengkerama dengan orang berkasta serupa.
“Campari¹?” Seorang staf lelaki yang bertugas menawarkan minuman berhenti tepat di depannya.
“Ya, berikan aku satu,” jawab Ningning sembari melepas asal dasi hitamnya.
[1] Campari: adalah minuman beralkohol yang terbuat dari perendaman rempah dan buah-buahan di dalam alkohol dan air.
Saat staf itu pergi setelah memberikannya segelas campari, Ningning segera meminumnya sedikit. Mengecapnya di lidah dan berusaha mentolerir tingkat alkohol minuman tersebut, ini bukan apa-apa. Campari tak akan bisa membuatnya mabuk sampai hilang kesadaran.
“Jangan sentuh apapun selama berada di sana, itu semua bisa saja tipuan.” Jay selalu mengingatkan Ningning agar tak lengah.
“Itu pesta orang dewasa, akan ada banyak ciuman dan ... alkohol, tentu saja. Kuharap kau sadar dan mengerti.”
Persetan dengan segala larangan Jay. Lelaki itu sekarang saja mengabaikannya dan malah sibuk dengan urusannya sendiri. Jay memerintahkan Ning agar waspada dan mengawasi jika ada salah satu di antara mereka semua yang ingin menusuk Jay dari belakang. Memangnya Ningning peduli? Tidak.
“Mont blanc, financier, dan campari.”
Secara mengejutkan seorang lelaki muncul dari sisi samping dengan staf yang membawakan hidangan manis lainnya. Dalam gerakan selaras yang sempurna ia sudah menarik lengan Ningning menuju meja dan mendudukkan perempuan itu pada bangku yang tersedia.
“Aku menyiapkan hidangan sederhana untuk hari ini. Semuanya terlihat serasi, kenapa kau hanya meminum campari sendirian?” Dia membuat gestur tangan yang mengatakan supaya staf itu pergi meninggalkannya berdua dengan Ningning. Staf itu membungkuk hormat pada lelaki itu sebelum pergi.
“Terima kasih.” Bukannya menjawab, Ningning malah berterimakasih. Ia tersenyum.
“Mereka sepertinya sangat hormat kepadamu, Tuan?” Ningning menaikkan alisnya, teringin bertanya nama dari pria yang menyajikan tiga piring kecil berisikan makanan manis untuknya.
“Sunghoon.”
“Sunghoon? Mereka membungkuk lebih rendah padamu. Sepertinya aku tak tahu apapun soal kau, jadi ayo kita berkenalan secara resmi.” Ningning mengulurkan tangannya. “Namaku Jeo— ah, maksudku Wen Ningning.”
Sunghoon mengambil pisau dan garpu perak yang disediakan kemudian mulai memotong mont blanc seukuran mulutnya. Ia mengambil potongan itu kemudian disodorkannya ke arah Ningning. “Tak apa, kau akan segera tahu. Kualitas pelayanan adalah prioritas bisnisku. Aku menghabiskan banyak sekali uang di sini setiap kali ada perjamuan.”
Ningning menoleh sekeliling, kemana perginya seluruh pengawal yang tadi ada di tiap-tiap pilar bangunan? Mereka semua menghilang. Belum reda rasa herannya, ia malah dikejutkan oleh tingkah Sunghoon yang memegang pipinya kemudian seperti sengaja agar Ningning mau membuka bibir. Suapan kue itu berhasil masuk ke dalam mulutnya, rasa manis dan gurih dari mentega menyeruak. Ningning melotot kaget, tapi malah dibalas tawa ringan dari Sunghoon.
“Mendekat. Apa perlu aku membantumu untuk mengunyah kue itu?”
Ningning membuang muka. Ia meraih campari miliknya dan ia habiskan dalam sekali teguk. Tangannya terangkat untuk memanggil staf lain yang sedang berjalan menawarkan minuman, kira-kira ada dua jenis. Ningning ingin mengambil segelas lagi campari sebelum tangannya dicekal kasar oleh seseorang dari arah belakang.
Ningning bangkit dari duduknya, berdiri berhadapan dengan Jay dan menatap lelaki itu garang. “Kenapa kau ke sini? Sana pergi saja mengobrol dengan orang-orang payah itu,” usirnya kesal.
Jay mengembuskan napas panjang, ia mengambil segelas spritzer lemon dari atas troli dorong staf barusan dan memberikannya pada Ningning. “Ini. Minum lemon saja.” Dia menatap tajam Ningning, seolah mengatakan bahwa ucapannya adalah perintah yang tak bisa dibantah.
“Ck.” Ningning mengambilnya dengan enggan. Kerutan keningnya terlihat ketika menyesap sedikit spritzer lemon yang asam.
Sunghoon ikut berdiri. “Sudah lama rasanya kita tak bisa berbincang berdua, Jay.” Ia melirik Ningning sekilas. “Jadi, dia kekasihmu? Aku pikir dia sendirian makanya aku ingin mendekatinya.”
“Oh, ya?” Jay menyahut sekenanya. “Sayangnya kau tak akan bisa mendekatinya lebih jauh, Sunghoon.” Kali ini matanya sungguhan menatap lurus Sunghoon dengan raut sombong.
“Kalian hanya pasangan kekasih, ada banyak jalan di depan. Kita semua tidak tahu pasti, bukan?” Sunghoon hanya ingin menggoda Jay lebih jauh agar lelaki itu cemburu.
“Wah, sayangnya tetap tidak bisa.” Jay ikut meminum spritzer milik Ningning dan membelai pipi perempuan itu dengan jemari panjangnya.
“Kau tahu kenapa aku melarang Ningning meminum banyak alkohol?” Saat mengutarakan pertanyaan, fokusnya tetap berada pada wajah istrinya.
“Ya?” ulang Sunghoon tak mengerti.
“Bukannya alkohol itu tidak bagus untuk pasangan yang sedang merencanakan program kehamilan?” Jay menarik pinggang Ningning lebih dekat.
“Aku sudah bilang kau tak boleh jauh-jauh dariku, Ning,” bisik Jay pelan, nyaris tak terdengar lalu merubah posisi menjadi di samping istrinya. “Ikuti saja alurnya,” sambung Jay.
“Orang-orang sudah menantikan kabar pernikahanku dan juga seorang pewaris yang sah. Bukan begitu, sayang?”
Program kehamilan apa? Mereka saja baru menikah selama dua minggu! Selama itu pula hanya ada kecanggungan dalam rumah tangganya. Dan, sekarang tiba-tiba Jay mengatakan ingin mempunyai keturunan darinya? Dasar orang sinting! Dari awal Ningning sudah tahu kalau Jay pasti tidak waras, atau paling baiknya hilang akal.
“Tentu ... punya anak perempuan kedengarannya lucu dan menyenangkan,” jawab Ningning melayangkan ciuman pada rahang suaminya.
Ya, karena bergabung dalam lingkup kehidupan Jay, mau tak mau Ningning harus ikut menjadi gila karena ulah lelaki itu. Dunia itu adil, mereka dipertemukan supaya menjadi pasangan yang saling melengkapi dalam kegilaan ini.
•••catatan:
Ladies and gentleman, let me introduce you ... Jayning as the most popular 'partner in crime' of the year 👏👏
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind (멀어) ; angrybao [✓]
Acción"Pecandu yang kau hina barusan adalah istriku." *** Selain bertugas sebagai agen sindikat penjualan obat-obatan terlarang, Ningning juga lihai dalam hal mengiris daging setipis mungkin. Tak peduli apakah itu daging ikan, sapi, atau manusia sekalipun...