“Kau sendirian di sini, manis?”
Ningning mendongak sejenak, dia kembali menenggak minumannya tanpa menghiraukan perkataan basa-basi barusan. Wajahnya telah memerah sempurna, kepalanya berdenging ngilu. Pandangannya linglung saat menatap ke sekeliling ruang yang memburam.
“Wah, aku diabaikan.”
Ningning mengangkat gelasnya. Menatap orang itu dengan mata setengah terpejam dan tertawa renyah. “Kau mau kubunuh dengan cara apa? Aku punya pistol.”
Orang yang mengganggunya tersebut nampak tidak percaya dan menertawakan perkataan Ningning. Dia pikir Ningning melantur karena mabuk. “Daripada saling menembak, lebih baik kita melakukan sesuatu yang panas malam ini~”
“Aku akan menembak keluar isi kepalamu karena berani menganggu waktuku,” ancam Ningning terakhir kali. Dia mengeluarkan pistol yang tadinya merupakan alat untuk membunuh Karina, senjata itu ia arahkan tepat ke jantung pria tadi.
DORR!
Karena penglihatannya yang mengabur, pelurunya sedikit meleset dengan bersarang pada leher. Ningning mendecak malas, kemudian kembali bersandar pada sofanya. Orang-orang di sekelilingnya sudah terbiasa dengan letusan peluru. Matanya terpejam beberapa kali karena terlampau lelah dan muak.
“Kau membuat kecerobohan lagi,” ujar seorang pria dengan masker hitam dan kupluk kepala yang mendekat ke arah mejanya.
“Pergilah,” usir Ningning tanpa membuka matanya. Padahal dia tidak tahu siapa yang sedang berbicara dengannya.
Orang itu mengode beberapa pengawal di belakangnya agar membereskan mayat pria kurang ajar tadi, sementara dia sendiri mendekat ke arah Ningning yang terlihat damai tertidur di sofa. “Jeo Ningning, aku akan membawamu sebentar.” Dia mulai menyelipkan tangannya di bawah lutut dan leher yang lebih muda.
“Ethan Lee ... kau bajingan,” racau Ningning dalam dekapannya.
“Siapa Ethan?” Dia bertanya pada salah satu pengawalnya, yang dibalas gelengan.
Orang itu tersenyum lembut sembari mengelus kening Ningning yang berada di atas pahanya. Mereka sudah ada di dalam van hitam besar dan mewah miliknya, mobil yang akan membawa keduanya pada tempat-tempat yang indah. Dia mendekatkan wajahnya, mencium kedua pipi Ningning sambil berbisik.
“Aku akan membunuhnya untukmu.”
•••
Niki: Hei, Jay. Kau melupakan perjanjian judi kita malam tadi di Vegas.
Jay pergi dari mansion saat jarum jam baru menunjukkan pukul tiga pagi, masih terlalu dini untuk memulai hari tanpa salam basa-basi. Dia meninggalkan tubuh yang ia nodai itu sendirian dalam gundukan selimut, setelah sebelumnya membereskan seluruh kekacauan kecil yang dia perbuat tadi malam, dan menyuruh beberapa maid serta dokter untuk memeriksa keadaan Ningning saat perempuan itu bangun nanti.
“Kau sehat?” Niki tiba-tiba ada di kantornya. Pemuda Jepang itu menendang sebuah kursi putar tepat ke arah Jay yang baru saja keluar dari lift. “Kau seperti orang gila. Kemarin kau memaki habis Klan Chin dan Wu karena lalai mengemban misi, dan sekarang kau malah tersenyum-senyum sendiri.”
Jay tidak mengelak bahwa dirinya kesetanan kemarin. “Bisa kau menyingkir?”
Niki mendesah kecewa. “Kau melupakan janji kita, Jay. Harusnya sampai besok kita masih di Vegas, lalu ke Makau untuk main kasino.”
“Aku ada urusan.”
“Wanita mana lagi?” tanya Niki. Kelewat hafal jika Jay sering membatalkan janji secara tiba-tiba karena urusan dengan berbagai macam wanita. “Golongan bangsawan atau selebritis?” lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind (멀어) ; angrybao [✓]
Acción"Pecandu yang kau hina barusan adalah istriku." *** Selain bertugas sebagai agen sindikat penjualan obat-obatan terlarang, Ningning juga lihai dalam hal mengiris daging setipis mungkin. Tak peduli apakah itu daging ikan, sapi, atau manusia sekalipun...