Orang-orang bilang, keluarga Argadana itu keluarga cemara, sempurna, dan beberapa istilah sejenisnya. Selain karena keharmonisan yang tercipta di dalamnya, keluarga kecil itu juga dikenal dengan keluarga good looking dan good rekening. Rumah megah, fasilitas mewah, harta berlimpah, siapa yang tidak iri?
Belum lagi pesona rupa ketiga anak bujangnya yang begitu menawan, keluarga Argadana digadang-gadang sebagai keluarga primadona warga sekitar.
Sebagai pemula, mari berkenalan dengan si kepala keluarga, Argadana Djoyoningrat. Pria berkepala empat yang memiliki garis keturunan Jawa itu adalah seorang pengusaha sukses. Meski sering bergulat dengan kerumitan dunia bisnis, tak dapat menampik realita bahwa Argadana hanyalah bapak-bapak berperut buncit yang gemar memelihara ikan. Halaman depan rumahnya sudah ia sulap menjadi taman air berisikan ikan-ikan cantik, yang harga per-ekor nya setara dengan gaji UMR wilayah sekitar.
Sedang sang istri, Gita, tak lebih dari ibu-ibu yang gemar berbelanja. Tak ada yang istimewa. Keseharian Gita hanya melayani keluarga layaknya seorang ibu rumah tangga di rumah. Mungkin sesekali kumpul dengan tetangga sambil melakukan aktivitas kecil. Ya, Gita cukup disenangi sekitar karena sifat royal yang ia punya.
Anak sulung mereka, Elang Pradipta, kini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama di Jawa. Elang ambil jurusan teknik informatika, meski sang ayah pernah menyarankannya mengambil jurusan bisnis. Argadana pun tak begitu ambil pusing, tak ingin memaksa sesuatu yang takutnya malah berimbas besar di kemudian hari.
Berbeda dengan Elang yang menolak berbisnis, Daffa pula —putra kedua Argadana, begitu menyukai dunia bisnis. Meski masih menduduki bangku menengah, Daffa sudah banyak belajar dasar-dasar berbisnis. Ia juga suka bermain basket, hobi yang sudah ia geluti sejak SMP.
Kalau si bungsu, namanya Daffi. Memiliki wajah nyaris serupa dengan dengan Daffa. Daffa dan Daffi memang kembar identik, tapi jelas memiliki kepribadian yang berbeda. Jika Daffa sangat menyukai bisnis, Daffi pula lebih suka dunia seni. Daripada berkutat dengan kerumitan angka-angka, Daffi lebih memilih melukis. Itulah alasan mengapa setelah lulus nanti, Daffi berniat berpisah jurusan dengan Daffa.
***
Elang tidak mengerti mengapa Daffi sangat menyukai jengkol. Padahal ibunya sudah menyiapkan banyak makanan lezat di atas meja. Bahkan ada yang masih mengepul sebab baru diangkat dari pembakaran. Namun, yang dipangku malah piring berisi belasan sate jengkol saja.
"Orang tuh sukanya cokelat, gorengan, pukis, lah ini malah suka jengkol. Kelainan emang," ujar Elang. Meski begitu, ia ikut mencomot satu tusuk. Memakannya lalu kembali fokus pada pertarungan sengit ayah dan anak di hadapan.
Kini keluarga Argadana sedang melakukan family time kecil-kecilan di belakang rumah. Agenda rutin yang mereka lakukan setiap weekend tiba. Tak begitu mewah, hanya bakar-bakar sembari melakukan kegiatan ringan seperti bermain catur atau berenang.
"Berisik ah, Mas. Orang enak," jawab Daffi ketus. Kembali melahap dengan khidmat. Elang hanya geleng kepala.
"Papi mah curang, tadi raja nya mana di situ. Pasti papi geser," protes Daffa. Anak yang memiliki bibir lebih penuh dari Daffi itu merengut. Bermain dengan orang tua memang harus banyak sabar, pikirnya.
"Mana ada. Emang lo nya aja yang nggak bisa main," timpal Daffi.
Daffa yang tak terima langsung melempar anak pion hingga mengenai kening sang kembaran. Reflek Daffi menjatuhkan tusukan yang masih sisa setengah. Memegang kepala sambil mengeluarkan ringisan kecil.
"Sakit, Daf," keluh anak itu kemudian.
Argadana yang melihat anak-anak kembarnya kembali terlibat perkelahian kecil berusaha menengahi. Kalau dibiarkan pasti akan semakin panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala
Roman pour Adolescents#Sicklit #TeenFiction #AJ #JJ ⚠️Jangan dibaca. Cerita ini banyak lukanya.⚠️ Kata Daffa, Daffi itu Niskala. Kokoh, kuat dan perkasa. Meski nyatanya, Daffi hanya manusia biasa yang rentan terluka. Most Impressive Ranking: 🏅1 in •Sicklit• [31/12/2023]...