"Geseran, Mas, ish ...."
"Kenapa, sih, Dek? Orang nyamannya kaya gini."
"Abab lu bau rokok!" Daffi menggelinjang. Berusaha membebaskan diri dari dekapan Elang. Tidak ada hujan, tidak ada petir, tiba-tiba saja kakaknya itu masuk kamar lalu nempel-nempel kaya lem setan.
Kalau begini, pasti ada apa-apanya.
Daffi memang manja, tapi cuma sama papi mami, ya. Tidak dengan siapapun. Termasuk Daffa apalagi mas Elang. Kalau tidak dalam keadaan pemulihan, Daffi pasti sudah nge-reog kaya bocah tantrum.
"Mas!"
Bukannya berhenti, Elang malah semakin mengeratkan pelukan. Mengunci pergerakan bocah itu dengan tenaga yang ia punya. Sebenarnya sudah sejak kemarin Elang pengin manja-manja sama Daffi. Tapi kegiatannya di kampus membuat Elang sering pulang larut.
"Jangan banyak gerak, nanti luka jahitnya kenapa-kenapa."
Daffi yang merasa usahanya tak akan membuahkan hasil pun mulai tenang. Membiarkan Elang bertingkah sesukanya. Demi Tuhan, bau mulut orang perokok itu sangat tidak enak hidung!
"Lo kenapa, sih, Mas?" tanya Daffi kesal.
Elang hanya senyum-senyum sambil merebahkan kepala di paha putih Daffi yang tersingkap. "Kangen aja. Selama di rumah sakit kan jarang nemenin. Kemarin juga ga ikut jemput karena jagain Haris.
"Halah, bicit."
Dengan hati-hati Elang mengangkat ujung kaos yang Daffi kenakan. Mengintip permukaan perut anak itu sambil meringis. "Sakit, ya, Dek?"
Daffi memutar bola mata jengah. Tak ada satupun orang di rumah ini yang memedulikan amarahnya pasal panggilan geli itu. Sepertinya mulai sekarang Daffi harus membiasakan diri.
"Mahasiswa macam apa nanya hal ga masuk akal kaya gitu."
Elang cengengesan melihat wajah masam anak itu. Hidungnya yang mancung terlihat makin tegas. Begitu juga dengan pipinya yang menirus. Sepertinya Daffi kehilangan banyak berat badan akibat sakit kali ini. Meski Elang akui, wajah Daffi masih terlihat sangat tampan.
"Daffa mana?" tanya Elang lagi. Kini fokusnya tidak lagi pada wajah, melainkan pada celana yang Daffi kenakan. Aroma minyak telon menguar dari sana, membuat Elang nyaman dan enggan berpindah.
"Nggak tau, nggak ada pulang. Ngebasket mungkin."
"Oh, iya. Mas denger Haris ngegantiin posisi kamu jadi kapten, ya?"
Kalau bisa, ingin rasanya Daffi berkata pada Elang untuk tidak membahas masalah ini. Cukup dengan notif grub yang ramai memuji anak itu juga Daffa yang bercerita menggebu-gebu seolah Haris adalah atlet basket yang begitu sempurna.
"Ntah," jawab Daffi singkat. Mimik wajahnya masih datar, beralih meraih Gawai lalu memainkannya.
"Ciee, cemburu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Niskala
Teen Fiction#Sicklit #TeenFiction #AJ #JJ ⚠️Jangan dibaca. Cerita ini banyak lukanya.⚠️ Kata Daffa, Daffi itu Niskala. Kokoh, kuat dan perkasa. Meski nyatanya, Daffi hanya manusia biasa yang rentan terluka. Most Impressive Ranking: 🏅1 in •Sicklit• [31/12/2023]...