01. Tentang Serena Awahita

1.1K 108 49
                                    

Selama menjalin hubungan dengan Adrian Jatmiko, Serena tidak pernah bertanya-tanya bagaimana jika telah menjadi seorang istri. Barangkali para tetangga sebelah rumah pun ikut penasaran, apa rasanya bila menjadi pasangan hidup seorang perwira TNI.

Sampai dua tahun berpacaran, Serena tidak pernah menanggapi. Sebab kata orang: terlalu tinggi berekspektasi berpotensi membuat kita jatuh ke inti bumi. Oke, ini memang hiperbola. Tapi sungguh, Serena juga menyetujui perkataan tersebut.

Makanya, ia tidak menaruh harap berlebihan manakala harus menghadap komandan dari instansi yang dibanggakan Mas Ian (begitu cara Serena memanggil kekasihnya).

"Aku baru tahu tahapan menjadi seorang istri alurnya bisa seribet ini." Setelah serangkaian pengujian calon Persit, pemenuhan berkas-berkas hingga tes kesehatan dilalui, akhirnya kalimat keluhan itu terlontar juga dari bibir tipis Serena Awahita.

Dengan seragam hijau pupus tanpa lencana yang dikenakan hari ini, ia mematut penampilan lewat cermin di mobil. Dalam beberapa menit, mereka akan menghadap komandan Jatmiko. Jika membaca nama barusan, maka pasti tahu bahwasanya sang komandan adalah ayah dari kekasih Serena sendiri.

"Tapi kamu senang, kan?" Lamat-lamat Serena mengangguk menanggapi sahutan laki-laki yang tengah memperbaiki letak brevet pada PDH yang dipakai. "Nanti kalau sama Papa pasti enggak akan disulitkan. Kamu tenang saja."

"Biasanya akan ditanya apa kalau pengajuan seperti ini, Mas?"

"Setahu aku cuma pertanyaan untuk meyakinkan apa kamu benar-benar bersedia mengemban tugas menjadi istri atau enggak. Kamu sendiri pastinya tahu kalau hidup dan mati kami untuk negara. Jadi siapa saja yang berakhir menjadi pasangan kami, wajib rela kalau dijadiin yang kedua."

"Karena yang pertama adalah negara?"

"Betul. Yuk, kita masuk."

Sejurus kemudian, Serena telah duduk di antara manusia-manusia lain yang tampaknya juga hendak menikah. Ah, apa sekarang memang sedang musim kawin? Serena tidak tahu. Yang pasti, ia harus menunggu giliran untuk bertemu komandan Jatmiko.

"Permisi, mohon izin, boleh duduk di sebelahnya, Let?" Seseorang menghampiri saat Serena tengah asyik membalas pesan sahabatnya. Di samping Mas Ian, pria berseragam PDH serupa pun duduk setelah diberi izin.

"Sudah lama menunggu, Let?"

"Baru ini. Komandan lagi ada urusan di dalam."

Serena tidak menaruh perhatian lagi sebab pesan dari Jizzy lumayan membuat geleng-geleng kepala.

Jizzy Elvina
Er, serius calon suami kamu enggak punya teman yang masih lajang?
Ayolah, Er. Aku juga mau jadi ibu Persit.
Nanti kita bisa nangis bareng kalau ditinggal bertugas.

Serena Awahita
Mas-mas corporate business apa enggak cukup menggugah buat kamu?

Jizzy Elvina
Yang sesuai selera banyak, Sayang.
Yang jari manisnya masih kosong itu langka.

Serena Awahita
Katanya masih banyak yang bertahan jomblo di kantor.

Jizzy Elvina
Itu mah anak commercial. Malas, ah, pada bau matahari.

Serena Awahita
TNI bahkan bisa bau tanah; bau rawa-rawa juga. Lebih mengerikan dari sekedar bau matahari, Sayangku.

Jizzy Elvina
Ah, akal bulus kamu ini udah khatam banget sama aku, Er.
Bilang aja kamu enggak mau aku ikut jadi Persit karena malas satu kegiatan terus. Teganya kamu, Sayang.
Aku beneran kecewa sampai ke tulang-tulang.

Serena Awahita
Pantes enggak ada yang tahan kalau kayak gini modelnya.

Jizzy Elvina
Wah, shibal sekkiya!
Aku bakal bilang sama Ian-Ian itu kalau kamu ini pernah cepirit di zaman SD. Awas aja kamu, Er!

Tentang Kita yang Harus Pulih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang