19. Kilas Balik

328 70 59
                                    

Ada sebuah kafetaria dua lantai yang dikenal orang dengan nama Sweet or Sour, tempat di mana kini Janu mendudukkan diri menghadap seorang perempuan. Meski wajahnya menarik, Janu tahu isi hati Jisika Tamara tidak semenarik parasnya.


"Mau bantuin aku ngurus sesuatu?"

"Aku perlu tahu keuntungannya lebih dulu. Jadi, adik manis biang onar, mau apa?"

"Menurut aku, predikat biang onar lebih cocok sama kamu, Abang. Ngelecehin anak kyai, bukan? Sampai dikeluarin dari pesantren, lho." Jisika menatap remeh sepupu jauhnya itu.

Janu langsung angkat tangan.

"Cukup. Aku menang telak."

"Ya, menang bangsat-nya."

Keduanya saling melempar senyum meledek. Sama-sama tahu bahwa di antara mereka tidak ada bedanya untuk urusan kejahatan.

"Kamu mau apa, Dik?"

"Aku naksir seseorang."

"Kamu minta bantuan aku buat jodohin sama orangnya? Aku pikir enggak mungkin sesederhana itu."

"Yap, enggak sederhana karena dia punya istri."

Jari tangan si pria mengetuk-ngetuk permukaan meja, mulai paham ke arah mana ujung pembahasan ini.

"Singkatnya, kamu mau jadi pelakor dan minta bantuan buat bikin mereka pecah, yang mana artinya aku perlu gunain parasku ini buat memikat si istri agar tergoda dengan pria lain dan prianya adalah aku. Bilang kalau aku benar?"

Jentikan jari terdengar disusul decak takjub.

"Seratus persen. Nampaknya bakat pebinor kamu sudah meningkat dari waktu ke waktu."

Janu mengangkat bahu sekilas. "Aku kabur dari Aussie karena wanitaku hamil."

Jisika membulatkan mulut, kaget sekaligus heran. "Nggak mungkin wanitanya lajang, kan?"

Senyum si pria terukir sempurna, dan Jisika langsung mengerti bahwa anak dari sepupu ibunya ini baru saja meninggalkan benih di rahim perempuan bersuami untuk kali ke sekian.

Sang puan merogoh tas, mengeluarkan ponsel dan mencari-cari sesuatu, kemudian meletakkan benda pipih itu di meja dengan layar menyala.

"Ini orangnya, cukup sesuai dengan standar wanita mainan kamu, kan?"

Janu terhenyak untuk beberapa detik lamanya. Ada yang tidak beres dengan jantungnya yang makin kencang berdetak dan perasaan sakit hati yang tiba-tiba melingkupi. Awalnya ia tidak mengerti kenapa, sampai ia menyadari foto itu adalah perempuan yang disukainya —Serena Awahita.

"Aku nemu fotonya di sosial media. Dia pemilik Memoria bakery, konon bisnis itu dibangunnya sendiri. Mandiri, cantik, mungil, dan tenang. Itu tipe wanitamu yang aku pikir ada di dirinya. Gimana? Cocok, kan? Seharusnya cocok, karena dia juga wanita bersuami yang cukup menantang untuk kamu coba."

Ini memang menantang adrenalin, sungguh. Sebab Janu kenal siapa suami perempuan tersebut yang tengah dicintai oleh Jisika.

Laki-laki itu memilih meletakkan ponsel kembali ke meja, ganti menatap lurus ke depan.

Tentang Kita yang Harus Pulih Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang