Kapitel 003 ᪣ Tell Me The Passwords

172 9 0
                                    

Kabut tebal setia membalut desa, penglihatan meremang tertutup kabut, efek hujan malam membuat kabut menjadi dominasi pagi hari, hawa dingin menusuk tulang hingga membekukan ulu hati, bahkan bisa dibilang mirip negara jepang.

Rintik-rintik hujan kembali muncul, membuat para manusia penghuni desa itu malas walau hanya sekedar membeli kebutuhan makan, angin berhembus lembut menemani pagi, sinar sang surya pun tak dapat menghentikan kabut, namun para burung masih setia dalam tugasnya sebagai penyanyi pagi.

Dalam sebuah ruangan klasik nan antik, terlihat kepulan asap dari atas meja mulus mengkilat milik Padmarini, "Italian Chocolate?" suara husky terdengar usai indra pencium milik seorang Fuma Padmarini mengendus secangkir coklat panas yang dihidangkan oleh Yunah, "Your Favourite drink, isn't?" Yunah menimpali dengan senyuman tipis, "You're right!" ujar Fuma.

Dwinetra hitam kelam si Yunah terganggu akan suatu pemandangan yang begitu membosankan menurutnya, Yunah menggembungkan pipi chubbynya, "Kak!" Fuma menatap si Yunah, namun bukan Fuma tujuan arah pandang si Yunah sebenarnya, "Kak Heeseung! Kau tidurlah di kamar, jangan di meja makan!" namun si Heeseung tak mengindahkan rengekan Yunah.

"Ck, ingin sekali ku menyirammu dengan coklat panas ini!" si Yunah melirik Heeseung dengan raut kesal, karena menurut Yunah, Heeseung menjadi penghancur pemandangan pagi hari yang cerah, "Diamlah kau! Mager aku tuh!" singkat Heeseung dan kembali memejamkan mata elangnya. Heeseung terlonjak dari tidurnya atas gangguan bell rumah yang berbunyi nyaring tanpa henti, sedangkan Fuma dan Yunah malah tertawa senang melihat raut kesal Heeseung yang kentara.

Ting tong... Ting tong... Ting tong... Ting tong... Ting tong... Ting tong...

"BANGSAT GAK USAH NGEGAS WOEY! GUA GAK BUDEK NJIR!" Heeseung langsung melotot terganggu akan bel rumah yang terus menerus ditekan tanpa henti, bahkan bel rumah masih terdengar dengan berapi-api hingga Heeseung melangkahkan kakinya menuju pintu depan dengan langkah kasar, beserta sorotan mata penuh amarah karena kekesalannya, sedangkan Fuma dan Yunah hanya diam di tempat sambil bicara lewat batin (kayak cerita werewolf aja bisa telepati).

Cklek... Brakhh... Bugh...

Baru saja Heeseung membuka knop pintu, namun sosok itu dengan seenak jidatnya mendorong pintu dengan keras, mengakibatkan Heeseung berciuman dengan pintu jati tersebut sangat romantis, apalagi pantatnya yang langsung jatuh mencium lantai, dan sang pelaku malah tertawa tanpa dosa melihat si Heeseung menggeram kesal. "Bangsat kau bang Koga! Gak usah ngegas lu kalo buka pintu sat!" tangan Koga terulur untuk membantu Heeseung berdiri,  "Chocholate Fruity Sandwich?" brukghh, dengan tanpa rasa bersalahnya Koga meninggalkan Heeseung yang kembali terjungkal karena ia tiba-tiba membatalkan uluran tangan dan memilih tawaran sandwich gratis dari Yunah.

"BANGSAT KAU BRO!" melihat Koga yang tetap tak menggubris dirinya, Heeseung itu misuh-misuh sambil menendang kaki meja yang tak bersalah, dan berakhir dirinya sendiri yang kesakitan, percayalah guys diabaikan itu sakit! "Cie... Ngambek nih? Sini gue peluk!" ujar Koga merentangkan tangan pada Heeseung yang akan duduk di kursi depannya, jangan lupakan bibir Koga yang di monyong-monyongin,

pletak... "Sakit sat!" pekikan Koga karena mencium sandal kesayangan Heeseung. "Lebay lu nyet!" tukas Heeseung yang masih kesal, 'punya sepupu kok gini amat' batin Heeseung sambil elus dadanya sendiri, jelas lah! Masa iya elus dadanya tante Jessi kan gak keren kalau kena gampar.

Lagi asyik-asyiknya Koga menikmati sandwich buatan si Yunah, eh malah keselek, si Heeseung mah ketawa aja, bersyukur bisa lihat sepupu tercintanya merasakan penderitaan sejenak, "Kok lu malah ketawa? Di kasih minum kek! Gak asik lu!" giliran Koga yang ngambek, dia menatap Heeseung dengan sengit, sedangkan tangannya tetap memukul-mukul dada untuk menghilangkan rasa sakit akibat tersedak.

Like Crazy [ENHYPEN x Hybe Idol]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang