"Jika aku bisa hidup abadi, atau bisa lahir berkali-kali, ada satu hal yang tak akan berubah. Aku ingin selalu melindungimu."
Aku berangkat sekolah seperti biasanya, rintik-rintik kecil dari langit sudah turun dari semenjak aku bangun tadi pagi. Aku turun dari mobil sambil membuka payung berwarna ungu dan mulai masuk ke area sekolah.
Genangan air ada dimana-mana dan aku sangat tidak menyukainya. Aku berjalan pelan sambil berjinjit guna menghindari agar sepatuku tidak basah.
Ketika aku ingin memasuki ruang kelas, tak sengaja aku berpapasan dengan Darian yang tujuannya berkebalikan denganku, ia hendak keluar dari kelas.
Darian berhenti melangkahkan kakinya, aku pun turut mengikuti.
"Lo nanti mau jenguk Hanggasta lagi?"
"Iya. Kan dia yang minta kemaren."
Darian mengangguk-angguk sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Info aja nih, Hanggasta udah pulang dari rumah sakit."
Aku mengerutkan dahiku.
"Jenguk di rumah dong nanti?" tanyaku lalu di iyakan oleh Darian.
"Gue nggak tau rumahnya," ucapku lagi.
Darian seolah mengerti, ia anggukan kepalanya kemudian berkata, "gue yang jemput."
Aku menatapnya dengan antusias. Setelah sepakat dengan hal tersebut, aku lalu masuk ke dalam kelas.
—🌂☂️—
Setelah pulang dari sekolah tadi, aku langsung membersihkan diri, kemudian turun ke dapur untuk mengisi perutku. Setelahnya aku duduk santai di sofa ruang tamu sambil menunggu kedatangan Darian yang akan menjemputku untuk pergi menjenguk Hanggasta lagi.
Hingga beberapa menit kemudian aku mendapat panggilan dari laki-laki alis tebal itu bahwa katanya ia sudah sampai di depan gerbang setelah beberapa menit yang lalu aku mengirim alamat rumahku.
Aku keluar untuk menemuinya.
"Udah siap?" tanyanya dan aku mengangguk.
Saat aku ingin menaiki motor Darian, entah dari mana Jollyn muncul dan itu sanggup untuk membuatku berhenti.
"Gue ikut! Kalian mau jenguk Hanggasta, kan?"
Aku memutar bola mataku dengan malas, sedangkan Darian sebaliknya. Ia tersenyum ramah kemudian mengangguk.
"Iya," jawab laki-laki itu.
"Gue ikut!" kata Jollyn.
Aku mengerutkan kening.
"Lo mau bonceng tiga pake motor? Gue sih ogah," cibirku dan bisa kulihat Jollyn menatapku dengan sinis
"Gue juga ogah se motor bareng lo!" ujarnya sambil melipat tangan di dada dengan angkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Tak Pernah Jahat (SELESAI)
Teen FictionDunianya berhenti di usia lima belas. Hatinya mati di usia lima belas. Ia kehilangan cintanya yang sempurna di usia lima belas. Violet amat membenci hujan, karena tak ada yang bisa ia salahkan selain air yang jatuh menimpa daratan. Kini, Violet...