Bagian 33 - Kupikir Ini Bahagia

21 1 0
                                    

"Gue baru jadian hari kemaren sumpah!" Jollyn berucap dengan menggebu-gebu, dadanya naik turun dan aku sangat mengerti bahwa ia marah pada Darian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue baru jadian hari kemaren sumpah!" Jollyn berucap dengan menggebu-gebu, dadanya naik turun dan aku sangat mengerti bahwa ia marah pada Darian.

Malam ini, aku memutuskan untuk membawa langkah ke kamar sepupuku. Ada banyak hal yang sukses membuatku penasaran, terutama ucapan Hanggasta pada malam kemarin, ketika kami berada di dapur.

Dan saat ini, gadis di depanku sama sekali tak berhenti untuk mengumpat pada kekasih satu harinya itu. Ponselnya berdering beberapa kali dan menampakkan nomor Darian di layarnya, namun Jollyn sama sekali tak menghiraukan, ia justru terus-terusan mengoceh tentang kekesalannya pada laki-laki itu.

"Gue udah bilang ke dia supaya nggak ngomong ke siapa-siapa, tapi dia malah cerita ke Hanggasta. Mau disimpan di mana muka gue?!" Ia menutup wajahnya dengan bantal agar teriakannya teredam.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala karena bingung dengan reaksi berlebihan dari Jollyn. Padahal, menurutku tak ada yang salah. Darian dan Hanggasta memang sudah sangat akrab entah sejak tahun kapan, yang pasti, aku bisa melihat bahwa kedua laki-laki itu sudah sangat lengket.

"Kenapa, sih? Lo malu?" tanyaku dan itu berhasil membuat Jollyn menjauhkan bantal tadi dari wajahnya yang merah.

"Bukan gitu, gue cuma belum siap. Kalo Hanggasta sebarin beritanya gimana? Bakal jadi topik paling hangat di sekolah nggak sih? Gue kan populer kalo lo lupa." Gadis itu menyugar rambut panjangnya yang lepek. Sedangkan aku mendengus pelan kala melihat itu. Jollyn memang sangat percaya diri.

"Hanggasta nggak bakal nyebarin. Dia bukan tipe orang kayak gitu."

Jollyn mengangkat satu alisnya. "Lo ngomong gitu, kayak udah kenal dari lahir aja!"

Mendengar ucapannya, aku merotasikan bola mataku dengan jengah.

"Kalo Hanggasta ember, lo bakal dibenci sama satu sekolah karena udah main keroyokan ke gue waktu itu. Tapi nyatanya? Lo masih bisa ketawa ketiwi tuh di sekolah. Semua murid nggak pernah tau kalo siswi cantik dan populer ini ternyata punya hati yang jahat!"

Aku tersenyum miring begitu menyelesaikan ucapanku. Sedangkan Jollyn hanya menganga dengan mata yang melotot.

Sedetik kemudian, ia kembali meraih bantal yang tadi dijauhkannya, kemudian melempar benda itu begitu saja ke arahku.

Tepat sasaran, bantal itu tepat mengenai wajahku. Dan bukan Violet namanya jika hanya diam saja jika dianiaya, aku mengambil bantal itu dan membalas lemparan tak seberapa dari sepupuku.

Aku naik ke atas tubuhnya yang terbaring karena ulahku, berkali-kali aku layangkan pukulan dari benda empuk berwarna putih di tangan sambil menunjukkan tawa lebar.

Sedangkan Jollyn hanya pasrah di bawah sambil cekikikan. Sesekali ia menahan pukulanku yang lemah itu dengan tangannya.

Beberapa menit kami berada pada posisi itu, hingga akhirnya aku bangkit sambil mengatur nafasku yang berantakan.

Hujan Tak Pernah Jahat (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang