Setelah kejadian kemarin malam yang cukup menguras pikiran, paginya Neve bangun dengan perasaan yang masih tersulut emosi. Dirinya sudah mencoba untuk menenangkan diri dari semalam, tapi hasilnya sia sia.Kakinya beranjak menuju dapur, Neve membuka kulkas mengira ngira akan makan apa pagi ini. Ia ambil nugget saja. Setelah itu dirinya akan memasak nasi.
Drrrrt drrrtt!
Neve menoleh kesumber suara, handphone nya bahkan masih tergeletak disofa ruang tamu. Dirinya terlalu shock sampai sampai tak memperdulikan dimana keberadaan handphone nya semalam.
Ia ambil dan lirik, siapa pagi pagi yang sudah menelfon nya?
"Hmm?" Neve awali dengan malas
"Neve lo harus tau!!" teriak Tian dengan sangat keras dari ujung sana
"Apa?" Neve tebak, Tian sudah mendapat informasi tentang Tirta seperti dirinya semalam
"Tirta, Neve! Tirta itu! Mmm- dia-" saking semangatnya Tian, dirinya sampai berjalan panik mengelilingi ruangannya sekarang.
"Tirta yang jadi korban kasus misteri" potong Neve cepat, Tian yang tadinya sedang berjalan panic dirinya tiba tiba berhenti dan mengerutkan keningnya
"Loooo! Lo tau dari mana jujur?!" Tian kaget
"Semalem setelah lo telpon gue, ada yang kirim paket gitu kerumah gue. Isinya flashdisk dan di dalemnya ada dokumen lengkap tentang Pak Tirta" Neve bawa pembicaraan ke dapur, dirinya mengecek mejikom, berapa menit lagi nasinya akan matang
"Bentar, bentar... jangan matiin dulu telponnya" seru Tian dari sebrang sana, Tian bergegas kedepan komputernya dan mengecek cctv apartement Neve
"Gue ga peduli siapa yang ngirim, toh dia bukan musuh kita" ujar Neve
"Bukan musuh sih, tapi siapa tau dia bisa bantu kan?" Tian menyanggah
"Dari cara penyampaiannya aja, dia ga mau orang lain tau siapa dirinya, jadi kita ga perlu maksa buat cari tau siapa dia" Neve lagi lagi berbicara
"Rekaman cctv nya ada yang hapus" gumam Tian
"Ck. Ga usah lo cari" datar Neve
"Oh ketemu! Dia cewe-"
"Tian"
"Rambut coklat panjang, cuma itu-" ujar Tian lagi
"Gue udah bilang ga usah cari ya!" bentak Neve, nadanya tinggi membuat Tian berhenti mengetik dan terdiam sesaat
Tian terkejut, terakhir kali ia merasakan Neve marah. Beberapa tahun yang lalu saat orang suruhan Om Bani mendatangi sahabatnya itu. Dan itu sudah lama sekali.
Hening beberapa saat, Neve juga kaget. Dirinya lepas kontrol.
"Maaf, gue lagi sensi. Ya lagi emosi. Maaf" Neve memejamkan mata
"It's okey, gue tau lo terlalu kaget. Saran gue mending lo ketemu sama nyokap lo deh. Biar hati lo tenang" Tian mengerti, perasaan Neve sekarang mungkin campur aduk. Dirinya tak bisa memaksakan sahabatnya itu untuk melanjutkan penyelidikan.
"Biar gue yang kasih tau Tamara mengenai Pak Tirta, lo hari ini nyantai aja sana" lanjut Tian
"Hmm, thanks" jawab Neve
"Ok, tenangin diri lo ya" setelah itu Tian akhiri telponnya
Klik!
Neve lempar sembarang kearah sofa, untung handphone nya tidak jatuh. Dirinya beranjak kedapur, mematikan mejikom dan mulai memotong nugget lalu menggorengnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1)
FanfictionNeve, seorang jaksa terkemuka yang harus menangani kasus adik tirinya, dimana ia adalah seorang model terkenal yang sudah dilecehkan. Vanya ternyata terlalu membenci kakak tirinya, sehingga perasaannya kian berubah menjadi cinta. Vanya mau tak mau h...