“Kak?” dengan ragu Vanya memanggil Neve dan mengabaikan degub jantungnya yang semakin tak beraturan
“Hm?” sahut Neve
“Ini sakit ya?” Vanya mengusap luka lebam di pipi Neve, Neve hanya mengangguk pelan
“Harusnya semalem kakak lari aja, jangan ladenin mereka” lirih Vanya, lalu ia menghadap kedepan, terpaan angin membuat mereka sama sama menikmati suasananya
“Udahlah ga usah dibahas yang lalu lalu” jawab Neve
“Kak?” untuk kedua kalinya Vanya memanggil
“Kenapa?”
“Makasih ya” Neve membuka matanya lalu menatap Vanya dari samping, ia mengerutkan keningnya heran
“Buat?” tanya Neve
“Semuanya. Dari kakak yang mau selidikin kasus aku, sampai buat keadaan mental aku semakin baik” ujar vanya
“Oh ya? Ngebantu banget kah?”
“Hm, banget. Sekarang aku udah jarang mimpi buruk lagi, dan mulai percaya diri lagi….” Neve mendengar Vanya menghembuskan nafasnya berat
“….dulu waktu papah meninggal, itu adalah hari terburuk yang pernah aku rasain. Dia baik banget kak, dia yang selalu nemenin, nyemangatin aku saat pertama kali masuk dunia model. Saat dia ga ada rasanya bener bener beda, aku kehilangan selera buat jadi model. Ibu juga berusaha tegar tapi kita rapuh kak”
Neve tidak ada keinginnan untuk menyela sedikit pun, ia akan mendengarkan seluruh cerita Vanya. Tangannya mempererat pelukan mereka, sebisa mungkin membuat Vanya merasa nyaman.
“Semakin hari kita berdua coba buat bangkit, tahun demi tahun kita mulai bisa menerima kepergian papah. Terus tiba tiba aku denger ibu mulai buka hatinya buat orang lain lagi. Aku seneng banget kak” Neve perlahan mengusap punggung tangan Vanya, gerakan yang sederhana itu menerbitkan senyum dibibir Vanya
“Kenapa waktu itu aku benci banget sama kakak? Ya… karena saat itu aku kira ayah Bani orang baik kan, jadi aku kesel pas tau ayah Bani masuk penjara dan yang masukin itu kakak orangnya” ujar Vanya yang semakin lirih diakhir kalimat, ia teringat tindakan konyol yang ia buat hari itu
Neve terkekeh, Vanya yang mendengar itupun sedikit jengkel dibuatnya.
“Kok ketawa? Emang ada yang lucu?”
“Enggaaa kok, hahaha”
“Engga engga tapi ketawa nya malah makin kenceng. Ishhh!” pecah sudah tawa Neve, ia tidak bisa melihat adiknya itu cemberut atau hal semacamnya
“Iya udah ini engga. Suer” sekarang giliran Vanya yang tersenyum, coba besok besok kalo ketemu gue pake sifat yang kaya gini, ujar Vanya dalam hati
“Emm, kita ga mau disini terus kan kak?” tanya Vanya
“Hm? Emang udah jam berapa sih?” sebelumnya Neve sedang merasakan suasana yang tenang tanpa obrolan. Tapi orang dipelukannya itu mengganggu dirinya. Ia malas membuka mata. Neve sudah merasa nyaman diposisi ini.
“Mana bisa aku liat jam, tangan aku aja masuk ke jaket kakak” Vanya menghela nafas kesal
“Oh iya, ya udah emang kamu ada kegiatan nanti?” tanya Neve, jawabannya adalah gelengan
“Terus pulang mau ngapain?” Vanya mengedipkan matanya cepat. Ia juga bingung mau ngapain
“Ga tau” jawab Vanya
“Ya udah yuk, kita pulang aja” Neve merentangkan tangan mereka. Member tahu Vanya agar menarik kedua lengannya keluar dari jaket Neve dan segera beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1)
FanficNeve, seorang jaksa terkemuka yang harus menangani kasus adik tirinya, dimana ia adalah seorang model terkenal yang sudah dilecehkan. Vanya ternyata terlalu membenci kakak tirinya, sehingga perasaannya kian berubah menjadi cinta. Vanya mau tak mau h...