Dihari berikutnya, penyelidikan berlanjut. Neve dan Tamara yang kesusahan untuk menyelidiki kasusnya ulang, mereka meminta bantuan Tian untuk mencari tau cctv dari gedung tkp dan tentunya mencari tau juga segala informasi tentang tangan kanan Pak Bani, yaitu Pak Rendi.
Selama menunggu Tian, mereka tetap menganalisa apa kemungkinan yang terjadi pada hari korban melakukan bunuh diri
"Tamara, coba lo cek apa ada perbedaan antara penjara yang saat itu ditempati Pak Tirta dengan penjara lainnya" sahut Neve disela sibuknya mencoret coret kertas
"Sebentar.." Tamara mulai melakukan hal yang disuruh Neve
"Gue perlu tau, kalo emang Pak Tirta dibunuh. Pembunuhannya berencana atau engga" tambah Neve
"Gue izin ke Pak Artur dulu ya, mau ngambil buku detail penjara yang udah update" Tamara berdiri, setelah mendaat anggukan dari Neve, ia langsung mencari buku itu.
Srek srek srek
Lembar demi lembar Tamara buka, ia baca seluruh informasi tentang penjara yang ada di Indonesia. Disana terdapat biodata, tingkatan, dan juga pada bagian belakangnya terdapat foto foto petugas yang bertugas pada masing masing penjara.
"Yang bedain sih cuma kasus, penjagaan, dan tempat. Hal yang lumrah" gumam Tamara
Neve menoleh kerah rekannya itu, ia bangun dari duduknya dan datang menghampiri Tamara. Ikut memperhatikan apa yang sedang diteliti Tamara.
"Mungkin Pak Wily saat itu ga ada alasan khusus masukin Pak Tirta dipenjara ini. Emang kasus se-tingkat penggelapan dana ditahannya disitu sih Neve" Tamara berpendapat
"Stop stop! Ini, coba lo liat. Mukanya kaya ga asing" Neve menghentikan gerakan tangan Tamara yang sedang membalikan kertas, kemudian dirinya menunjuk salah satu orang yang ada di buku
Tamara ikut menyerit, ia juga merasa pernah melihat orang ini sebelumnya. Atau mereka pernah bertemu dipenjara saat mereka kunjungan kesana?
"Mmm, mukanya nyebelin. Tapi kok gue yakin pernah ngeliat orang ini ya?" Tamara ikut membenarkan perkataan Neve sebelumnya
Neve memejamkan matanya, ia perlu mengingat kapan atau dimana ia pernah bertemu dengan orang itu.
"Ah, mungikn perasaan aja kali" ucap Tamara
"Sebentar" Neve berjalan kearah mejanya, merogoh kantong jas, lalu ia mengambil tiga lembar foto yang saat itu Tamara temukan di ruang kerja ayahnya
"Yang ini bukan orangnya?" salah satu foto yang Neve pegang diberikannya pada Tamara
Tamara mendelik, "Bener Neve!" ujarnya
"Jadi alasan Pak Wily milih penjara ini karena salah satu-"
"Bukan cuma salah satu, 5 orang eh- 7 orang anak buah ayah lo ada dipenjara ini" sela Tamara
Neve memicingkan matanya, Tamara juga menunjukan mana saja orang yang sama antara di buku dan di foto.
"Ayah lo bukan orang sembarangan Neve" Tamara menggelengkan kepalanya tak percaya
"Pembunuhan berencana ya..." gumam Neve
"Oh ya, keluarga Vanya tau ga kita lagi selidikin kasus Pak Tirta?" tanya Tamara
Neve menoleh pada Tamara dan menggeleng, benar juga. Ia baru menyadari ini kasus yang sensitif untuk Bu Lia dan Vanya.
"Jadi gue harus tutup mulut ke semua orang ya? Termasuk Vanya juga?" tanya Tamara lagi
"Iya, jangan sampe orang selain kejaksaan dan Tian, ada yang tau" Neve membalas
Ddrrt drrtt!
Mereka menoleh, ponsel Neve mendapat panggilan masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1)
FanfictionNeve, seorang jaksa terkemuka yang harus menangani kasus adik tirinya, dimana ia adalah seorang model terkenal yang sudah dilecehkan. Vanya ternyata terlalu membenci kakak tirinya, sehingga perasaannya kian berubah menjadi cinta. Vanya mau tak mau h...