Kemarin, seharian penuh Neve, Tamara, Pak Artur dan Kak Lidya melakukan rapat. Mengenai pengajuan izin penyergapan yang diajukan Neve.
Hari ini mereka mendapat kabar dari kantor pusat bahwa hal tersebut telah disetujui.
Maka dengan segera Pak Artur mengumpulkan mereka untuk sekedar mengetahui apa saja yang akan dilakukan nanti.
“Kamu yakin Neve? Di sana belum tentu ada bukti” ucap Pak Artur yang terheran dikarenakan anak buahnya terlalu yakin dengan keputusannya.
Hari itu Neve tiba tiba datang ke ruangannya memberikan selembar surat permohonan untuk melakukan penyergapan.
Dan ketika ditanya alasannya mengapa? Neve hanya menjawab ‘Apa salahnya mencoba? saya yakin di sana banyak bukti yang akan kita dapat’
Disamping Neve, Tamara juga ikut meyakinkan
“Bukannya kemarin kita sudah bahas ini? Seharusnya sudah tidak ada masalah lagi kan?”“Ini hukum, kita harus jelas. Jangan main main, hanya karena feeling saja kalian melakukan penyergapan?” Kak Lidya berucap tegas
Neve menggeleng keras, dia tidak bisa memberitahukan kejadian sebenarnya, keberadaan Tian yang selama ini membantunya juga pihak jaksa tidak tau sampai sekarang.
“Saya mendapatkan bukti dari manajer korban, sebuah Handphone milik Pak Wily. Saya harus menemui keluarga nya untuk membuktikan bahwa memang benar itu milik Pak Wily” ucap Neve panjang
“Dan juga, saya sudah mengamati kediaman mereka beberapa hari terakhir, tidak ada satu pun anggota keluarga dari mereka yang keluar. Bukankah itu aneh?” Tamara menjelaskan lebih jelas lagi
“Wow. Kalian sudah bergerak secepat itu?” respon yang tak terduga dari atasannya itu. Pak Artur menegakan badannya dan mengangguk paham
“Oke, saya setuju” respon yang baik juga dari senior mereka. Kak Lidya pun mempercayai perkataan mereka.
Neve melirik sebentar kearah Tamara, seakan mengucapkan kalimat ‘bagus, perkataan yang cerdik’
“Sekarang kalian bersiap, saya akan mengkoordinir anggota yang akan ikut dengan kalian. Apa perlu saya ikut?” celetukan dari Pak Artur membuat Neve langsung melirik atasannya itu.
“Bapak banyak pekerjaan, begitu pula dengan Kak Lidya. Saya dan Tamara sudah cukup” tegas Neve, berbicara dengan langsung bertatapan dengan lawan bicara.
Pak Artur dan Kak Lidya mengangguk lagi
“Oke, kalian tunggu di mobil” akhir dari perintah Pak ArturMereka berada di mobil yang berbeda dari tim lainnya. Tamara menyombongkan dirinya atas apa yang telah dilakukannya tadi.
“Kalo gue ga bilang kaya gitu, mungkin kita ga diizinin” sombong Tamara
“Udah brisik!” Neve yang bertambah muak, sudah hampir 30 menit menunggu. Tapi tim nya belum siap siap.
Kepalanya menoleh kesana kemari, mengintai apa masih belum siap juga?
“Ck, mau nunggu sampai kapan?” keluh Neve
“Sabar, lagian masih pagi, masih banyak waktu” Tamara santai, dirinya memilih untuk memainkan ponselnya.
___________________________________________
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tim jaksa siap untuk melakukan tugasnya.
Mobil Neve memimpin mereka, menuju kediaman keluarga besar Pak Wily, sesampainya di sana mereka segera memposisikan tugasnya masing masing.
Neve dan Tamara sama sekali tidak menunjukan dimana letak bukti itu berada, biarlah tim mereka yang menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1)
FanficNeve, seorang jaksa terkemuka yang harus menangani kasus adik tirinya, dimana ia adalah seorang model terkenal yang sudah dilecehkan. Vanya ternyata terlalu membenci kakak tirinya, sehingga perasaannya kian berubah menjadi cinta. Vanya mau tak mau h...