Part 16: Gundah

439 43 1
                                    


Esoknya, dari apartement Neve langsung berangkat ke kantor. Hari ini dirinya memakai mobil Tamara yang kemarin ia pinjam, begitu pun dengan Tamara, ia memakai motor Neve.

Karena hari masih pagi, jalanan yang ditempuh Neve pun lancar. Bahkan terkesan sejuk. Ia sesekali membuka kaca jendela mobil dan menghirup udara segar yang belum terkena polusi hari ini.

Dipertengahan jalan, dirinya menemukan pedagang bubur keliling yang masih menggunakan gerobak. Mengingat keadaan perutnya yang saat ini lapar, ia menepikan mobil tepat dipinggir gerobak penjual bubur itu.

“Bang! Pesen 1. Jangan pake kacang ya” sahut Neve pada penjual bubur

“Oke neng! Dibungkus atau makan sini?”

Neve merogoh saku jas, menyalakan power pada ponsel nya. Ia melirik jam sudah menunjukan pukul berapa sekarang, “Makan sini aja” masih cukup pagi untuk sampai kantor ternyata.

“Nih neng, air minumnya gratis kalo buat eneng mah” penjual bubur itu meletakan mangkuknya di meja, Neve tersenyum menanggapi ucapan abang pengjual bubur

Sambil mengecek ponselnya, Neve mulai menyuap. Tak lupa ia tiup dulu karena bubur itu masih sangat panas.

Drtt drrtt

Getaran ponsel yang terletak tepat di samping mangkuk bubur itu membuat Neve melirik pada layarnya. Kala ia tau siapa yang menghubunginya, dengan segera dirinya menjawab panggilan itu.

“Ya? Kenapa bu?” ucap Neve berbicara terleih dahulu sebelum Bu Sarah

Nak, kamu hari ini lagi banyak kerjaan?” tanya Bu Sarah

“Engga bu. Emang kenapa?” Neve menggeleng, walau dirinya belum tau hari ini pekerjaannya banyak atau tidak

“Ini ibu ada pesenan 5 lusin gelas. Kamu bisa bantu ibu ga ya?” denga nada yang kebingungan Bu Sarah bertanya

“Tumben? Emang buat kapan bu?” tanya Neve

“Buat besok sore. Ibu ga bisa nolak soalnya ini temen lama ibu yang pesen” jelas Bu Sarah

“Ohh, iya nanti Neve mampir ke kantor sebentar, terus agak siang nya Neve ke sana deh” jawab Neve

“Iya nak. Kalo kamu lagi repot juga ga papa ga usah kesini” Bu Sarah merasa tidak enak, berkali kali dirinya selalu meminta bentuan pada Neve. Padahal anaknya sedang ada pekerjaan yang mungkin tidak bisa ditunda.

“Engga kok. Nanti siang an Neve kesana. Ya udah ya Neve tutup telpon nya” elak Neve

“Iya, makasih nak”

Klik

Setelah menutup telponnya, Neve lanjut memakan bubur di depannya. Tak berselang lama dirinya pun selesai. Ia berdiri dan mendekati penjual bubur.

Proses membayar sudah selesai, Neve menekan tombol buka kunci pada gantungan mobil. Kemudian ia kendarai mobil itu menuju ke arah kantor.

Bruumm

















___________________________________________



















“Neve! Hoy!” kaki Neve baru saja turun dari mobil, dari arah belakang tiba tiba sudah ada yang memanggilnya. Ia menoleh.

“Tunggu! Kita bareng!” Tamara yang masih mengendarai motornya berteriak lagi. Ia sempat kehilangan keseimbangan, tapi berhasil diatasi.

Grep!

𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang