Tok tok tok
“Permisi, ini Neve. Saya mau tanya kamar saya menginap malam ini dimana ya?” dari arah luar pintu Neve berbicara
Bu Lia dan Vanya sontak langsung mengalihkan pandangan kearah sumber suara, lalu yang lebih tua berdiri membereskan kotak tadi, dan membuka pintu. Sedangkan yang lebih muda sibuk mengusap sisa air mata dengan ujung pakaiannya.
Cklek!
“Kamu tidur di kamar tamu ya?” Bu Lia yang membuka pintunya, ia berucap sembali tersenyum, respon Neve diam ia bingung harus mengiyakan atau tidak
“Iya bu, Neve pasti mau kok, yuk” potong Vanya yang langsung menyeret Neve masuk ke kamar tamu
Bu Lia yang melihat itupun tersenyum, kebahagiannya hanya pada Vanya, ia sangat menyayangi anak semata wayangnya itu. Bu Lia usapkan setitik air mata dipipinya, setelah melihat Vanya masuk kamar ia juga ikut masuk kekamar nya untuk beristirahat.
Sesampainya di depan pintu kamar tamu, Neve menarik tangan nya dari genggaman Vanya, lalu ia bertanya
“Kenapa lo ikut kesini? Ke kamar lo aja sana gue bisa sendiri” cecar Neve kepada Vanya“Lo udah ngerusakin pintu kamar gue kalo lo lupa, jadi mau ga mau lo temenin gue tidur” Vanya menunduk matanya mencari bukaan pintu, walau jarang di pakai kamar ini selalu dibersihkan setiap minggu, jadi saat ada hal yang mendesak langsung bisa digunakan
“Ini masih siang, lo bisa ke kamar lo dulu” setelah berucap demikian, Neve langsung masuk dan menutup lagi pintu kamar itu
“Heh, bentar dul— Neve! Buka pintunya ih! Neve! Neve! Neve Neve Neve Neve Neve”
“Apaan sih!”
“Kalo gue balik ke kamar gue, disana ga ada temen ngobrol” Vanya sedikit berucap dan kepalanya ditundukan
“Hhhh, masuk” Neve persilahkan Vanya masuk
“Makasih” Vanya memasuki kamar itu dan langsung ia baringkan tubuhnya diatas kasur berukuran king size sedangkan Neve ia dudukan dirinya di sofa dekat jendela. Ia berniat mengabari Tamara dan meminta bantuan akan suatu hal, jika Vanya mendengar pembicaraan mereka pun tak masalah.
“Uy! kenapa Neve?” ucap Tamara dari sebrang sana
“Gue ga balik lagi kekantor hari ini” balas Neve, matanya ia alihkan ke keluar jendela. Diam diam ia mengagumi pemandangan nya
“Lo ke toko bunga?”
“Bukan, gue di rumah Bu Lia” Neve menggeleng pelan
“Ooh, ya udah. Titip salam gue buat Bu Lia ya”
“Hm”
“Ya udah bye!”
“Bentar, lo bisa mulai ketemu sama target. Dari temen temen nya atau ke kantor dia langsung” suaranya tenang tapi serius, Neve lirikan matanya kearah lain dari pemandangan luar, disana ia melihat Pak Agus sedang berbincang dengan Bi Sri
“Loh? Kalo dateng ke kantor si Wily ga bareng sama lo aja?”
“Lo aja, gue mau baca ulang kasus, ada yang aneh dan gue baru inget” Tamara mengerutkan kening nya, apa yang aneh menurut Neve
“Gue pernah dikasih tau Pak Artur, si Wily ini selama jadi jaksa dia nanganin 21 kasus. Tapi se-inget gue, gue baca di berkas kasus tertera cuma 20 aja” seorang dibalik selimutnya diam diam sedang mencermati obrolan mereka, Vanya tadinya tidak mau menguping, tapi ya… ini kedengeran jadi ia lanjutkan saja biar sekalian
“Bentar bentar, coba gue cari dulu” Tamara bangkit dari duduknya, ia cari apa yang Neve maksud
“Kalo emang bener ga ada, berarti 1 kasus ini mau ga mau harus kita selidiki”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗗𝗼𝗻'𝘁 𝗯𝗲 𝗘𝘅𝗽𝗲𝗰𝘁𝗲𝗱: Money Slave (Season 1)
FanfictionNeve, seorang jaksa terkemuka yang harus menangani kasus adik tirinya, dimana ia adalah seorang model terkenal yang sudah dilecehkan. Vanya ternyata terlalu membenci kakak tirinya, sehingga perasaannya kian berubah menjadi cinta. Vanya mau tak mau h...