In Lifetime Before

4.7K 506 19
                                    

Perempuan dengan blanc poros Les Tambours Finesse twillaine long cardigan itu sudah duduk santai di sofa besar berwarna cream.

"Nggak ada lawan anaknya Joan," gerutu Natalie yang membawa dua gelas berisi air mineral dari arah dapur.

Keduanya duduk bersebelahan di sofa besar yang ada di ruang tengah. Menunggu si nyonya rumah yang sedang bersiap.

Ya, kakak-beradik itu sedang berada di rumah milik Kevin dan Bya. Padahal jarum jam belum genap menyentuh angka lima di atas sana. Oh, matahari saja belum berganti shift dengan bulan di langit.

Joan menurunkan ponsel di tangannya, "kapan lagi kalian bangun subuh-subuh begini," balasnya sebelum meneguk air yang diulurkan Natalie tadi. "Kayaknya anakku paham kalau Ai sama Tatinya suka kalah sama ayam," tambahnya dengan santai.

"Enak aja, aku bangun subuh ya,"

Suara itu terdengar cukup keras dari arah belakang, membuat dua perempuan di sofa itu segera berbalik untuk melihat si pemilik suara.

Bya berjalan santai. Perempuan yang sepuluh menit lalu membuka pintu masih dengan mukena putih itu sudah berganti pakaian. Ibu satu anak itu memakai sebuah H cape sweater dari brand yang sama dengan milik Joan.

"Ya, kon kan spesial seh, By," sahut Joan meralat ucapannya. "Nih, Cece sama Eve, kan ngepluk kalau belum terang belum melek," alih Joan menunjuk ke arah Natalie di sampingnya.

Natalie segera menegakkan tubuhnya kembali, "enak aja," elaknya ibu satu anak itu tak terima. "Nggak berlaku ya, kalau Abangmu ngejar penerbangan pagi," sambungnya memberi pembelaan.

Mendengar elakan Natalie berhasil membuat Joan dan Bya tertawa, setuju dengan pembelaan yang diberikan kakak mereka itu.

Bya kembali beranjak, "omong-omong, emangnya Eve berhasil melek nih, Jo?" tanya Bya sebelum berjalan meninggalkan area itu.

Joan mengangguk pelan, "udah, aku bangunin dia lebih dulu dari kalian berdua," balas Joan yang membalikan tubuhnya, mengikuti gerakan Bya.

Perempuan hamil itu beranjak dari duduknya, tak lupa membawa gelas miliknya, dan berjalan menyusul Mama Kalu yang sedang menyiapkan sesuatu di balik kitchen island.

"Mau masak?" tanya Joan penasaran.

Bya menggelengkan kepalanya, "mau buatin kopi buat Papanya Kalu," jawab Bya sebelum memencet salah satu tombol di coffee machine yang ada disana.

Joan melirik jam di ponselnya, "emangnya udah bangun?" ucapnya sedikit tak percaya.

Kali ini Bya mengangguk. "Udah, tadi juga subuhnya jamaah. Cuma emang naik lagi ke atas, pindah ke kamar anaknya, paling bentar lagi turun," jelas Bya meyakinkan Joan.

Mendengar penjelasan Bya, Joan hanya mampu menyengir. Siapa sangka si kebo Kevin ternyata rela bangun sepagi ini untuk ibadah.

Getaran ponsel berhasil membuat bibir Joan yang terbuka kembali mengatup. Layar hitam itu berganti dengan nama Genevieve disana.

"Halo," sapa Joan lebih dulu. Perempuan itu juga mengaktifkan mode loud speaker. "Udah jalan?" tanyanya langsung tanpa menunggu balasan adiknya.

Terdengar grasak-grusuk di ujung panggilan. "Uwes, Ce. Kon ndek mana, seh? kok katane Mas Aji, kon uwes metu," balas Genevieve terdengar heran.

Joan melirik ke arah Bya yang menuangkan kopi dari pot ke cangkir putih, "kamu nggak baca chatku, Eve? aku sama Cece udah di rumah Bya," sahut Joan mengingatkan.

Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang