In This Forever

5.3K 563 33
                                    

"Mrs. Joandra."

Panggilan itu terdengar setelah hampir setengah jam Joan dan Jeff duduk bersama pasien lain di ruang tunggu.

Pamor seorang Gabriela Triadmadja memang tidak bisa dipungkiri. Seorang dokter kandungan yang sudah sangat terkenal di Surabaya atau malah Indonesia. Si Dokter-Artis yang namanya selalu menjadi rujukan para publik figur di negara ini.

"Sore, Dok," sapa Joan lebih dulu begitu melihat seorang perempuan dengan scrub maroon yang dibalut dengan sneli putih.

Dengan senyum hangat, Dokter Gaby tersenyum kepada sepasang calon orang tua di hadapannya. "Hai, Jo, last check up, ya? minggu depan udah masuk due date," ucap Dokter Gaby setelah membaca sesuatu dari PC di hadapannya.

Joan mengangguk pelan, "nggak kerasa, tiba-tiba udah last check up," gumam Joan dengan senyum lebar. "Papanya nggak sabar, Dok," sambungnya menyikut lengan Jeff yang duduk tenang di sampingnya.

"Pasti sih, harus siap pagar betis loh, Jeff?" Dokter Gaby beralih pada Jeffano. Membuat si laki-laki tersenyum membalas ucapan dokter kandungan itu.

Kepala Jeff terangguk, "udah, udah disiapin beton juga sama Opanya," balas Jeff membalas candaan Dokter Gaby. "Lebih ke deg-degan, apalagi Joan udah dapet kontraksi palsu juga," sambung Jeff menceritakan pengalaman mereka berdua di tengah malam.

Beberapa hari lalu, Joan membangunkannya ketika jarum jam menunjukkan pukul satu pagi. Perempuan hamil itu mengeluh jika perutnya terasa kencang dan melilit tiba-tiba.

Jeff yang mendengar keluhan itupun segera bangun dari tidurnya, laki-laki itu langsung membangunkan asisten rumah, dan memanasi mobil.

Tapi siapa sangka, kepanikan itu langsung hilang begitu saja. Ketika Joan yang keluar dari kamar mandi tiba-tiba bilang jika perutnya terasa baik-baik saja.

Bahkan Jeff sampai tidak tidur hingga subuh, takut-takut jika ternyata Joan memang mengalami kontraksi malam itu.

Dokter Gaby mengangguk, "kaget nggak?" tanya Dokter Gaby memastikan.

Keduanya—Joan dan Jeff—langsung mengangguk, tersenyum malu-malu. Teringat betapa konyolnya suasana malam itu. Padahal jauh-jauh hari Dokter Gaby sudah memberi peringatan. Tapi, mereka benar-benar lupa.

"Ayo, diperiksa dulu," ajak Dokter Gaby setelahnya. Perempuan empat puluhan tahun itu berjalan lebih dulu ke arah checking bed.

Seperti check up sebelum-sebelumnya, Dokter Gaby segera mengoleskan gel dingin di atas permukaan kulit perut Joan. "Ini posisinya bener-bener siap buat ketemu Mama sama Papa sih," ucap Doker Gaby yang masih menggerakkan transducer di atas perut buncit Joan.

"Joan ada keluhan di minggu-minggu ini?"

Joan dengan cepat menggelengkan kepala, "selain kontraksi palsu kemarin ngga ada sih, Dok." jawabnya mengalihkan tatapannya dari monitor di depannya.

Joan menatap layar yang ada di depannya, "is she ok, Dok?" tanya Joan ketika merasa jika gerakan Dokter Gaby tidak seperti biasanya.

Ya, biasanya Dokter Gaby menggerakan transducer dibagian atas hingga tengah perut. Bahkan di check up sebelumnya. Tapi, kali ini Joan merasa jika Dokter Gaby memeriksa di bagian yang tidak seperti biasanya.

Jeff yang sebelumnya berdiri di belakang tubuh Dokter Gaby semakin mendekat begitu mendengar pertanyaan Joan. "Semua aman kan, Dok?" sambung Jeff sama penasarannya.

"Suster Tia, tolong handscoon baru," pinta Dokter Gaby pada perawat yang tak jauh dari posisinya.

Dokter Gaby berdiri dari duduknya, melepas handscoon yang terkena clear ultrasound gel. "She's totally fine," Joan bisa melihat Dokter Gaby tersenyum.

Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang