34. Snow Was Falling

3.7K 460 26
                                    

Jeff sudah berdiri di ujung tangga begitu mobil Joan masuk ke dalam garasi. Dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana hitamnya.

Senyuman tipis tercetak jelas di wajahnya begitu melihat Joan berjalan menaiki anak tangga.

"Ngapain disini, Ko?"

Suara Joan lebih dulu terdengar bergitu menyadari keberadaan Jeff disana. Dengan senyuman lebar yang perempuan itu beri.

Ko, sebuah panggilan yang hampir tidak pernah Jeff dengar dari bibir istrinya. Satu kata yang berhasil membuatnya tersenyum lebar menatap Joan dengan heran.

Merentangkan kedua tangannya, Jeff tertawa melihat Joan yang masih keheranan disana.

"Nggak tau kenapa, aku ngerasa istriku lagi butuh di peluk," ucap Jeff begitu tubuh Joan berhasil masuk ke dalam pelukannya. "Capek, ya?" tanya Jeff sebelum mengecup puncak kepala istrinya.

Anggukan kecil Joan keluar disana. Perempuan itu bahkan langsung menenggelamkan kepalanya di dada bidang Jeff.

Menggoyangkan tubuhnya dan Joan pelan, Jeff mengusap kepala istrinya dengan lembut, "it's ok, sekarang ayo makan dulu, nanti aku peluk lagi," lirih Jeff menjauhkan kepala Joan.

Laki-laki itu memegang wajah Joan dengan kedua tangannya, menatap wajah istrinya—wajah yang terasa berbeda dari biasanya—yang tersenyum tipis padanya.

Dengan anggukan pelan, Joan kembali meraih tangan Jeff yang ada di pipinya, "tunggu sebentar ya, Nyo, aku pengen mandi," ucap Joan sebelum menurunkan tangan mereka dari wajahnya.

Jeff tersenyum, menarik tas hitam yang Joan bawa, "udah aku siapin air hangat, terus bath oilnya juga, pokoknya udah siap semuanya," bisik Jeff yang sudah merangkul bahu Joan.

Laki-laki itu masih terus merangkul Joan yang terlihat lebih murung itu. Sengaja mengikuti langkah Joan yang langsung masuk ke dalam kamar mereka.

Dengan telaten, Jeff melepaskan blazer yang istrinya pakai—setelah meletakkan tas Joan di salah satu sofa yang ada di kamar mereka—tak lupa mengecup sekali lagi puncak kepala istrinya, sebelum mendorong pelan tubuh Joan masuk ke dalam kamar mandi.

Menatap pintu kamar mandi yang langsung tertutup begitu Joan masuk ke dalamnya, Jeff menatap pintu kayu itu dengan sebuah tatapan sedihnya.

Laki-laki yang tidak membayangkan bagaimana perasaan Joan saat ini. Mungkin memang Jeff sering bergantian untuk menyiapkan kebutuhan satu sama lain. Tapi kali ini berbeda.

Jeff mendengar kalimat yang Joan terima beberapa jam lalu, semuanya terdengar cukup jelas walaupun dengan suara samar dari panggilan yang sedang ia dan Joan lakukan.

Tadi jika saja Joan langsung mengucapkan kalimat cinta seperti biasanya, mungkin Jeff tidak akan tau omongan buruk seperti apa yang istrinya terima disana.

Jika saja dirinya memilih untuk langsung mengakhiri obrolan mereka, mungkin Jeff tidak akan tau jika perasaan Joan sedang berantakan sekarang.

Dan Jeff tidak menyesal untuk mendengar semua kalimat itu, karena dirinya setidaknya bisa sedikit meringankan perasaan buruk istrinya.

Laki-laki itu masih berdiri di depan pintu kamar mandi yang tertutup rapat, mendengar lamat-lamat suara tangisan Joan di dalam sana.

Suara tangis yang sama sakitnya seperti saat itu, saat Joan pertama kembali ke rumah setelah keguguran.

Tangisan yang terasa menyesakan, tangis yang membuat Jeff bertanya seberapa banyak kalimat tidak mengenakan yang Joan terima selama ini, berapa banyak orang yang bergunjing tentang Joan tanpa dirinya sendiri sadari.

Your TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang