Bab 12 Demi aunty Vea

118 99 26
                                    

Hay hay guys , lanjut nih ceritanya
*
*
*
*
*
Gimana nih nasib Dita?
*
*
*
*
Jangan lupa vote,share,dan komen.
*
*

°
°
Happy reading 🍁

"Kamu kenapa Udah mau berangkat gini tapi masih aja cemberut . Ada masalah kah?" Tanya Dina tersenyum tipis.

Farid segera sadar dari lamunannya ia menatap wajah istrinya. "kenapa hmm kok liatin aku mulu dari tadi?".

"Udah aku tau kok aku ganteng dari dulu ga usah segitunya kamu liatin aku " pd Farid sambil mengangkat satu alisnya menggoda sang istri.

"Ga jelas , kamu kenapa dari tadi muka nya cemas begitu ga jadi pindah?" Tanya Dina .

"Gimana yaa tadi Agam mengirim pesan katanya kak Vea sekarang masuk rumah sakit dan keadaannya memburuk, namun saudara disana kekurangan biaya untuk operasi kak Vea , Agam juga minta bantuan agar kita membantu biaya operasi kak Vea " jelas Farid.

"Aku mikir kalo uang untuk beli rumah kita pake untuk biaya operasi kak Vea dulu gimana?" Tanya Farid kepada Dina.

Dina tidak menggubris kata Farid ia terdiam dengan seribu bahasa. Padahal dirinya sudah bersiap-siap untuk pindah ke rumah baru itu , namun mungkin saja ini bukan rezeki keluarnys. Ia merasa kasihan jika melihat kak Vea harus menahan penyakit lama-lama.

Ia harus bisa mengikhlaskan uang itu untuk biaya operasi saudaranya di kampung.

"Hei ! Gimana kenapa malah melamun?" Tanya Farid.

"Eh ii..iya gapapa uangnya pake untuk operasi kak Vea aja"jawab Dina gugup.

"Beneran gapapa?" Tanya Farid meyakinkan.

"Terus gimana caranya kita ngomong masalah ini keibu dan Dita? Mereka pasti kecewa" pertanyaan Dina membuat mereka berpikir keras.

Sekarang kira-kira pukul 12.00 sepasang suami istri itu tampak memikirkan masalah tadi. Mereka bingung gimana cara menjelaskan masalah ini kepada ibu juga gadis kecilnya. Disisi lain Dita dan En sudah selesai menyiapkan barang-barang mereka,Dita mencari Ayah dan ibunya.

Ternyata ayah dan ibu sedang duduk di kursi meja makan. Terlihat mereka sedang memikirkan sesuatu entah apa yang mereka pikirkan. Padahal satu jam lagi mereka akan pindahan , bukannya di hari yang bahagia ini orang tua nya ikut bahagia . Tetapi kenal wajah orang tuanya cemberut begitu.

Apa rencana ini di tunda? Bantin Dita. Ia tidak ingin jika rencana kali ini di batalkan. Selang beberapa menit kemudian En dan Dita menemui sepasang suami istri itu di meja makan.

"Semua barang-barang sudah beres" ujar En.

" Ayo ayah kita berangkat sekarang sudah pukul 13.10 !" Ajak Dita sambil menarik lengan Farid.

"Kalian berdua kenapa?" Tanya En yang dari tadi memperhatikan anaknya itu tidak tersenyum sama sekali.

Farid dan Dina saling berhadapan mereka bingung gimana cara menjelaskan masalah ini.

"Tadi pagi Agam ngabarin kalo Kak Vea lagi di rawat di rumah sakit,kondisi kak Vea semakin memburuk dia harus di operasi . Namun mereka tidak kekurangan biaya untuk operasi kak Vea. Agam bingung jika tidak meminta bantuan kepada kita ia harus meminta bantuan kepada siapa lagi, jadi Agam meminta agar kita menolong biaya operasi kak Vea"

"Kasihan Bu, dia harus menahan penyakitnha sejak lama,jadi gimana kalau uang untuk beli rumah kita pakai saja untuk membantu biaya operasi kak Vea?" Tanya Dina.

Dita dan En sontak kaget dengan penjelasan Farid dan Dina. Mereka berdua terdiam tanpa kata-kata, mereka sangat kecewa setelah mendengar penjelasan itu. Dita melepaskan tangannya dari lengan ayahnya,ia sangat kecewa dengan penjelasan orang tua nya.

padahal dirinya sudah berharap untuk tinggal dirumah baru itu . Sampai-sampai ia rela begadang untuk mempersiapkan barang-barang yang akan di bawa kerumah baru itu.

"Ya Allah kasihan nak Vea, yasudah lebih baik kita berikan saja uang itu untuk biaya operasinya " balas En walaupun ia masih kecewaa.

Tanpa disadari air mata Dita turun begitu saja. Ia tidak menyangka bahwa rencana ini di batalkan dengan cepat. Dita hanya bisa diam tidak bisa berkata apapun karena orangtuanya sudah mematahkan semangatnya.

"Dita maafkan ayah ya, karena tidak bisa membuat gadis kecil ayah bahagia" ucap Farid sambil mengusap air mata yang membasahi pipi gadis kecilnya.

Ia berharap gadis kecilnya bisa mengerti dengan kondisi saat ini.Dita sama sekali tak menggubris perkataan ayahnya. Ia berlari kekamarnya ia meninggalkan orang tua dan neneknya yang masih berada di dapur.

"Sayang dengerin ayah dulu"

"Hustt udah biarin aja dia lagi pengen sendiri jangan diganggu dulu" ujar Dina.

Dita tidak perduli dengan apa yang ayahnya katakan , Dita menangis sesegukan di dalam kamar dengan kepada yang ia telungkupkan di bantal. Setelah beberapa menit ia menangis kini tangisan nya mulai mereda.

Dita berpikir untuk menyetujui kesepakatan orang tuanya walaupun ia masih kecewa tapi dirinya juga tak tega melihat Tantenya harus menahan penyakit.

Jam dinding di kamar Dita menunjukkan pukul 16.00 ia mencari ayahnya . Ia melihat semua anggota keluarganya berada di ruang tamu .

"Ayah! Dita setuju dengan kesepakatan tadi" ujar Dita dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Dita tidak tega dengan Tante Vea . Dita sayang sama Tante Vea Dita engga mau Tante Vea kenapa-kenapa " Setelah mendengar ucapan Dita kini semua nya tersenyum lega. Akhirnya Dita bisa memahami kondisi saat ini.

Harus kasih vote dan jangan lupa juga komen yaa guyss

Harus spam komen

Follow akun ini yaa

Kalo mau kenalan lebih dekat boleh dm telegram : Mila Naura

Pasti dibales kok tenang aja 👌🏻

⚠️Wajib vote,share,dan komen

𝐒𝐀𝐌𝐔𝐃𝐑𝐀 𝐊𝐄𝐑𝐈𝐍𝐃𝐔𝐀𝐍 [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang