"Nyaiiii ...!!! Tunggu Nyai! Bagaimana ...."
"Woy! Siapa sih malem malem teriak teriak?! Ganggu orang tidur saja!" terdengar suara cempreng bernada kesal dari arah kananku, disusul dengan suara derit pintu yang dibuka. Seberkas cahaya membias menerangiku yang sedang ...
"Anjriiittt!!!" aku sampai terjengkang ke belakang begitu menyadari bahwa posisiku saat itu sedang menelungkup memeluk gundukan tanah makam.
Tunggu! Makam? Itu berarti ...
"Siapa woy?! Jangan bikin ribut di tempat orang!" kembali suara cempreng itu terdengar, disusul dengan kemunculan sesosok bayangan yang melangkah mendekatiku.
"Retno? Ah, syukurlah. Kau ..., astaghfirullah!" aku terpekik kaget saat mencoba bangkit dan melihat arloji di pergelangan tanganku. Sudah lewat tengah malam. Dan ..., seingatku tadi aku berkelana bersama Nyai Retno Selasih lebih dari satu hari. Apakah itu berarti ...
"Kau rupanya! Ngapain kamu masih disini hah?! Bukankah tadi aku sudah menyuruhmu untuk pergi?!" suara itu berubah menjadi galak kini.
Tadi? Itu berarti ....
"Hari apa sekarang?" tanyaku begitu gadis itu telah berdiri di hadapanku.
"Apa maksudmu?! Kau belum menjawab pertanyaanku dan malah menanyakan hari? Apa kau sudah pikun?!" jawab gadis itu sengak.
"Ret, katakan kalau malam ini masih malam minggu, tanggal ...."
"Jangan konyol Bayu! Baru beberapa menit yang lalu kamu menggedor gedor pintu pondokku!"
"Jadi? Ah, syukurlah. Retno, please! Tolong! Aku benar benar butuh bantuanmu. Tadi baru saja aku ...."
"Sudah kubilang tidak Bayu! Urusanmu, dan juga gadismu yang bernama Seruni itu, aku sudah memperingatkan dari jauh jauh hari sebelumnya. Tapi kau tak mau dengar. Kau justru seolah olah ingin menentang takdir. Dan sekarang, begitu ada hal buruk menimpa kalian, kau ingin melibatkanku? Tidak Bayu. Sekarang pergilah! Daripada kau buang buang waktumu untuk merayuku, lebih baik kau gunakan sisa waktu yang kaumiliki itu untuk menyelesaikan masalahmu." gadis itu berbalik dan bermaksud kembali ke pondoknya.
"Retno! Tak kusangaka kau ternyata sekejam itu! Tak ada rasa belas kasihankah di hatimu? Kau dan Seruni sama sama perempuan! Dan kau juga pernah merasakan bagaimana sakitnya kehilangan orang yang kau sayangi! Apa kau tega ..."
"Jangan pernah sekali kali kau berani mengungkit ungkit masalah pribadiku Bay!" sentak gadis itu tanpa menoleh. Ia masih tetap melangkah ke arah pondoknya!
"Baiklah! Kuhargai privasimu Nona, tapi apa kau tetap akan tinggal diam, kalau kukatakan bahwa masalah yang kuhadapi ini bukan hanya semata mata untuk menyelamatkan Seruni, tapi juga untuk menyelamatkan warga kedua desa ini dari dosa masa lalu yang bahkan sama sekali tak mereka ketahui? Dan yang lebih penting lagi adalah untuk membebaskan Nyai Retno Selasih dari jeratan dendam dan kebencian yang menyiksanya di alam sana!"
"Jaga mulutmu Bayu!" kali ini gadis itu menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatapku dengan sangat tajam. "Tau apa kau soal leluhurku hah?!"
"Cih! Sudah kuduga. Ternyata kau tak lebih banyak tahu soal leluhurmu itu daripada aku! Perlu kau tahu Retno, apa yang kamu dan warga sini percayai dan yakini itu adalah salah. Bukan sumpah dan kutukan dari Ki Demang Kajang yang menyebabkan semua tragedi di kedua desa ini. Tapi sukma Nyai Retno Selasih yang diperalat oleh orang yang tak bertanggungjawab, dan digunakan untuk memutarbalikkan fakta tentang sejarah desa ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ipat Ipat Demang Kajang
Mystery / ThrillerHitam tak selamanya kelam. Putih tak selamanya bersih. Masa dan waktu yang berlalu, bisa mengubah semua menjadi kelabu. Rewrite dari cerita 'TUMBAL MANTEN KALI GANDHU' yang sudah saya publish dan tamatkan di platform Kaskus/KaskusSFTH *)Jadwal updat...