Sial! Lagi lagi ini seperti de javu. Begitu aku menginjakkan sebelah kakiku kedalam bangunan punden itu, dengan cepat hawa dingin segera menjalar dari ujung telapak kakiku, dan terus merambat naik ke sekujur tubuhku.
Refleks aku berusaha menarik kembali kakiku. Namun seperti ada kekuatan aneh tak kasat mata yang menahannya. Bukan! Bukan hanya menahan, tapi kekuatan itu juga berusaha menarik, hingga sebelah kakiku yang satu lagi seolah dipaksa ikut melangkah memasuki area punden tersebut. Kedua tanganku yang berusaha bertahan dengan berpegangan erat pada sisi gerbang tembok bangunan itu seolah tak kuasa menahan daya tarikan dari kekuatan yang tak kasat mata itu. Hingga akhirnya, seluruh tubuhku kini telah berhasil dipaksa masuk kedalam bangunan tersebut.
Aku terdiam. Berdiri mematung sambil merasakan hawa dingin yang menjalar di sekujur tubuhku. Dingin yang terasa begitu menusuk sampai ke tulang, membuat sekujur tubuhku menggigil karenanya. Kucoba untuk menggerakkan kedua tangan dan kakiku. Gagal! Sekujur tubuhku terasa kaku dan membeku. Bahkan untuk sekedar mengedipkan kelopak matakupun aku tak mampu.
"Siapa dirimu sebenarnya?" Gadis galak itu berbalik dan menatapku. Tatap yang menyiratkan rasa keheranan, berbanding terbalik dengan nada suaranya yang terkesan begitu dingin.
"Aku? Sudah kubilang tadi kalau aku ..."
"Bukan namamu! Tapi asal usulmu!" Dengan cepat gadis itu menukas jawabanku. Jawaban, yang sebenarnya hanya mampu kuucap dalam hati, karena lidahkupun sepertinya ikut membeku oleh hawa dingin yang kini menguasaiku. Apakah gadis ini memiliki kemampuan untuk membaca pikiranku?
"Hanya orang orang yang memiliki garis keturunan dari Ki Demang Kajang saja yang bisa masuk kedalam punden ini," gadis itu kembali berkata, sambil mendekat ke arahku, lalu berjalan mengelilingi tubuhku yang berdiri kaku bak patung batu. "Dan aku tak mendapati tanda tanda itu dari dirimu! Jadi, siapa dirimu sebenarnya?!"
"Jangan bercanda! Jelas jelas gerbang punden ini bahkan tak memiliki daun pintu! Apa susahnya kalau hanya ..."
"Kau tak merasakan sesuatu saat melintasi gerbang itu tadi?!" Kembali gadis itu memotong ucapan dalam hatiku.
"Jika kau hanya manusia biasa dan tak memiliki pertalian darah dengan Ki Demang Kajang, hawa dingin itu pasti sudah membunuhmu, bahkan sebelum kau berhasil menapakkan kaki di tanah punden ini! Jadi, siapa kau sebenarnya?" Lagi lagi gadis itu mengajukan pertanyaan yang sama.
"Apa sebenarnya tujuanmu datang kemari?" Gadis itu merubah pertanyaannya, karena aku hanya diam seribu bahasa. Bukan semata mata karena lidahku yang tak mampu untuk berkata, melainkan juga karena otakku tak sanggup untuk mencerna berondongan pertanyaan serta kata kata yang diucapkan nyaris tanpa jeda olehnya.
"Aku hanya berkunjung untuk menghadiri acara pernikahan sahabatku di desa seberang sana," akhirnya aku mampu menjawab juga meski hanya dalam hati.
"Bukan itu! Tapi tujuanmu datang ke punden ini!"
"Eh, kalau itu ..."
"Baiklah! Ikut Aku!" Akhirnya gadis itu berbalik, setelah sebelumnya memberi kode kepadaku dengan menelengkan kepalanya. Sekilas sempat kulihat gadis itu melirik tajam ke arah makam tua yang berada tepat dibawah pohon beringin besar yang tumbuh tepat di tengah tengah bangunan punden itu.
Hanya sekilas, namun aku sempat melihat kilatan aneh di mata gadis itu. Dan bersamaan dengan itu, keanehanpun terjadi padaku. Tubuhku yang semula kaku dan membeku, tiba tiba dengan sangat mudahnya bisa kugerakkan kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ipat Ipat Demang Kajang
Mistério / SuspenseHitam tak selamanya kelam. Putih tak selamanya bersih. Masa dan waktu yang berlalu, bisa mengubah semua menjadi kelabu. Rewrite dari cerita 'TUMBAL MANTEN KALI GANDHU' yang sudah saya publish dan tamatkan di platform Kaskus/KaskusSFTH *)Jadwal updat...