°Bertahan°

4.9K 140 5
                                    


*HAPPY READING*

Jangan terlalu yakin kalau kalian bisa menyembunyikan suatu kebohongan.. Ingat pepatah yang mengatakan 'Sepandai-pandainya Tupai Melompat, Pasti Akan Jatuh juga'

....

*Kita panggil Om dari Naya dengan nama Rafli

"Password hp kamu?"

"130***"

Setelah memasukkan password nya, ponsel milik Naya kini berhasil di buka oleh Rafli, tanpa basa basi Rafli langsung saja membuka aplikasi WhatsApp yang tersedia di ponsel Naya.

"Kamu pasti ngehapus chat kamu sama laki-laki itu kan?" Rafli bertanya pada Naya karena setelah dia memeriksa WhatsApp Naya.. isinya hanyalah chat-chat biasa saja bersama teman-teman sekolahnya. Tapi Rafli tidak percaya begitu saja, makanya dia bertanya seperti itu pada Naya.

Namun, bukan anggukan yang diperlihatkan oleh Naya melainkan gelengan kecil dari kepalanya. Rafli merasa frustasi karena chat yang bisa dia jadikan bukti, ternyata sudah di hapus oleh Naya, ia pun mengacak-acak rambutnya. Oh siapapun yang ada disana tolong tenangkan Rafli karena Rafli sudah hampir kehabisan kesabaran akibat menghadapi Naya yang keras kepala ini. Naya yang melihat tingkah dari pamannya hanya biasa-biasa saja, tak berniat ingin memberitahukan yang sebenarnya.

Rafli merasa capek menghadapi sikap Naya yang seperti ini maka dari itu dia memilih untuk menelpon kembali sang istri, dengan ponsel naya yang masih berada di genggamannya.

"Halo bun"

"Iya pah, kenapa?"

"Semua chat Naya dengan laki-laki itu sudah dia hapus semua sebelumnya!" Adu Rafli.

"Hah kok bisa? berarti semua bukti chatnya juga ngga ada dong?"

"Iyaa bun.. udah gak adaa, ini aku udah periksa semua dan memang udah gak ada lagi, dia udah ngehapus semuanya, bersihh tanpa sisa"

"Astaga itu anak bener-bener ya. Aku mau bicara sama dia pah"

Setelah mendengar perintah dari sang istri, Rafli langsung saja memberikan handphone nya pada Naya, lalu menyuruh Naya untuk berbicara.

"Halo bun" Cicit Naya.

"Kamu habis ngapain sama laki-laki dirumah hmm?!" Baru mendengar satu kalimat saja, Naya sudah bergidik ngeri mendengar suara dingin khas bundanya jika sedang marah.

"A-aku ngga habis ngapa-ngapain bun"

"MASIH MAU NGELAK KAMU HAHH!?" Emosi bunda Naya sudah tidak bisa ditahan lagi. Dia langsung saja membentak Naya, dan Naya spontan menutup matanya kala mendengar bentakan dari bundanya diseberang telepon.

"Maaf Bunda" naya sudah tidak bisa lagi membendung air matanya yang sedari tadi ia tampung.

"Nangis kamu hm? nangis? bagus.. saya disini sibuk cari uang buat makan kamu juga, tapi apa yang kamu lakukan disana? kamu hanya bisa membuat saya malu!" Suara Bundanya sudah kembali seperti semula dingin nan tegas tapi tetap saja Naya tak bisa menghentikan tangisannya, dia mengakui ini semua memang salahnya, dia terlalu bodoh karena tidak memikirkan konsekuensi apa yang akan dia dapatkan ketika mempersilahkan lelaki asing masuk kerumahnya.

NAYARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang