18

49 3 1
                                    

Jimin mengguncang² kan lengan jungkook yang sedang membuang muka darinya.

"Ayolah kook, mianhaee" Ucap jimin namun tak dihiraukan oleh jungkook

"Kookiee...., kookie yang tampan dan baik hatiiii. Mian nee??" Jimin manatap jungkook dan menunjukan smile eyesnya yang khas itu, membuat matanya menghilang tertutup.

"Sana ah hyung, kau menyebalkan" jungkook mendorong tubuh jimin agar kembali duduk dikursinya.

Setelah mengantar taehyung kemarin, jimin langsung tertidur lelap dikamarnya sampai sore hari. Badannya terasa nyeri, kakinya sulit digerakkan, mengingat kemarin dia berjalan berkilo² meter demi mencari taehyung.

Jimin menghela nafasnya panjang, saat melihat jam dia tersadar dan segera mengambil ponselnya. Apa yang dia khawatirkan terjadi, banyak panggilan tak terjawab dari jungkook. Lebih tepatnya sekitar 27× panggilan tak terjawab.

Jimin segera bergegas menuju rumah sakit karna dia tau pasti jungkook sangat bosan tanpa dirinya namun sesampainya disana, jimin malah dihadapi dengan jungkook yang marah padanya.

Sudah sekitar 3 jam jimin membujuk jungkook, namun anak itu tetap konsisten dengan aksi ngambeknya itu. Bahkan jimin pun sudah lelah untuk membujuknya.

"Tuan jeon waktunya makann" ucap seorang perawat yang baru saja masuk membawa nampan ditangannya.

"Mmm..kalau boleh tau kapan jungkook boleh pulang ya?" Tanya jimin disela² perawat itu meletakkan nampannya dan kebetulan perawat itulah yang sering menangani jungkook saat kondisinya kurang stabil.

"Jika dilihat dari kondisi jungkook yang masih sering naik turun, kemungkinan masih lama. Tapi saya juga tidak bisa memastikannya, kita tunggu keputusan dari dokter seokjin dulu" jelasnya

"Ahh baiklah, terimakasih" ucap jimin dengan senyumnya, perawat tersebut membalas senyumnya dan keluar dari ruangan itu

Jimin menatap jungkook yang terbaring menatap langit² kamar rawatnya, ya walau diatas hanya ada plafon putih dan lampu tapi entah kenapa dia betah menatapnya. Disana seperti ada sesuatu yang menarik bagi jungkook.

"Kookiee, waktunya makan" ucap jimin, sedangkan jungkook hanya diam

"Ayo makann, biar cepat sembuh. Hyung benci melihatmu sakit seperti ini, itu membuat hati hyung sakit kook. Ayo makan"

"Kalau gitu aku akan pergi saja, biar hyung tidak terus² an merasa sakit saat melihatku sakit" sahut jungkook

"Yaaa! Apa yang kau maksud huh? Kau tidak akan pergi kemana², kau akan selalu bersama hyung!" Tegas jimin

Jungkook mendudukkan dirinya dan menatap jimin.

"Bukankah lebih bagus begitu hyung?"

"Kau tidak akan sakit, dan aku juga tidak akan merasa sakit." Lirih jungkook mengalihkan pandangannya dari jimin

"Tidak! Diam dan makan" perintah jimin, tangannya sudah membawa mangkuk yang berisi bubur

"Tidak mau, lebih bagus jika aku mat....."

"JUNGKOOK!" Teriak jimin membuat jungkook terdiam

"Sudah hyung bilang berkali² jangan membahas mati! Jika kau mati siapa yang akan menjadi adikku hah?! Hyung menyayangimu, jadi berhenti berfikir tentang mati! Hyung tidak suka" jelas jimin dengan nada yang terdengar naik turun karna jimin pun sedang menahan air matanya.

Berkali² jungkook berkata ingin mati, perkataan itu membuat hati jimin hancur. Jimin sangat menyayangi jungkook, dia tidak ingin kehilangan adik manisnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Truth [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang