9

77 11 4
                                    

Brakk!!

Tuan jeon diam membeku, pintu dihadapannya ini seperti memberitahunya jika kesempatannya untuk bertemu dan meminta maaf pada jungkook sudah tertutup dengan rapat.

Dengan berat hati tuan jeon melangkah menjauh meninggalkan rumah itu, memberi ruang kepada nyonya jeon untuk menenangkan diri dan pikirannya.

"Bagaimana?" Tanya namja paruh baya saat tuan jeon sudah masuk ke mobil

"Dia marah" sahutnya

Namja ini mengulas senyum kecutnya, pasalnya dia sudah tahu jika usaha temannya ini akan sia-sia. Tidak semudah itu untuk meminta izin bertemu anak apalagi setelah mengilang bertahun-tahun.

"Sudah kuduga"

"Jika begini aku harus bagaimana? Aku rindu anakku, aku tahu aku salah tapi apa tidak ada kesempatan sedikit untukku?" Tanya tuan jeon

"Ada, kesempatan itu pasti ada. Tenanglah, kau pasti bisa bertemu dengan jungkook." Namja itu menepuk pelan pundak tuan jeon, mencoba menyalakan kembali api semangat tuan jeon yang sedikit..... redup bisa dibilang?

"Tapi dia bilang dia tidak akan memperbolehkanku bertemu jungkook"

"Aku yakin nyonya jeon hanya terpancing emosinya, dia tidak benar-benar melarangmu bertemu jungkook, yang harus kau lakukan adalah bertemu dengannya lagi dan membicarakan semuanya dengan baik-baik. Aku yakin lambat laun dia akan mengerti" jelasnya, tuan jeon yang mendengar itu sedikit menghela nafasnya dan memikirkan apa yang baru saja temannya katakan padanya.

"Kau benar, aku akan berusaha dengan keras agar dia memperbolehkanku bertemu dengan jungkook" ucap tuan jeon

Namja paruh baya ini mengulas senyumnya, api didalam diri temannya sudah mulai kembali membara. Dia berharap jika apa yang dikatakannya ini benar dan kesempatan itu benar-benar ada.

Merasa sudah tidak ada urusan ditempat ini, mereka segera meninggalkan tempat itu dan pulang ke rumah sedangkan disisi lain tepatnya didalam rumah, Nyonya jeon masih setia dengan acara menangisnya, dia tidak menyangka jika tuan jeon akan tiba-tiba datang dan menemuinya. Karena nyonya jeon kira jika tuan jeon sudah menghilang untuk selamanya.

"E-eomma?"

Suara jungkook menyadarkan nyonya jeon, segera dia mengusap air matanya lalu berdiri dan menatap jungkook sembari mengulas senyum manis dibibirnya.

"Nee sayang? Kookie kenapa turun? Eomma sudah memintamu untuk menunggu dikamar bukan?" Lanjutnya

"Ahh itu, aku khawatir karena eomma lama sekali dibawah jadi aku turun"

"Kau pasti lapar kan? Kajja eomma sudah selesai masaknya" baru saja dia akan melangkah sebuah tangan menghentikan pergerakannya

Nyonya jeon menatap jungkook dan menaikkan salah satu alisnya.

"Wae?"

"Eomma kenapa menangis? Siapa yang membuat eomma menangis?" Tanya jungkook

"Aniya, tadi waktu eomma membuka pintu ada angin masuk dan banyak debu yg mengenai mata eomma. Karena perih jadi eomma terlihat seperti menangis" elak nyonya jeon sedangkan jungkook yang mendengar itu tersenyum tipis.

Ohh ayolah itu adalah alasan yang begitu klasik, aku tidak semudah itu untuk eomma bohongi-Batin jungkook

"Eomma jangan berbohong, kena0a eomma menangis?" Tanya jungkook lagi

Raut wajah nyonya jeon terlihat bingung, tidak mungkin jika dia harus jujur tentang kejadian yang baru saja terjadi.

"Sudah lupakan, kau makan dulu nee?" Ucap nyonya jeon mengalihkan pembicaraan

"Tapi...." ucap jungkook menggantung karena nyonya jeon lebih dulu memotongnya.

"Kookie?"

Nyonya jeon menatap jungkook, menaikkan kedua alisnya. Tatapan itu membuat jungkook terdiam sebentar dan mengangguk membuat nyonya jeon mengulas senyumnya.

Mereka berdua mendudukkan dirinya dimeja makan, nampan yang tadinya ingin dibawa ke kamar sekarang sudah ada didepan jungkook.

"Enak?" Tanya nyonya jeon yang diangguki jungkook

"Eohh, enakk eomma" ucap jungkook dengan mulut penuhnya

Jungkook menyantap makananya dengan begitu semangat, membuat nyonya jeon tersenyum melihat anaknya yang lahap makan walau masih sakit.

"Eomma tidak makan?" Tanya jungkook saat melihat nyonya jeon yang sedari tadi hanya menatapnya

"Aniya, eomma masih kenyang" jawab nyonya jeon, jungkook mengangguk dan melanjutkan makannya

Menatap wajah jungkook membuat nyonya jeon kembali mengingat masalalu dimana pertama kalinya dia melihat jungkook yang baru saja lahir didunia, wajahnya begitu kecil dan imut, jari-jari mungilnya yang memegang erat tangannya membuatnya merasa begitu bahagia.

Melihat jungkook tumbuh dengan baik walau tanpa seorang ayah membuat nyonya jeon bersyukur. Bersyukur karena jungkook berhasil tumbuh menjadi namja baik dan begitu perhatian padanya.

Terlalu lama menatap jungkook membuat nyonya jeon kembali merasa bersalah. Dia takut jika jungkook membencinya karena dia tidak memperbolehkan tuan jeon bertemu dengan jungkook.

Sudahlah memikirkan hal itu hanya membuat kepala nyonya jeon menjadi semakin pusing.

"Jungkook ahh, eomma tinggal ke kamar dulu nee? Eomma ingin istirahat, Kau tidak apa-apa disini sendirian?" Tanya nyonya jeon

"Nee gwenchana, kookie sudah mendingan eomma"

"Kalau makannya sudah habis cepat kembali ke kamarmu dan tidur nee? Jangan bermain game dulu"

"Nee eomma"

Dia beranjak dari duduknya, mendekat ke jungkook dan mencium kedua pipi anaknya. Mengucapkan selamat malam lalu pergi meninggalkan jungkook.

Jungkook menatap punggung nyonya jeon yang perlahan mulai menghilang ditangga depan. Dia menghela nafasnya berat dan kembali menyantap makananya lalu pergi ke kamarnya dan tidur.






Next...

A Truth [JJK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang