"You're the only one who can make me smile or laugh without trying. You're the only one I'm afraid of losing to keep in my life."
~ Arga Aldabaran
Katanya, di tahap dewasa harus pandai-pandai menajemen waktu. Katanya, di tahap dewasa harus bisa menghasilkan duit. Katanya, anak kuliahan pandai di semua bidang.
Big no! Siapa yang mengeluarkan statement itu? Suruh keluar biar Lisca berteriak di depan wajahnya. Niatnya mau menghibur diri, tetapi salah satu dosennya memberikan tugas yang sialnya dikumpulkan besok. Damn it!
Coba tugasnya buat narasi, malah ini ada hitung-hitungannya. Mengenai angka mata Lisca yang cantik begitu alergi melihatnya. Hanya menatapnya saja kepalanya pusing.
Tidak higenis jika tidak manfaatkan suami. Pasti Arga pandai dalam hal menghitung.
Hari ini sudah menjelang sore, rasa panas matahari masih terasa. Tubuhnya yang mungil hanya dilapisi tank top bertali spaghetti dan celana pendek—sebatas paha.
"Mas Arga, di mana?" Berlari mencari keberadaan pria itu—membuka pintu kerja namun tidak menemukannya. Bibirnya cemberut. Memeluk hpnya yang baru—kemarin Arga membelikannya—dengan warna pink.
Langkahnya berlanjut ke arah kamar, tetapi tetap nihil tidak menemukannya. Karena rumah ini tidak bertingkat jadi kakinya tidak perlu menuruni maupun menaiki anak tangga.
Kesabarannya tidak seluas lautan. Tangannya mengepal disertai wajah merenggut. Tinggal satu tempat belum di cek yaitu kolam renang. Tergesa-gesa membawa kakinya berlari ke area belakang. Benar saja pria yang dicari-carinya sedang duduk seraya memangku laptop.
"Lisca udah panggil dari tadi, tapi tidak menyahut. Mas sengaja buat Lisca sakit tenggorokan," berbicara dengan nada tinggi—berjalan mendekat.
Meskipun Lisca berteriak ke arahnya, tidak Arga balas. Kalau dibalas dengan emosi maka masalahnya akan memanjang, cukup senyum menanggapi.
Berdiri di samping, Lisca memukuli lengan Arga yang sialnya malah menyakiti tangan. Kedua tangannya berada di pinggang, memandangi Arga dengan wajah garang.
Memegang kedua tangan mungil itu, menatap Lisca dengan penyesalan. "Please forgive me." Meskipun tidak tahu letak kesalahannya,. mulutnya tetap mengucapkan kata maaf.
Hanya dengan ucapan lembut, moodnya menjadi lebih tenang. Arga mendudukkan Lisca ke pangkuannya—memeluk dari samping, menaruh kepalanya di pundak sempit tubuh yang dipeluk dengan erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HERE I AM (TERBIT)
Fanfiction"Dasar Om tua bangka yang tak sadar diri dengan umur. Sana jauh-jauh dari Lisca! Bikin Lisca mual! "Saya tidak setua itu kamu panggil om dan saya bukan paman kamu juga" "Perlu dicatat baik-baik di otak mesum Om itu! Om Arga tidak cocok jadi suami Li...