10. N

3.5K 136 13
                                    



Acara pernikahan adalah hal yang bukan main-main, hidup bersama pasangan bukan sekedar 1 atau 2 hari tapi seumur hidup, maka sangat penting untuk kita mencari pasangan yang bisa saling mengerti satu sama lain. Menyelesaikan masalah dengan baik karna pernikahan tidak sama seperti pacaran yang putus besoknya dapet lagi yang baru. Pernikahan itu
suatu perjanjian suci yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang ingin melanjutkan hubungan menjadi hubungan yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk menyatakan bahwa sudah siap untuk membangun rumah tangga.

Kata Nabil, mencintanya itu seperti air laut, terdapat pasang surutnya tapi air laut tidak pernah berubah rasa. Mencintainya ibarat mencintai langit, siap dengan segala cuacanya.

Dalam hubungan yang dewasa itu hanya ada kata memperjuangkan, memperbaiki, mempertahankan, bukannya malah menyerah lalu mengganti. Ibarat sebuah rumah, jika salah satu lampu mati maka harus diperbaiki bukannya pindah rumah.

Malam ini sungguh melelahkan, dari pagi hingga malam acara pernikahan yang besar namun hanya didatangi oleh kerabat, rekan bisnis ayahnya, dan saudara-saudaranya.

Yira, menidurkan dirinya diatas ranjang dengan gaun yang masih ia kenakan, lelah, kaki pegel, itu yang ia rasakan. Baru juga ia menutup matanya suara pintu terbuka membuatnya mendengus kesal.

"Sayang" wanita yang masih terlihat cantik namun sudah lanjut usinya itu menghampirinya membuat yira terpaksa bangun dan duduk ditepi ranjang.

Niana, mamah Nabil, menatapnya sambil tersenyum manis

"Nabil belum kesini?" Tanyanya sambil ikut duduk disamping menantunya.

"Belum mah, katanya ada urusan sama papah" Niana mengangguk

"Ouh ya, kata mamah kamu malam ini kamu nginap disini sama Nabil, besok baru pulang"

"Pulang kemana?"

"Kerumah kita dong sayang" jawabnya dengan satu tangan mengelus puncak kepala yira.

Dengan raut wajah yang sedih ia kembali bertanya "Yah, berati malam ini malam terakhir dong?"

"Kapan-kapan bisa main kesini lagi ko. Mamah sama papah pulang duluan ya"

"Loh, kenapa gk nginep disini?"

"Ya besok kan kita harus nyambut kedatangan kalian" yira mengangguk dengan ekspresi sedih

"Ya udah kalau begitu aku anter sampe bawah ya" ucapnya dibalas anggukan

Sesampainya dibawah ternyata yang lain sudah berkumpul disana.

"Abil, mamah sama papah pulang duluan yah, jaga menantu mamah! Jangan lakukan sekarang!"

"Kenapa mah?, kan udah halal, yakan sayang?"

"Ck! Anak ini, kalian masih sekolah!"

"Kalau gitu kenapa nikahi nya sekarang" Ceplos Nabil dengan kesal

"Kau yang memintanya boy" ucap Nendra-papah Nabil

Ucapan itu membuat anak laki-laki nya menatapnya dengan tatapan tajam dan berkata "Ty chut' ne otdal yego, Dedi."

Yira menatap mereka dengan tatapan bingung, ditambah ekspresi Nabil adalah hal yang baru pertama kali ia lihat

"Ah, maksudnya ini sudah perjanjian sejak kecil, bukan begitu Niana?" Siel, mamah yira. Ia membuka suara Niana tersenyum sebagai balasan

"Ah kalau gitu kita pulang dulu ya, abil inget pesan mamah!" Cowo itu mengangguk malas.

Merekapun saling berpelukan, orang tua yira dengan senang hati mengantar besannya keluar.

Dia NabilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang