12. N

2.3K 105 7
                                    


Ditempat warung yang sudah menjadi tonggrongan anak-anak. Malam ini Raka, Rasya, Adul mereka berada di warung tersebut, warung yang sudah menjadi tempat biasanya untuk menongkrong. Jika kalian bertanya mengapa mereka tidak memiliki markas? Jawabannya karna mereka bukan geng motor yang seperti di dunia oren itu. Mereka hanya menjalinkan persahabatan seperti orang pada umumnya.

"Lu pernah gk sih, ketemu sama seseorang yang tepat?" Setelah hening beberapa menit kini Raka membuka suara, bertanya kepada mereka semua.

"Pernah tapi..."

Adul dan Raka menengok kearah Rasya yang menjawab pertanyaan itu.

"Tapi kenapa?"

"Tapi... Udah pergi" Rasya memasang senyuman kecut mengingat betapa bahagianya ia ketika berpacaran dengan gadis itu.

"Hah?"

"Orang kaya gitu kenapa cepet banget dah perginya?" Adul menatap kedua temannya secara bergantian.

"Mungkin dia gk bisa selamanya. Cuma bisa ngasih pelajaran abis itu... Udah" lagi-lagi Rasya tersenyum kecut.

"Ahhh gue tau nih... Pasti si Anindya kan??" Ucap Raka memajukan sedikit badannya menatap lekat temannya yang sepertinya gagal move on.

Pasalnya Anindya adalah mantan Rasya dulu.

"Ck! Sok tau lo" jari telunjuk nya mendorong pelan dahi Raka yang dekat dengan wajahnya.

"Bejir kata gue tehh!!" Ujar Adul.

Tak lama dari itu suara motor berhenti di warung membuat mereka bertiga menatap ke depan warung.

Cowok yang menggunakan motor Ninja H2R itu turun dan membuka helm. Mengguyar rambutnya kebelakang membuat siapa saja yang melihatnya pasti terpesona dengan ketampanan  yang ia miliki.

"Udah lama?" Tanyanya mengambil satu kursi dan ikut bergabung dengan teman-temannya.

"Lumayan lah" jawab Raka disela-selah meminum kopi.

"Abis dari mana lo? Rapih amat" Adul meneliti pakaian yang dipakai Bagas.

"Yira"

"Gua abis dari rumahnya tapi gk ada siapa-siapa. Rumahnya sepi" Bagas menghela napas kasar.

Mereka bertiga saling memandang "gua saranin mending lo ilangin rasa suka lo itu" ucapan Raka membuat Bagas menatapnya heran.

"Ini hati gua! Lo gk berhak ngatur"

"Batu" gumam Raka.

Bukan apa-apa Raka hanya takut terjadi sesuatu pada Bagas, mengingat dia bukanlah orang yang biasa.

"Kemaren malem gua vc an sama yira" Bagas tersenyum mengingat momen itu dimana terlihat jelas wajah yira yang semakin hari semakin cantik, mulai dari tawanya, ketika senyum matanya ikut tersenyum itu yang sangat Bagas suka.

"Kok bisa?!" Adul menatapnya lekat.

"Ya bisa lah, karena gua yakin perasaan dia sama halnya kaya perasaan yang gua alami sekarang". Ucapnya dengan sangat yakin.

Ia berpikir yira juga mencintainya, mulai dari respon yang yira berikan itu yang membuatnya sangat yakin.

"Tapi ada satu lah yang buat gua curiga, pas gua nanya 'acara apa' dia jawabnya kaya gugup gitu! Sebenernya gua udah keliatan banget kalo dia itu boong, kaya keliatan dari matanya tuh--"

"Dari matamu matamu~" suara toa itu mengundang tatapan tajam dari Bagas, ia sedang curhat tapi teman satunya malah seperti ini!

Berbeda dengan Raka dan Rasya yang tertawa, tak habis pikir apa yang dilalukan Adul.

Dia NabilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang