Harap-harap bijak dalam menanggapi cerita
Jangan lupakan tinggal jejak, buat support authornya
***
Tak dirasa panas matahari mulai terasa. Setelah terlelap selama kurang lebih 3 jam. Aya mengerjapkan matanya pelan, merasa pusingnya mungkin sedikit berkurang karena tidur. Ia mengerang pelan, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena tidur dalam posisi miring cukup lama. Samar, Aya mendengar suara langkah kaki yang sepertinya berjalan mendekat, ia mengernyit. Apa Haekal sudah pulang?
Tapi ini masih siang, biasanya Haekal akan pulang ketika malam. Aya menutupi sebagian wajahnya dengan selimut, hanya menyisakan matanya. Oh tidak, bagaimana jika ada maling yang masuk? Tapi, Haekal sudah mengunci pintunya dari luar, memangnya maling masih bisa masuk? Ditambah lagi, ada satpam penjaga diluar. Maling? Mustahil.
Aya menatap pintu kamarnya takut, saat suara derap langkah itu semakin mendekat pada kamarnya. Beberapa detik kemudian, rasa takutnya berganti menjadi wajah terkejut saat melihat siapa yang masuk.
"Nathan?"
Pria dengan jas putih serta surai hitam yang tertata rapi, tersenyum padanya. Membuat Aya dengan wajah kebingungannya, menurunkan selimutnya sebatas perut.
"Gimana kamu bisa disini?" Tanya Aya penasaran.
Pria itu hanya tersenyum, menutup kembali pintunya dan berjalan menghampiri Aya.
"Gimana keadaanmu?" Tanya pria yang memiliki name tag Jonathan Brawangsa pada jas putih bersih miliknya tanpa menghiraukan pertanyaan Aya sebelumnya.
"Aku baik-baik aja." Jawab Aya pelan, ia ingin duduk tapi gagal saat kepalanya masih berat saat ia akan bangun.
"Ga perlu duduk kalo ga bisa," ucap Jonathan ia membantu Aya untuk berbaring lagi.
"Haekal yang nyuruh aku buat dateng dan meriksa keadaanmu. Dia bilang kamu sakit." Ungkap Jonathan.
Sebenarnya, Haekal sudah menemuinya tadi pagi dirumah sakit, cukup terkejut saat Haekal mau datang kerumah sakit langsung, biasanya Haekal akan menyuruh bawahannya untuk memberitahu jika ada keluarga yang sakit, tapi ia masih memiliki jadwal dengan pasien lain, jadi ia baru bisa mengunjungi Aya siang ini.
"Aku ga tau, kalo Haekal nyuruh kamu buat datang," cicit Aya pelan.
Cukup canggung rasanya ketika berbicara hanya berdua dengan Jonathan. Pria ini adalah sahabat dari sang suami, jadi Aya tidak cukup dekat dengannya.
"Beneran?" guman Jonathan, ia akan mulai pemeriksaan, ia bergumam pelan untuk meminta maaf saat ia membuka kancing piyama yang Aya pakai, lalu menekan stetoskop pada dada Aya untuk memeriksa detak jantung.
"Kamu punya keluhan lain?" Tanya Jonathan, setelah selesai memeriksa detak jantung Aya.
"Umm.." Aya menggigit bibir bawahnya, sedikit mengingat apa yang dirasakannya, bibirnya dikulum. Jonathan tersenyum melihat tingkah Aya yang menurutnya nampak begitu lucu, "Aku mual beberapa hari ini, aku juga ga punya nafsu makan. Kepalaku sakit."
Jonathan mengangguk mengerti, sedikit janggal saat Aya mengatakan mual. Tidak jarang, rasa mual biasanya ada karena sedang hamil. Apa Aya memang sedang hamil? Jonathan hanya membatin. Ia mengeluarkan alat tensimeter dari tas hitam yang dibawanya, lalu memasangkannya pada lengan Aya.
Sang dokter mendesis pelan, "Kamu kurang darah, perbanyak minum susu habis ini."
Aya mengangguk pelan, mungkin ini sebabnya ia terkadang merasa pusing.
Jonathan berganti menekan sisi perut bagian bawah Aya, sedikit menekan lagi kesamping membuat Aya sedikit meringis. Jonathan sedikit menyingkap lagi piyama yang Aya kenakan, lalu menepuknya dengan pelan.
"Perutmu kerasa kembung, apa sebelumnya emang sering begini?" Tanya Jonathan, dan kembali memperbaiki baju Aya.
"Gak kok."
Jonathan berdehem pelan, ia ingin memastikan sesuatu, tapi canggung sekali rasanya. "Apa dadamu kerasa sedikit bengkak?" Jonathan berdehem pelan, "Maaf jangan tersinggung sama pertanyaanku."
Jonathan memang baru saja memeriksa detak jantung Aya, tapi sungguh ia tidak memperhatikan sedemikian rupa! Itu sebabnya ia bertanya lagi untuk memastikan.
Wajah Aya memerah, saat Jonathan menanyakan hal itu, "Y-ya." Jawabnya gugup.
Jonathan tersenyum, "Selamat Aya, kamu hamil."
"Apa?" Aya menatap tak percaya.
"Itu prediksiku, kamu bisa pake testpack atau pergi ke dokter kandungan buat tau lebih lanjut."
Jonathan membereskan barangnya, lalu memberi Aya vitamin tambahan dan juga obat nafsu makan yang aman untuk ibu hamil. Aya sedang mengandung, dan ia tidak boleh minum sembarang obat.
"Aku akan kasih kabar tentang keadaanmu ke Haekal," ia tersenyum dan tekekeh kecil, "Aku bakal dengan senang hati bilang kalo kamu lagi mengandung. Suamimu pasti-"
"Ga perlu." Aya menggigit bibir bawahnya, ia tersenyum getir, "Bisakah kamu rahasiain hal ini dari Haekal?"
Jonathan menyerngit, "Kenapa?"
Aya terdiam, ia menelan ludahnya gugup, berpikir alasan apa yang bisa ia berikan.
"Biar aku sendiri yang kasih tau," Aya menarik nafasnya, "Ini kejutan. Aku pengin kasih tau Haekal sebagai kejutan, iya."
Jonathan mengangguk mengerti, ternyata dua sejoli ini sangat so sweet, "Oke. Jaga kesehatanmu ya Aya," Jonathan tersenyum, ia mengusap pelan pucuk kepala Aya, "Aku permisi."
Setelah itu, Jonathan pergi keluar dari kamarnya. Meninggalkan Aya sendirian dengan perasaan cemas. Kedua tangannya mencengkram kuat bagian dadanya, ia terisak saat tahu jika ia tengah hamil. Ini tidak boleh terjadi. Ia seharusnya tidak hamil.
Aya meringkuk, menekuk kedua kakinya dengan tangisan yang semakin sesak, tangannya meremas bajunya. Bayi ini tidak seharusnya ada. Haekal bahkan tidak pernah menyentuhnya, bagaimana ia bisa hamil? Apa ini terjadi karena kejadian diclub waktu itu?
Jika benar- tidak. Bukan jika benar tapi memang benar. Ini sudah pasti karena diclub malam itu. Badannya memiliki bercak kemerahan saat ia terbangun. Mereka sudah melakukannya. Ada banyak, mereka ada banyak. Aya semakin menangis, tubuhnya bergetar hebat, rasa sakit di hatinya mengalahkan rasa sakit pada fisiknya. Bayi ini tidak diharapkan.
Aya takut, tubuhnya semakin meringkuk didalam selimut. Haekal tidak boleh tahu. Jangan sampai tahu. Aya harus menyembunyikan kehamilannya. Jika Haekal tahu, itu artinya ia akan ditendang dan dibuang dari dirumah ini.
Aya tidak menginginkan itu, Aya masih membutuhkan Haekal, ia tidak menyukai kehilangan. Namun ia juga tak mau membuat dosa yang tak termaafkan dengan membunuh sosok bakal manusia yang ada di dalam perutnya.
Aya akan mencoba bersama bayi ini. Ia berharap bayi ini bisa bertahan di perutnya. Ia sadar, bahwa Tuhan sayang padanya. Buktinya saat ini Aya dititipkan sosok malaikat kecil yang ia anugerahkan untuknya. Anak yang ada karena suatu dosa yang tak ia perbuat. Anak yang ia sendiri tidak tau siapa ayahnya.
Aya bimbang... ia akan gila sebentar lagi.
"Ayah.. Bunda...Sammy .. Aya takut.."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
6929 - Heejay (END)
Romance"Aya begini juga istrimu Haekal.." PLAKKK "Diem bangsat.." "Anak ini gaboleh lahir.. Aya gamau, Aya gamau, ... Maaf" . . Heejay AREA‼️ Slight Hoonjay BXB 6929 - Thank you, but the chapter has ended. Let's end all the pain. Start : Dec, 01, 2023 End...