[1]. Class

356 25 2
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


---

"My Entire Sky Craves Only on your Star"

[ this story contains about Kim Dokja ]

----

Aku membelalakkan mataku saat melihat coretan-coretan di meja. Tanganku gemetaran memegang tali ransel tasku. Saat menoleh ke samping pun seluruh anak kelas menatapku tajam. Seolah-olah tatapan mereka mengisyaratkan agar aku pergi dari sini.

Bugh!

"Aduh!"

Aku mengerang sakit saat sebuah buku ditimpuk tepat di belakang kepalaku. Aku memegang bagian belakang kepalaku kesakitan, lalu menoleh ke belakang. Kutemukan dua gadis yang memandangku penuh kesal.

"Hey Leya tidak usah sok pintar, apa kau ingin cari perhatian, hah?" Ujar Dhea, gadis yang menimpukku tadi.

"Apa maksudmu?" Aku berujar bingung.

Gadis di sebelahnya-Valen-menunjuk dahiku dan mendorongnya. "Kau cari perhatian ke guru kan? Padahal dibilangin tidak usah caper malah ngelaporin segala kalau sekelas contekan. KAU MAU SEKELAS DIHUKUM BARENG KAH?!"

Aku melotot kaget dan menutup telingaku. Seluruh tubuhku gemetaran takut, apalagi posisiku berada di pojok ruangan. Aku bisa merasakan tatapan-tatapan marah dari anak-anak kelas.

"Leya belagu amat pakai acara ngelapor Bu Dewi juga." Celetuk Nadia.

"Sok adil banget, padahal pinter aja engga." Thalia cekikikan sendiri.

"KALAU GA PINTER TUH YA NYONTEK LAH. EH LUPA, LU KAN ANSOS, PANTES GA PUNYA TEMEN!" Teriak Farah.

Setelahnya, hampir satu kelas menertawakanku.

"Leya, tahu ga sebutan kamu apa? Anak mama. Kamu kaya bocah umur tujuh tahun yang tiap hari cuma melapor ke orang tuanya doang. Persis waktu kamu bilang ke Bu Dewi kalau kita contekan matematika." Ujar Rita dengan nada tajam.

Aku mengepalkan tanganku kuat, lalu mendongak dengan penuh keyakinan. "Ulangan tuh dikerjain sendiri! Bukan nyontek!"

Plak!

Aku melotot kaget saat wajahku tertoleh ke samping. Sudut pipiku sedikit memerah karena ditampar oleh Dhea. Aku memegang pipiku yang kebas lalu menatap Dhea dengan tatapan tidak percaya.

"Kalau ga setuju sama kita mending pergi dari kelas ini!!" Teriak Dhea di hadapanku.

"Iya!! Huuu!!! Pergi kamu!!!"

"Dasar ga solid!! Huuuu!!!"

"Kamu bukan anak kelas lagi!! Pergi kamu!!!"

Setelahnya aku berlari keluar dari kelas masih dengan tas yang kupakai. Sudut mataku mulai berair. Bersamaan dengan aku yang keluar dari kelas, Bu Dewi masuk kelas lewat pintu depan. Beliau mulai bertanya kemana aku pergi, tetapi anak-anak hanya menjawab jika aku membolos.

Aku terus berlari tanpa tahu arah, hingga akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke dalam perpustakaan sekolah menengah pertamaku. Aku berlari hingga di sudut perpustakaan dan berada diantara rak-rak yang cukup terpencil. Setelahnya aku terduduk, lalu menangis terisak di sana.

Tidak akan ada yang mendengarkanku, ataupun menemaniku. Sejak awal aku sendirian di dunia ini.

Tiba-tiba aku mendengar sebuah langkah kaki. Aku menoleh dengan sudut mataku yang lembap, dan hanya menemukan seorang anak laki-laki yang seumuran denganku, menatapku dengan bingung. Kemudian, sudut bibirnya tertarik ke atas, dia tersenyum.

"Kamu engga apa-apa?"

-

-

-

-


[✓] Star Lost | Kim DokjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang