[4]. Lost

88 14 1
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Esoknya pun aku membolos pelajaran lagi dan berada di perpustakaan. Aku berada di sudut perpustakaan seperti biasa sembari membaca buku. Sesekali aku melihat kesana kemari, apabila Delio datang. Tetapi sayang hari ini dia tidak datang ke perpustakaan. Aku sedikit terkekeh membayangkan mungkin Delio ketahuan membolos lalu dimarahin oleh orang tuanya.

Namun hari demi hari, dia tidak pernah datang ke perpustakaan lagi. Aku makin khawatir di tempatku. Sekelebat pikiran-pikiran negatif mulai memenuhiku, entah mungkin Delio sakit parah, atau mungkin dia tidak mau menemuiku lagi.

Tunggu, mungkinkah?

Aku tidak terima atas hal itu dan melangkah keluar dari perpustakaan. Tidak, aku tidak mau kehilangan Delio dari hidupku, dia sudah cukup berarti bagiku. Bagaimana bisa anak laki-laki itu ingin meninggalkanku sekarang?

Aku masuk ke dalam kelas tujuh B. Saat membuka pintu, tatapan mata langsung terarah pusat padaku. Aku sedikit menelan ludahku, lalu menelisik kelas tersebut.

Delio tidak ada di sana.

"Ada apa, Kak? Mencari siapa?" Salah satu adik kelas mulai mendekatiku.

"Apa Delio tidak ada di kelas? Dia bilang kelasnya adalah tujuh B." Ujarku spontan. Aku sudah tidak peduli, aku hanya ingin mencari keberadaan Delio.

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Tampak bingung dengan kata-kataku. "Tidak ada yang bernama Delio di kelas ini, Kak."

"Oh? Kalau begitu bisa katakan kelasnya dimana? Kalian kan seangkatan, mungkin saja kamu tahu." Ujarku lagi.

Gadis itu menatapku. "Tidak ada yang bernama Delio di angkatan kami, Kak."

"Hah?" Ujarku makin bingung.

Aku berlari cukup kencang di lorong sekolah, bahkan guru sampai meneriakiku tetapi aku mengabaikannya. Aku langsung membuka pintu perpustakaan dengan kasar. Tatapan tajamku terarah pada petugas perpustakaan yang masih ada di tempatnya. Aku segera melangkah ke arahnya dengan langkah besar.

"Hei, Pak! Bisa kau jelaskan apa maksud perkataanmu kemarin?!" Ujarku dengan nada sedikit meninggi. Nafasku terengah-engah karena barusan berlari.

Petugas perpustakaan itu malah mengabaikanku. Kemudian, aku menjatuhkan buku-buku yang ada di mejanya hingga berantakan di bawah. Aku bisa merasakan tatapan anak-anak yang ada di perpustakaan dengan tatapan aneh. Tetapi aku tidak peduli, aku hanya mempedulikan kata-kata petugas perpustakaan yang sekarang mulai menoleh ke arahku.

"Bukankah sudah kuperingatkan untuk berhati-hati jika melihat sesuatu, karena tidak semua orang bisa melihat apa yang kau lihat."

Aku memukul meja kasar. "Bisakah tidak bertele-tele dan langsung katakan intinya?!"

Petugas itu tersenyum kecil, lalu melipat kedua tangannya. "Selama ini kau bersama seseorang bukan, di sudut perpustakaan?"

Aku terdiam di tempatku, lantas menganggukkan kepalaku perlahan. "Kenapa? Kenapa?! Memangnya ada apa dengan Delio?!"

Petugas tersebut terkekeh. "Kukira dia tidak akan mengakui namanya sendiri."

"Jelaskan padaku!" Aku menatapnya tajam. "Siapa Delio itu? Bagaimana keberadaannya bahkan tidak terlihat?!"

Petugas tersebut mencondongkan badannya ke arahku. Dia masih duduk sementara aku berdiri.

"Delio adalah anak yang bunuh diri, lima belas tahun yang lalu. Saat itu usianya masih tiga belas tahun."

Setelahnya aku hanya melotot terkejut. Aku tidak bisa berkata apapun. Pikiranku makin berkabut, memikirkan Delio yang selama ini kutemui hanyalah sebuah roh. Tetapi bagaimana bisa aku bahkan menyentuhnya?

Aku menatap petugas tidak percaya. "Bunuh diri? Kenapa? Kenapa dia melakukan hal itu?!"

"Perundungan yang dia alami terhadap teman-teman sekelasnya. Setiap hari perbannya berganti, dan selalu mengurung dirinya di sini. Terlebih berada di sudut perpustakaan itu, tempat favoritmu."

Aku menaruh kedua tanganku di kepala. Tidak percaya dengan hal yang barusan kudengar. Aku terus menggelengkan kepalaku berpikir jika petugas di depanku ini berbohong. Karena pada dasarnya Delio itu nyata, bahkan berkali-kali merengkuhku.

"Lalu bagaimana aku bisa merasakannya? Aku bisa menyentuhnya! Jika dia hanya roh bukannya dia transparan?"

Petugas tersebut tersenyum. "Hal itu adalah hal harus kau cari sendiri."

Setelahnya, aku terus berjalan diantara rak-rak buku yang besar dan panjang juga perpustakaan yang luas. Aku terus mencari keberadaan Delio dimanapun. Namun nihil, dia tidak ditemukan.

[✓] Star Lost | Kim DokjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang