[9] Remember

55 10 0
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———

Aku memasuki perpustakaan sekolah menengah atasku sendirian. Lalu, kakiku melangkah di antara rak-rak buku. Namun, pikiranku saat ini hanya tertuju pada buku 'Tiga Cara Bertahan Hidup di Dunia yang Hancur'. Aku ingin membacanya lagi untuk mengingat Delio. Agar hatiku yang sakit bisa sedikit terobati dengan membaca cerita hidupnya dahulu sebelum dia berada di dunia ini.

Saat aku sudah menemukan buku tersebut dan tanganku terarah untuk memegang buku tersebut. Terdapat tangan lain yang juga ingin memegang buku tersebut hingga tangan kami sama-sama bersentuhan. Dan orang tersebut adalah Mr. Leo alias Delio. Kami berdua langsung saling menarik tangan masing-masing dan bertatapan terkejut.

"Kamu.. kamu..." Delio menatapku dengan wajah kebingungan.

Aku menatapnya dengan penuh tanda tanya.

"Apakah kamu.. mengingatnya?"

Aku menatapnya dengan gugup. "Aku.. aku.."

Delio menatap ke arahku dan bergantian dengan buku novel tersebut. Dia menunjuk novel yang berisi hidupnya dahulu. "Jika kamu tidak mengingatnya.. Mana mungkin kamu ingin membaca cerita ini?"

Aku menundukkan kepalaku. Manik mataku mulai berkaca-kaca bahkan salah satunya mengalir keluar. Lalu, aku memberanikan diriku dengan mendongak, menatap intens ke arah dirinya.

"Aku mengingatnya. Mana mungkin aku melupakan dirimu selama hidupku."

Delio tampak kebingungan. Bahkan tatapannya ke arahku seolah menandakan jika dia senang, gugup, semua perasaanya campur aduk. Aku bisa melihat dia melangkah ke arahku dengan badan yang bergetar. Lalu, dia melihat ke arah sekitar sejenak. Setelahnya, merengkuhku dengan begitu erat hingga aku terperanjat di tempatku.

"Leya, Leya, Leya, Leya, Leya..." Dia terus menggumamkan namaku.

"Aku merindukanmu selama ini."

Dia berujar di atas bahuku. Perbedaan tinggiku dan tingginya cukup signifikan. Bahkan Delio rela sedikit menekuk kakinya agar bisa mensejajarkan dirinya denganku. Hatiku terenyuh. Bibirku tersenyum bahagia. Lalu, tanganku memeluk dirinya kembali.

"Aku juga merindukan dirimu selama ini, Delio."

Delio melepaskan rengkuhan erat miliknya. Lalu, tangannya memegang salah satu pipiku. Air mata mengalir dari pelupuk matanya. Aku dengan cepat mengusapnya, sama seperti yang kulakukan sejak dahulu.

"Aku mengira kau melupakanku selama ini. Dan hal-hal yang kuingat hanyalah sebuah mimpi—"

"Aku di depanmu saat ini, Delio."

Aku tidak pernah menyangka jika roh penunggu perpustakaan yang dahulu kutemui bisa menjadi orang yang begitu penting dalam hidupku. Sesosok yang pertama kali mempercayaiku dan menemani keterpurukanku, cinta pertamaku, anak kecil yang menganggap diriku malaikat, dan kini adalah guru wali kelasku sendiri.

[✓] Star Lost | Kim DokjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang