[4]. Your angel

46 12 0
                                    

———

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

———


Ingatanku mengingat dengan sempurna. Lagi-lagi aku kembali ke tahun 2005. Tahun di mana Delio masih hidup.

Seolah terasa deja vu, langkahku dengan cepat menyusuri lorong sekolah pertamaku di masa lalu yang pernah kulalui dahulu. Bedanya sekarang aku berumur delapan belas tahun dan badanku lebih besar dan tinggi dari anak-anak lainnya. Bahkan ada guru yang meneriakiku seperti mengapa anak sekolah menengah atas berada di sini.

Pintu kelas kubuka dengan cepat dan langsung tertampil Delio kecil yang babak belur di tangan teman sekelasnya.

"Jauhkan tanganmu dari dia, sialan!"

Aku segera mengambil tindakan dengan masuk ke dalam kelas sambil berlari dan mendorong anak yang memukul Delio. Lalu duduk di depan Delio yang memar-memar sambil memegangi kedua pipinya.

"Delio, kau tidak apa-apa? Apa begitu sakit?" Aku mengecek keadaannya yang begitu mengenaskan. Telingaku tidak luput dari bisikan-bisikan anak-anak lain yang membicarakanku.

"Siapa dia? Kok pakai baju SMA?"

"Kok kakak SMA bisa di sini?"

"Apa kita lapor guru aja?"

Aku tidak memedulikannya. Lantas memilih untuk membantu Delio dan membopongnya keluar dari kelas. Saat ini kami berada di dalam ruang kesehatan. Ingatan saat aku masih berumur lima belas tahun teringat dengan jelas. Seolah sama seperti yang kulakukan di masa lalu, aku mengobati luka Delio. Tidak ada rasa sakit dari wajahnya, tatapan matanya intens terarah padaku.

Aku mulai mengambil plester dari kotak obat. Seolah deja vu, aku mulai merobek kertas yang menutupi plester tersebut. Kemudian, setelah kertas yang menutupi plester tersebut hilang. Aku segera merekatkan plester tersebut ke arah luka Delio yang berada di dagunya.

"Apa kau sudah selesai?" Dia bertanya padaku setelah sekian lama bungkam.

Aku tersenyum ke arahnya. "Iya, sudah."

"Siapa kamu?" Delio bertanya, menatapku dengan tatapan penuh harap.

Aku mendengus kecil lalu mengacak-acak rambut di kepalanya yang kecil. "Malaikatmu deh."

Delio memegang rambutnya sendiri setelah aku mengacak-acaknya. Lalu, aku memalingkan kepalaku sejenak ke arah lain, menatap sekitar. Rasanya aneh bertemu Delio kecil lagi di usiaku yang terpaut cukup jauh darinya. Mungkin karena sekarang usiaku lima tahun lebih tua darinya.

"Kamu kenal aku?"

"Kenal pastinya!" Aku berujar dengan nada sedikit meninggi dan membuatnya terkejut. Aku menelan ludah. "Maaf, aku tidak bermaksud."

[✓] Star Lost | Kim DokjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang