O1

1K 106 20
                                    

[Jakarta, 2023]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jakarta, 2023]

CUACA bulan Desember di Indonesia memang identik dengan musim penghujan. Semalam hujan turun cukup deras hingga pagi ini tersisa aroma petrichor menguar. Langit pun masih digandrungi awan kelabu yang rasanya akan menumpahkan muatannya sebentar lagi.

Pagi itu udara cukup dingin di tengah Jakarta yang biasanya panas. Aresa menguap sambil menutup mulutnya menahan kantuk. Semalam ia mendapat jadwal jaga malam dan baru saja selesai operan jaga jam 7:30 pagi tadi. Ia sempat membersihkan diri dulu di rumah sakit tempatnya bekerja, sebelum ia dijemput suaminya.

"Hoaahmm..."

Sekali lagi pria itu menguap.

Pria bernama lengkap Aresa Hardian itu baru berusia 27 tahun bulan Maret tahun ini. Ia sudah berkeluarga, menikah di usia 23 tahun dengan seorang pria tampan yang merupakan tetangga rumahnya sekaligus cinta pertamanya.

Kemudian di usia pernikahan yang berjalan dua tahun, ia dan suaminya memutuskan untuk mengadopsi seorang anak laki-laki berusia dua tahun yang kemudian mereka beri nama Camilo Dananjaya. Keluarga akrab menyapanya Milo.

Dan di sinilah Aresa, duduk menunggu sang putra—yang sudah duduk di bangku TK—selesai bersekolah.

Sebenarnya suaminya tadi sudah menyuruhnya untuk tidur saja di rumah mengingat Aresa baru selesai jaga malam, tapi Aresa tidak mau dan memilih menahan kantuk untuk menunggui putra kecilnya.

Sambil menunggu sekolah Milo selesai, Aresa membunuh waktu dengan bermain ponsel. Sesekali berbalas pesan dengan suaminya. Hingga tiba-tiba ia merasakan seseorang menepuk pundaknya.

"Woy, Res!"

Reflek Aresa menolehkan kepalanya untuk melihat siapa yang menyapanya. Senyum Aresa mengembang saat melihat seseorang yang dikenalnya. Pasalnya sedari tadi, Aresa merasa canggung karena kebanyakan orang tua murid yang sedang menunggui anak-anak mereka adalah ibu-ibu. Jadi Aresa bersyukur menemukan temannya muncul melewati barisan para bunda.

"Hai, Hem!" balas Aresa.

Orang itu adalah sahabat karibnya, Diko Hermawan atau sering Aresa panggil Hema. Dia adalah teman akrab Aresa karena selalu satu sekolah dari SD, SMP, hingga SMA.

Aresa menggeser tubuhnya, mempersilakan sang sahabat untuk duduk di sampingnya.

"Duduk sini, Hem!" ajak Aresa sambil menepuk sisi kursi di sebelahnya. "Ngapain ke sini, Hem?" tanya Aresa heran begitu Hema sudah menyamankan duduk di sampingnya.

Pasalnya tidak seperti Aresa yang sudah mempunyai satu buntut, Hema ini masih memiliki status belum kawin di KTP-nya. Jadi tidak mungkin Hema ke TK untuk menjemput anaknya kan?

"Jemput si Jian, Res," jawab Hema.

"Jian anaknya Gita?" tanya Aresa lagi. Hema hanya mengangguk menjawabnya.

✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang