O9

410 73 12
                                    

[Jakarta, 2023]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Jakarta, 2023]

HEMA memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia baru saja selesai bertelepon dengan kekasihnya yang akan terbang kembali ke Indonesia setelah selama beberapa hari harus dinas di luar negeri. Tak heran Hema langsung menjawab panggilannya tadi.

"Udah selesai telepon sama Bebeb Ian?" celetuk Aresa—cenderung mengejek sahabatnya itu.

"Nggak usah ikutan manggil Bebeb Ian, nggak pantes," balas Hema tidak terima.

Sedangkan Aresa hanya terkekeh mendengarnya. "Gue kan ngikutin panggilan kesayangan dari Lo, Hem."

Hema mendengus pelan. Namun tidak berniat melanjutkan. Ia kembali duduk di samping Aresa. "Ngomong-ngomong, Lo habis masuk malam ini, Res?" tanya Hema.

Berteman sedari kecil membuat Hema tahu kebiasaan Aresa. Salah satunya adalah memakai tas ransel Carhartt setiap ia harus bekerja di shift malam. Dulu Hema pernah tanya sewaktu Aresa tiba-tiba mengajaknya mencari bubur ayam sepulang jaga malam.

Kata Aresa sih, isinya selimut. Soalnya Aresa suka tiba-tiba kedinginan kalau jaga malam. Hema tidak paham, karena dirinya tidak pernah bekerja shift, jadi ia hanya mengangguk seolah paham.

"Iya ini gue libur makanya sekalian jemput Milo," kata Aresa.

"Nggak ngantuk?"

Aresa memundurkan punggungnya, mencoba bersandar pada dinding di belakangnya. "Ngantuklah. Tapi demi anak ini. Lagipula gue nggak nyetir sendiri," jelasnya.

Tadi pagi, Aresa memang dijemput oleh suaminya di rumah sakit tempatnya bekerja. Jadi mengantar Milo sekolah, sekalian menjemput Aresa. Dan karena hari ini Aresa libur, pria itu memutuskan untuk menunggui Milo—alih-alih pulang ke rumah. Toh nanti juga ia dan Milo dijemput suaminya lagi.

Tiba-tiba Hema menggeser tubuhnya menjauh. Kedua matanya juga membelalakkan lebar saat tak sengaja aroma parfum Aresa menguar dan masuk ke dalam indera penciumannya.

"Lo pakai parfum seliter, pasti nggak mandi lagi ya kayak pas nyari bubur ayam dulu?" tuduh Hema—yang langsung mengundang pukulan dari Aresa pada paha kirinya.

Plak!

"Enak aja! Gue udah mandi tadi di RS!" tukas Aresa tak terima—meski tidak dipungkiri, diam-diam mencoba mengendus aroma tubuhnya sendiri.

Hema berdecak pelan, mengusap pahanya yang terasa panas karena pukulan Aresa. "Ya kan dulu gitu," elak Hema. "BTW, siapa yang ngira Lo sekarang kerja di rumah sakit ya? Dulu kan Lo anti banget masuk kesehatan gara-gara sepupu Lo siapa itu? Herry?"

"Mas Hendi."

"Nah, iya. Mas Hendi. Katanya Lo dulu ikut stress lihat sepupu Lo skripsian," kata Hema.

Bibir Aresa merengut saat Hema membahas masa-masa itu. "Ya gimana lagi? Gue ditolak SNMPTN! Mau nggak mau ya masuk jurusan yang enggak gue minati," sungut Aresa.

✅️ FIRST AND LAST | NOREN (REPUBLISH)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang